Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Burung Garuda Itu Ada Atau Sekadar Mitologi Belaka? Temukan Jawabannya di Sini!

Kompas.com - 11/10/2022, 09:00 WIB
Apakah Burung Garuda Itu Ada Sumber Gambar: Freepik.com Apakah Burung Garuda Itu Ada
Rujukan artikel ini:
Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato Bpupki…
Pengarang: FLORIBERTA AING
Penulis Okky Olivia
|
Editor Ratih Widiastuty

Bagi bangsa Indonesia, burung garuda dikenal sebagai salah satu hewan penting dan bersejarah, sebab burung garuda adalah lambang negara Indonesia.

Dari banyaknya gambar yang tersebar, burung garuda selalu digambarkan memiliki tubuh berwarna emas, paruh serta sayap yang mirip burung elang, dan ukuran tubuh yang besar sampai bisa menghalangi sinar matahari.

Jika membaca sejarah, kamu pasti sudah memahami kalau burung garuda ini diceritakan memiliki beberapa simbol yang mencerminkan bangsa Indonesia.

Jumlah bulu pada masing-masing sayapnya adalah 17, kemudian ada 8 bulu ekor dan 19 bulu di pangkal ekor, serta 45 bulu pada leher, semuanya melambangkan hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945.

Meski dianggap sebagai salah satu sosok legendaris, ternyata masih ada sebagian besar orang yang belum mengetahui apakah burung garuda ini benar-benar nyata atau hanya sekadar hewan mitologi saja.

Pertanyaan-pertanyaan ini bisa terus bermunculan karena pada dasarnya belum pernah ada orang yang melihat burung garuda terbang di alam liar.

Burung Garuda, Nyata atau Rekayasa?

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), garuda diartikan sebagai burung besar pemakan daging, menyerupai elang, dan memiliki kekuatan terbang yang luar biasa.

Mengutip dari The Culture Trip, burung garuda sebenarnya bukanlah hewan asli melainkan hanya mitologi dari zaman kuno, tepatnya ada dalam epos Mahabharata yang menyebut bahwa garuda adalah makhluk setengah burung dan setengah manusia.

Dalam epos tersebut, burung garuda digambarkan memiliki sayap berwarna merah, berwajah putih, dan terlahir menjadi anak seorang pendeta bernama Resi Kasyapa.

Dengan menjadi anak seorang resi, garuda diberikan kekuatan khusus oleh para dewa sejak ia pertama kali menetas, kisah dalam epos inilah yang menjadi salah satu acuan pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana di pulau Bali.

Meski begitu, burung garuda yang dijadikan sebagai lambang negara Indonesia tidak benar-benar mirip dengan cerita yang ada pada mitologi, bahkan cenderung lebih menyerupai elang Jawa.

Jadi dapat disimpulkan kalau burung garuda memang pernah hidup di zaman kuno atau zaman dimana belum ada peradaban modern, sebelum akhirnya punah dan kini kita hanya bisa membacanya dalam dongeng.

Arti Simbol Burung Garuda

Menurut penggambarannya, burung garuda memiliki banyak arti atau simbol yang berbeda, diantaranya:

1. Dalam Agama Hindu

Menurut ajaran agama Hindu, garuda dikenal sebagai burung mitologis yang digambarkan sebagai tunggangan atau kendaraan Dewa Wisnu.

Pada kisah Mahabharata, diceritakan bahwa garuda adalah anak Resi Kasyapa dan 2 istrinya (Kadru dan Winata), karena tidak kunjung memiliki anak, sang resi memberikan 1.000 telur kepada Kadru dan 2 telur kepada Winata.

Telur milik Kadru menetas menjadi 1.000 ekor ular yang sakti sementara kedua telur milik Winata menetas belakangan dan mengeluarkan sosok garuda yang dikenal kuat dan tangguh.

2. Dalam Agama Buddha

Dalam ajaran agama Buddha, garuda digambarkan sebagai golongan burung dengan sayap yang cemerlang, golongan burung yang satu ini merupakan bagian dari Astasena atau Astagatyah (8 kelompok makhluk ghaib).

Tidak hanya itu, dalam seni rupa agama Buddha, burung garuda diwujudkan dalam posisi duduk sambil mendengarkan khotbah Sang Buddha, dan terkadang juga digambarkan sedang mencengkram naga dengan cakarnya (naga adalah musuh burung garuda).

Burung garuda ini banyak diyakini sebagai salah satu makhluk utusan Sakra yang sedang menjaga gunung-gunung dan surga dari serangan para Asura.

3. Sebagai Lambang Negara Indonesia

Selain kisah-kisah yang tertulis dalam ajaran agama, burung garuda juga dikenal sebagai lambang negara yang secara resmi ditetapkan pada Sidang Kabinet RI pada 11 Februari 1950.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Dipilihnya sosok burung garuda sebagai lambang negara Indonesia ini karena garuda mampu melambangkan kebaikan, pengetahuan, keberanian, kekuatan, kesetiaan, dan kedisiplinan.

3 Hewan Asli yang Disebut MIrip dengan Burung Garuda

Meskipun tidak bisa dipastikan secara fakta, banyak pendapat yang mengatakan bahwa burung garuda bisa disamakan dengan burung elang Jawa.

Burung elang merupakan jenis burung pemangsa dan menjadi hewan yang menempati posisi puncak dalam rantai makanan di alam liar, mereka memiliki paruh yang bengkok dan tajam sehingga mudah untuk memakan mangsanya.

Selain elang Jawa, ternyata ada beberapa spesies burung elang lain yang disebut mirip dengan burung garuda, dan masih hidup sampai sekarang.

1. Elang Laut Steller (Haliaeetus Pelagicus)

Elang laut steller biasanya ditemukan di daerah Asia Timur, tepatnya di bagian tebing atau pesisir pantai.

Seekor elang laut steller bisa memiliki berat tubuh hingga 4,9 sampai 9,5 kg, sehingga mereka disebut sebagai elang terberat di dunia yang masih hidup sampai saat ini.

Sayangnya dalam beberapa tahun terakhir, populasi elang laut steller terus mengalami penurunan, bahkan menurut International Union for Conversation of Nature (IUCN), burung elang laut steller sudah dikategorikan sebagai spesies hewan yang rentan punah.

2. Elang Harpy (Harpia Harpyja)

Burung elang harpy memiliki raut wajah yang ekspresif dengan bulu-bulu berwarna hitam dan abu-abu, mereka banyak hidup di hutan hujan Meksiko, Brazil, sampai bagian utara Argentina.

Hampir sama dengan elang laut steller, elang harpy memiliki bobot tubuh seberat 4,4 sampai 8,3 KG, mereka bisa terbang dengan kecepatan 80 km/jam dengan ukuran yang lebih besar dari beruang.

Meski dianggap sebagai salah satu predator terkuat, elang harpy kini juga telah dinyatakan hampir punah karena jumlah spesiesnya mulai menipis di alam liar.

3. Elang Emas (Aquila Chrysaetos)

Burung elang emas biasanya hidup di berbagai benua, dan tercatat memiliki 6 sub-spesies, yaitu:

  • Elang emas Eropa (Aquila chrysaetos chrysaetos)
  • Elang emas Iberia (Aquila chrysaetos homeyeri)
  • Elang emas Asia/Himalaya (Aquila chrysaetos daphanea)
  • Elang emas Jepang (Aquila chrysaetos japonica)
  • Elang emas Amerika Utara (Aquila chrysaetos canadensis)
  • Elang emas Siberia/Kamchatkan (Aquila chrysaetos kamtschatica)

Burung elang emas ini memiliki bobot sebesar 3 sampai 6,1 KG dan memiliki kecepatan terbang maksimal sampai 322 km/jam, hanya berada satu tingkat dibawah burung falcon.

Itu dia beberapa penjelasan mengenai keberadaan burung garuda, arti simbolnya, dan beberapa jenis spesies yang dinilai mirip dengan burung garuda.

Selain burung garuda yang dikenal sebagai lambang negara, masyarakat Indonesia juga mengenal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Setelah memahami arti atau simbol garuda sebagai lambang negara, kamu bisa lanjut membaca sejarah Pancasila dan alasan apa yang membuat Pancasila bisa dijadikan sebagai dasar negara Indonesia.

Melalui buku Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato Bpupki (2019) karya Floriberta Aing, kamu akan mengetahui seperti apa dasar pemikiran para tokoh nasional terhadap dasar negara Indonesia sampai akhirnya lahirlah Pancasila pada 1 Juni 1945.

Menurut catatan sejarah, Sukarno adalah orang yang menggagas adanya Pancasila, sayangnya rezim Orde Baru sempat berusaha menghapus dan menolak anggapan tersebut.

Apa yang mendasari adanya penolakan tersebut dan siapa sebenarnya tokoh yang dianggap tepat disebut sebagai penggali dan penggagas lahirnya Pancasila? Kamu bisa temukan jawabannya dalam buku ini.

Untuk mendapatkan buku ini kamu bisa membelinya melalui Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Promo Diskon Promo Diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau