Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetap Semangat, Berikut 5 Cara Bangkit dari Keterpurukan Mental

Kompas.com - 10/12/2024, 13:00 WIB
Cara Bangkit dari Keterpurukan Mental Sumber Gambar: Pexels.com Cara Bangkit dari Keterpurukan Mental
Rujukan artikel ini:
Aku yang Sudah Lama Hilang
Pengarang: Nago Tejena
|
Editor Laila Wulanalfi

Mental yang terpuruk setelah mendapatkan berbagai masalah dan cobaan kehidupan merupakan hal yang sah-sah saja selama tidak dibiarkan berlarut-larut.

Kondisi mental yang terpuruk akan membawa perasaan sedih dan hampa dalam memandang dunia sehingga segala hal dilakukan sudah terasa tidak berarti lagi dan semangat hidup juga biasanya ikut menurun.

Sebagai umat manusia tentunya kita pernah mengalami kegagalan yang apabila dirasakan begitu amat pahit.

Keterpurukan yang dirasakan dapat memicu tekanan batin yang akan berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental.

Hidup pun rasanya seolah-olah sulit untuk dijalani karena segala sesuatu terasa tidak berarti lagi setelah mengalami kesedihan akibat mental yang terpuruk.

Ketika melewati masa sulit, penting sekali untuk mempunyai kemampuan bangkit kembali dan melanjutkan kehidupan dengan semangat serta tekad yang kuat.

Mensyukuri cobaan dan masalah yang menimpa memang tidaklah mudah, tapi dengan mencoba ikhlas, seiring dengan berjalannya waktu kita akan mulai terbiasa untuk mensyukuri apapun yang terjadi dalam hidup ini.

Berbagai alasan yang membuat mental terpuruk bisa kita alami dalam hidup ini, mulai dari hubungan cinta yang berakhir, kepergian sosok yang disayangi, masalah finansial, kesehatan yang terganggu, dan masih banyak lagi.

Keterpurukan mental ini tentunya mesti dilawan dan disembuhkan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik.

Lantas, bagaimana cara untuk bangkit dari keterpurukan mental? Simak jawabannya di bawah ini.

5 Cara Bangkit dari Keterpurukan Mental

1. Berserah Diri pada Tuhan

Keterpurukan mental akan memberikan kesadaran tentang fakta menyakitkan jika tidak ada yang dapat diandalkan kecuali diri sendiri dan Tuhan.

Baik itu keluarga, pasangan, maupun teman, belum tentu dapat menjadi tumpuan untuk membuat kita bangkit dari keterpurukan mental.

Maka dari itu, buang jauh-jauh harapan pada orang lain karena berharap pada mereka hanya akan membawa luka dan kecewa apabila tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

Sebaiknya gantungkan harapan pada Tuhan dan diri sendiri dengan cara berdoa kepada-Nya serta mengikhlaskan diri agar beban terangkat.

2. Rehat Sejenak dari Rutinitas

Tidak masalah jika kita ingin melepas penat akibat keterpurukan mental dengan cara rehat sejenak dari berbagai macam rutinitas yang menuntut banyak perhatian dan waktu.

Manfaatkan waktu istirahat tersebut untuk merenung dan introspeksi diri agar batin serta pikiran bisa jauh lebih tenang.

Rutinitas yang padat kerap kali membuat mental dan fisik menjadi lelah sehingga hanya akan menguras tenaga yang berakhir pada keterpurukan apabila dibiarkan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Cobalah untuk rehat sementara supaya mental dan fisik bisa kembali sehat.

3. Menerima Kenyataan

Keterpurukan mental bisa terjadi karena kita belum bisa menerima kenyataan sehingga meresponnya dengan cara bersedih, marah, maupun kecewa sebagai bentuk pertahanan diri.

Supaya tidak terperangkap dalam berbagai perasaan negatif, maka mulailah untuk menerima kenyataan dengan cara merangkul perasaan yang muncul.

Merangkul perasaan yang tengah kalut akan sangat membantu diri sendiri untuk mulai menerima apa yang terjadi dengan jauh lebih ikhlas.

Dengan menerima kenyataan tentunya proses penyembuhan untuk bangkit dari keterpurukan mental akan terasa jauh lebih mudah dilakukan.

4. Memaafkan Diri Sendiri dan Orang Lain

Rasa dendam dan kecewa merupakan akar dari permasalahan yang mengakibatkan keterpurukan mental.

Apalagi jika suatu kegagalan menimbulkan perasaan menyalahkan diri sendiri maupun orang lain, sudah pasti keterpurukan mental akan hadir membayangi.

Cobalah untuk mulai mengikhlaskan segala sesuatu yang telah terjadi dengan cara memaafkan diri sendiri dan orang lain.

Lupakan semua kesalahan yang sudah dilakukan, baik oleh diri sendiri maupun orang lain, dan buka lembaran baru dengan introspeksi diri.

5. Mengubah Gaya Hidup

Keterpurukan mental juga bisa dipengaruhi dari apa yang kita konsumsi, seperti cara berpikir dan makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Pola makan yang tidak sehat seperti terlalu banyak mengonsumsi lemak dan kafein dapat membuat tubuh dan pikiran mudah stres.

Sebaliknya, jika pola makan jauh lebih sehat, maka otak akan mengeluarkan hormon-hormon yang dapat membuat diri menjadi lebih gembira.

Maka dari itu, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bisa turut membantu dalam proses bangkit dari keterpurukan mental.

Keterpurukan mental biasanya banyak dialami oleh orang dewasa karena saking banyaknya tuntutan yang harus mereka terima seiring dengan bertambahnya usia.

Agar tidak kehilangan diri sendiri di tengah kehidupan dewasa yang terasa membingungkan, buku Aku yang Sudah Lama Hilang bisa menjadi sumber penyemangat agar bisa menjalani kehidupan dewasa yang penuh tekanan dan tuntutan.

Buku ini akan membantu pembaca untuk menemukan diri mereka kembali setelah merasa tersesat di kehidupan dunia dewasa yang serba membingungkan.

Melalui buku ini, kita akan belajar untuk mulai mendengarkan pikiran dan perasaan dari dalam diri, mempunyai hubungan yang baik dengan diri, dan membuat pilihan hidup terbaik untuk diri.

Pesan dan beli bukunya di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

buku
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau