Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Dianggap Sama, Pahami Perbedaan Gen Z dan Milenial Berikut Ini

Kompas.com - 27/05/2024, 12:00 WIB
Perbedaan Gen Z dan Milenial  Sumber Gambar: Freepik.com Perbedaan Gen Z dan Milenial 
Rujukan artikel ini:
Bebas Tanggungan
Pengarang: Reytia Anindita
|
Editor Ratih Widiastuty

Generasi adalah suatu kelompok individu yang mempunyai karakteristik yang sama menurut tahun kelahiran, latar belakang sejarah, perkembangan teknologi, serta peristiwa-peristiwa penting yang ikut memengaruhi perilaku dan pola pikir mereka.

Saat ini, generasi yang kerap diperbincangkan adalah Gen Z dan Milenial yang memang menjadi generasi yang memenuhi pasar dunia kerja.

Gen Z merupakan orang-orang yang lahir pada tahun antara tahun 1997 sampai tahun 2012, sementara Milenial merupakan generasi yang lahir antara tahun 1981 hingga tahun 1996.

Gen Z dan Milenial kerap dianggap sama padahal keduanya merupakan dua generasi yang berbeda sehingga perlu dicari tahu dan dipahami secara lebih mendalam lagi.

Gen Z sendiri tumbuh dalam era teknologi yang sudah maju dan canggih, sementara Milenial merasakan transisi dari teknologi konvensional ke teknologi modern.

Tidak cuman itu, latar belakang sejarah dan sosial pun berdampak pada cara pandang dan perilaku dari kedua generasi ini.

Memahami perbedaan antara Gen Z dan Milenial bisa membantu dalam beragam aspek, seperti pendidikan, pemasaran, hingga rekrutmen tenaga kerja.

Lalu, apa perbedaan antara Gen Z dan Milenial itu sendiri? Simak jawabannya berikut ini.

Perbedaan Gen Z dan Milenial

1. Pola Pikir Bekerja

Gen Z biasanya cenderung kompetitif sebab mereka telah terbiasa dalam melihat pencapaian orang lain di media sosial.

Mereka biasanya ingin lebih mengungguli pencapaian orang-orang yang mereka lihat di media sosial.

Sementara itu, Milenial cenderung lebih memilih untuk mengerjakan apa yang dirasa nyaman untuk dikerjakan.

Akibat pola pikir yang idealis ini, biasanya generasi Milenial akan terperangkap dalam adu argumen dengan atasan yang menimbulkan kondisi tidak nyaman setelahnya.

Setelah itu, tak lama kemudian mereka akan resign dari pekerjaan.

Oleh karena itu, banyak dari generasi Milenial yang memilih untuk membuka bisnis sendiri agar dapat memperoleh pemasukan dengan cara yang nyaman menurut mereka.

2. Cara Kerja

Perkembangan teknologi yang memajukan dunia digital membuat Gen Z menjadi terbiasa untuk bekerja secara mandiri.

Ini berkebalikan dengan generasi milenial yang justru malah lebih merasa nyaman untuk bekerja secara berkelompok.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Meskipun kemajuan dunia digital memudahkan pekerjaan bagi Gen Z, tapi hal ini juga memiliki dampak negatif seperti kebiasaan mereka dalam hal multitasking.

Hal ini tentu saja akan membuat para Gen Z jadi kesulitan untuk fokus dalam mengerjakan satu pekerjaan saja karena sudah terbiasa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.

3. Prinsip Hidup

Gen Z dan milenial mempunyai dua prinsip hidup yang berbeda, yakni Gen Z memiliki sifat pragmatis, sementara milenial condong bersifat idealis.

Hal ini tentunya akan menjadi parameter dasar dari perbedaan kedua generasi ini dalam dunia kerja.

4. Cara Berinteraksi

Biasanya, milenial cenderung lebih menyukai cara berinteraksi secara digital.

Hal ini tentunya terjadi akibat dari pengaruh media sosial sebagai salah satu fase dalam kehidupan mereka.

Sedangkan Gen Z jauh lebih nyaman untuk berinteraksi secara tatap muka karena akan mengurangi kesalahpahaman.

Dengan lebih mengenal perbedaan antara Gen Z dan Milenial tentunya akan memudahkan dalam hal perekrutan karyawan dengan menyesuaikan sesuai target pasar mereka.

Hadirnya Gen Z dan Milenial dalam bursa kerja tentunya akan semakin menambah kompleksitas tersendiri.

Berbicara Gen Z dan Milenial tentunya akan jauh lebih menarik apabila bisa dinikmati dalam bentuk cerita fiksi.

Novel Bebas Tanggungan karya Reytia sangat menggambarkan kondisi Gen Z dan Milenial dalam dunia kerja, yaitu biasanya mereka turut menjadi generasi sandwich.

Mengisahkan tentang Safira yang bekerja di perusahaan e-commerce, tapi dirinya harus merelakan setengah gajinya untuk membayar utang keluarga dan biaya hidup adiknya.

Lelah dengan kondisinya yang harus terus berhemat dan melihat teman-teman satu kantornya hidup jauh lebih sejahtera, Safira pun ingin hidup bebas tanggungan.

Marla, sahabat Safira, pun mencetuskan ide untuk mencari suami yang kaya raya agar tujuan hidup Safira bisa terwujud.

Mampukah Safira merealisasikan hidupnya untuk bebas tanggungan?

Cari tahu kelanjutan ceritanya dengan memesan novelnya di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com