Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Generasi yang Hilang

Kompas.com - 02/05/2023, 16:00 WIB
Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata Sumber Gambar: Dok. Elex Media Komputindo Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata
Rujukan artikel ini:
Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata…
Pengarang: Ahmad Rifa'i Rif'an
|
Editor Puteri

Imam Bukhari sejak kecil sudah meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu agama.

Menghafal ratusan ribu hadis.

Menjaga keberkahan ilmu dengan ketaatan.

Ia rela menempuh jarak berkilo-kilometer untuk memperoleh kejelasan dari satu hadis.

Ada pula Muhammad Al-fatih sang pemuda muslim penakluk Konstantinopel.

Di usia remaja sudah sudah menjadi Sultan yang memutuskan suatu perkara.

Mengistiqomahkan dirinya menjalankan perintah wajib maupun sunnah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Impiannya menjadi pejuang terbaik muslim.

Sementara itu, di sisi bumi yang lain, ada Ibunda Yoyoh Yusroh, hidupnya diabdikan untuk umat, sebagai aktivis yang lantang menolak pemberlakukan pelarangan jilbab di masa orde baru, seorang pengemban dakwah, sekaligus merupakan ibu dari 13 anak.

Ia diberi gelar kehormatan oleh rakyat Palestina karena keberaniannya untuk membela dan memberikan bantuan bagi masyarakat Palestina yang membutuhkan di tengah gencatan senjata Israel.

Ke mana para generasi muslim kini berkiblat? Idola mereka tak lagi pada para sahabat dan orang saleh.

Namun, pada idola-idola yang hanya memberi kesenangan dan hiburan sesaat.

Maka tak heran kebahagiaan yang diidam-idamkan justru tak memberi kedamaian batin.

Tingkat kasus bunuh diri dan gangguan kesehatan mental terus saja meningkat.

Berdasarkan laporan World Health Organization hampir satu miliar orang di dunia mengalami gangguan mental.

Korea selatan sebagai negara maju dengan trendsetter mode dan hiburan mengalami krisis seks sebab anak mudanya tak ingin menikah dan memiliki anak.

Jepang dengan tingkat perekonomian terbesar ketiga di dunia dan dikenal dengan kecanggihan teknologinya menjadi salah satu negara dengan indeks kasus bunuh diri tertinggi di dunia.

Di Indonesia, masalah yang tak kalah pelik juga melanda generasi muda tanah air, seks bebas, hamil di luar nikah, hingga kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak sekolah dasar akibat paparan pornografi dan kurangnya pendampingan keluarga.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, namun perlu kebijaksanaan dalam memanfaatkannya.

Kemudahan teknologi memudahkan siapa pun untuk dapat mengakses informasi bermanfaat, mengikuti kegiatan secara daring, bahkan membantu mengantarkan kebutuhan penting.

Namun, siapa pun dapat pula mengakses tontonan dan hiburan mengandung pornografi, membeli barang konsumtif dengan mudah lewat paylater ataupun pinjol, hingga menghasilkan uang meski dengan merugikan orang lain.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Tantangan arus perubahan yang terus berkembang pesat membuat setiap orang saling berkompetisi untuk memenuhi gengsi, hingga tak jarang berbagai kemudahan itu justru dimanfaatkan untuk mencapai cara instan mewujudkan kesenangan dan impian.

Lalu bagaimana menghadapi dunia dengan segala tantangan yang terus menggoda di zaman ini? “Dan (juga) pada diri kalian. Apakah kalian tidak memerhatikan?” Begitu Kalam-Nya dalam surah Ad-Dzariyat ayat 21.

Sebagai generasi muslim, kita percaya bahwa hidup ini punya tujuan dan aturan.

Manusia tidak diciptakan melainkan dengan tujuan untuk beribadah pada-Nya.

Terdapat aturan untuk menjalani perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Meski menyenangkan hati, jika tidak sesuai dengan anjuran-Nya maka harus ditinggalkan.

Itulah prinsip sebagai seorang muslim.

Selain itu, merasa cukup atas segala nikmat yang sudah Allah beri, tanpa perlu melihat kelimpahan di kanan dan kiri, akan memberi kedamaian ke dalam hati.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sudah memberi makna kecukupan yang dapat dijadikan sebagai standar dalam hidup, “Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga, dan masyarakatnya), diberi kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi)

Rasa cukup penting untuk bisa mensyukuri karunia dari-Nya dan fokus mengorientasikan hidup tertuju pada-Nya karena jika orientasi itu bergeser pada manusia, maka generasi muslim yang sadar akan tujuan penciptaannya dan memiliki semangat dalam kebaikan juga ketaatan akan menghilang.

Mari berjuang bersama menjaganya.

Referensi

Buku “God, I Miss You” karya Ahmad Rifa’I Rif’an

Buku “Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata” karya Ahmad Rifa’I Rif’an

Buku “Muslimah Produktif” karya Ary Mita

Buku “Man Shabara Zhafira” karya Ahmad Rifa’I Rif’an

Buku “Yoyoh Yusroh” karya Tim GIP

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/20/193000823/who--hampir-1-miliar-orang-di-dunia-alami-gangguan-kesehatan-mental?page=all

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/02/daftar-20-negara-ekonomi-terkuat-di-dunia-2022-indonesia-masuk-daftar

https://www.kompas.tv/article/171651/5-negara-dengan-indeks-bunuh-diri-tertinggi-jangan-anggap-sepele

Baca buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau