Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencegah Korupsi dengan Mindset 8 Bentuk Kekayaan ala Robin Sharma

Kompas.com - 07/04/2025, 17:00 WIB
Rujukan artikel ini:
The Wealth Money Can`t Buy…
Pengarang: Robin Sharma
Penulis Krisna Arya
|
Editor Ratih Widiastuty

Korupsi adalah masalah yang masih mengakar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Banyak orang tergoda melakukan korupsi karena menganggap uang dan harta sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan.

Padahal, kekayaan sejati tidak hanya soal uang, tetapi juga mencakup aspek lain yang lebih bermakna dalam hidup.

Dalam bukunya The Wealth Money Can't Buy, Robin Sharma mengajarkan konsep 8 bentuk kekayaan yang bisa membantu kita memahami bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan tidak selalu datang dari materi.

Artikel ini akan membahas bagaimana memahami konsep ini bisa mencegah seseorang dari godaan korupsi.

Mengapa Orang Melakukan Korupsi?

Banyak orang tidak menyangka bahwa godaan akan uang atau harta amat sangat sulit untuk ditolak.

Korupsi tidak memandang banyak atau sedikitnya uang yang diambil.

Selama dana itu adalah demi kepentingan banyak orang, penyelewengan yang dilakukan demi kepentingan pribadi akan dipandang sebagai kejahatan.

Meski akan mendapat tindak pidana berat, mengapa orang masih saja terus melakukannya? Ternyata, ada faktor-faktor kuat yang mendorong seseorang melakukan korupsi, di antaranya:

1. Ketidakpuasan terhadap Penghasilan

Hal ini sering kali terjadi ketika seseorang merasa gaji atau tunjangan yang diterima tidak sebanding dengan beban kerja atau gaya hidup yang diinginkan.

Ketidakpuasan ini dapat memicu keinginan untuk mencari penghasilan tambahan secara ilegal.

2. Tekanan Sosial

Masyarakat sering kali memiliki standar hidup tertentu yang dianggap "ideal".

Tekanan untuk memenuhi standar ini, terutama dalam hal materi, dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi demi menjaga gengsi.

3. Keinginan Mendapatkan Kekayaan Instan

Korupsi sering kali dianggap sebagai jalan pintas untuk menjadi kaya dengan cepat.

Hanya dengan sedikit usaha, para pelaku dapat mendapat jutaan hingga triliunan rupiah.

4. Lingkungan yang Tidak Menanamkan Nilai Kejujuran

Jika korupsi dianggap sebagai hal yang biasa atau bahkan budaya dalam suatu lingkungan, orang akan cenderung menganggapnya sebagai hal yang wajar.

Dengan lingkungan semacam ini, penegakan nilai-nilai kejujuran dipastikan juga bersifat lemah.

5. Hukum yang Longgar

Hukuman yang tidak tegas atau tidak memberikan efek jera dapat membuat pelaku korupsi merasa aman untuk melakukan tindakan tersebut.

Jika pelaku korupsi merasa bahwa risiko hukuman lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh, mereka akan cenderung melakukan korupsi.

Namun, jika kita memahami bahwa kekayaan sejati lebih dari sekadar uang, kita bisa menghindari jebakan ini.

8 Bentuk Kekayaan: Konsep Mencegah Korupsi

Robin Sharma menjelaskan bahwa ada 8 bentuk kekayaan sejati yang lebih bernilai daripada sekadar uang.

Berikut adalah bagaimana masing-masing konsep ini bisa menjadi tameng dari godaan korupsi:

1. Pertumbuhan: Belajar Menjadi Lebih Baik

Pertumbuhan di sini berarti kita mau untuk belajar dan memahami hal-hal baru guna melihat dunia dengan lebih luas.

Dengan belajar, kita dapat mencapai potensi terbaik dan menguatkan nilai-nilai luhur yang ada di dalam diri.

Dengan begitu, kita lebih mudah menolak godaan untuk melakukan korupsi karena sudah dibekali dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.

Jika kita memahami bahwa kehidupan lebih dari sekadar materi, kita akan lebih menghargai integritas dan dampak positif yang bisa kita tinggalkan untuk generasi mendatang.

2. Kesehatan: Menjaga Mental dan Jiwa

Meski korupsi membuat kita dapat berolahraga di pusat kebugaran termewah di dunia, nyatanya korupsi amatlah buruk untuk kesehatan jiwa dan mental kita.

Korupsi sering kali membuat pelaku harus terus-menerus menyembunyikan perbuatannya, yang mana bisa menguras energi mental mereka.

Akhirnya, jiwa yang terganggu hanya akan menjurus pada timbulnya berbagai penyakit kronis, yang bahkan uang sebanyak apa pun tidak akan bisa menolong mereka.

Dengan memahami bahwa kesehatan adalah aset utama, kita akan lebih fokus pada keseimbangan hidup daripada mencari kekayaan dengan cara yang salah.

3. Keluarga: Sirkel ke-1 Pencegah Korupsi

Banyak orang berdalih melakukan korupsi demi keluarga.

Padahal, kehormatan dan nama baik jauh lebih berharga daripada uang haram.

Hubungan keluarga yang harmonis dibangun dari kejujuran dan kebanggaan atas pekerjaan yang dilakukan dengan benar.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Keluarga yang meninggikan nilai-nilai luhur pasti akan mencegah anggota keluarga mereka yang ingin melakukan tindakan yang tidak berperikemanusiaan.

Lagi pula, siapa yang akan menanggung malu dan mendapat hukum sosial seumur hidup jika mereka tertangkap karena korupsi?

4. Keterampilan: Hargai Potensi Diri

Korupsi sering dilakukan oleh mereka yang merasa tidak puas dengan pekerjaan atau penghasilannya.

Alih-alih berusaha menjadi lebih baik atau mengutarakan ketidakpuasan akan imbalan yang diterima, mereka malah “melukai” potensi mereka.

Korupsi sendiri merupakan tindakan pengkhianatan dan tercela karena tidak menghargai usaha dan dedikasi yang sudah kita lakukan selama ini.

Jika kita benar-benar mengejar pekerjaan yang sesuai dengan passion atau mencari passion dalam pekerjaan yang sedang digeluti, lalu memberikan makna terhadap pekerjaan itu, kita tidak akan merasa perlu mencari jalan pintas.

5. Uang: Kebebasan Finansial yang Sebenarnya

Membangun kebebasan finansial bukan berarti punya banyak uang dari hasil korupsi, melainkan memiliki kendali atas keuangan dan hidup tanpa rasa takut.

Memperoleh dan mengelola keuangan dengan baik dan membangun aset secara jujur dan bersih merupakan contoh dari kebiasaan yang akan mengarah pada kebebasan finansial.

Ini juga lebih memberikan ketenangan daripada kekayaan yang didapat secara instan, tetapi berisiko tinggi.

Para koruptor tidak akan pernah merasa bebas secara finansial.

Mereka diperbudak oleh uang dan harta, terpojok dan terpaksa melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan hanya karena mereka merasa perlu mendapatkan penghasilan lebih.

6. Komunitas: Lingkaran Sosial yang Menginspirasi

Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seseorang.

Jika kita berada di sekitar orang-orang yang menghargai integritas dan etika, kita akan lebih sulit tergoda untuk melakukan tindakan korup.

Banyak dari mereka yang terjebak dalam kasus korupsi karena para atasan, senior, bahkan kolega mereka telah melakukannya terlebih dahulu.

Karena sering dilakukan, maka perbuatan korupsi pun dianggap lumrah.

Ini juga menandakan bahwa pengawasan di dalam komunitas tersebut cenderung lemah.

Untuk itu, cari atau ciptakan lingkungan yang memusuhi perbuatan korupsi, sekecil apa pun.

Jangan takut, kita berada di jalan yang benar.

7. Petualangan: Misi Mencari Kepuasan Batin

Alih-alih mencari makna hidup dan menyadari keajaiban kecil setiap harinya, koruptor lebih senang mengoleksi barang-barang mewah yang nanti akan mereka pamerkan ke setiap orang.

Kepuasan yang hanya datang dari kekayaan materiil hanyalah ilusi.

Untuk itu, diperlukan jiwa petualang yang besar, jiwa eksplorasi yang dalam untuk mendapatkan kepuasan batiniah kita yang mungkin masih terpendam, menunggu untuk ditemukan.

Jiwa petualang membantu kita melihat dunia, menghargai hal-hal kecil, dan meningkatkan rasa syukur kita kepada alam semesta.

Kita tidak akan terpengaruh oleh keserakahan yang eksploitatif.

8. Pelayanan: Kebiasaan Melawan Gratifikasi

Ketika terbiasa memberikan bantuan dengan niat yang tulus, kita akan lebih mudah menghindari kepentingan pribadi yang bisa mengarah pada tindakan korupsi.

Ini karena kebahagiaan bersama menjadi titik tuju.

Lalu, pelayanan yang dilakukan dengan adil dan jujur nyatanya melatih diri kita untuk selalu bertindak sesuai dengan nilai moral dan etika.

Ini membangun kebiasaan yang mencegah godaan untuk berperilaku koruptif.

Tidak lupa bahwa pelayanan yang transparan dan bertanggung jawab memastikan bahwa setiap tindakan dapat dipertanggungjawabkan sehingga mengurangi kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang.

Dengan memahami bahwa kekayaan sejati bukan hanya soal uang, kita bisa menghindari godaan korupsi dan memilih jalan yang lebih bermakna.

Sebagai generasi yang memiliki akses luas terhadap informasi dan pendidikan, kita bisa mengubah pola pikir tentang kesuksesan dan menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan begitu, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bangsa ini.

Jadi, apakah kamu siap menjadi bagian dari perubahan dengan memahami dan menyeimbangkan 8 bentuk kekayaan dalam hidupmu? Yuk, mari kita lakukan mulai dari sekarang!

Kamu bisa membeli buku The Wealth Money Can't Buy ini di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau