Kemerdekaan Indonesia resmi diproklamasikan oleh presiden dan wakil presiden pertama Indonesia, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Perjuangan dan pengorbanan sampai kita berada di titik tersebut sungguh sangat berat.
Butuh ratusan tahun bagi Indonesia untuk lepas dari cengkeraman penjajah yang silih berganti.
Tentu kamu sudah akrab dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan tersebut, bukan? Namun ternyata, peristiwa sakral tersebut tidak serta merta menjadikan Indonesia negara yang bebas.
Negara-negara yang merasa memiliki hak terhadap Indonesia masih membayang-bayangi negara kita sampai beberapa tahun berselang sejak kemerdekaan Indonesia.
Mereka tidak mengakui kemerdekaan tersebut.
Para penjajah terus berupaya untuk kembali menjadikan negara kita daerah jajahannya.
Selepas proklamasi, Indonesia sibuk menata pemerintahan.
Bersamaan dengan itu, gangguan dari negara-negara asing juga membuat kita kewalahan. Baca selengkapnya terkait Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sebelum merdeka, Indonesia merupakan daerah kekuasaan Jepang.
Ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II, seluruh daerah jajahannya jatuh ke tangan Sekutu, di bawah organisasi bernama Allie Forces Netherland East Indies (AFNEI).
Kedatangan AFNEI ke Indonesia membawa masalah karena Belanda ikut membonceng di bawah nama Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Insiden pertama terjadi di sebuah hotel di Surabaya bernama Hotel Yamato pada tanggal 19 September 1945, hanya beberapa bulan berselang sejak proklamasi.
Sebuah bendera Belanda dikibarkan di halaman Hotel Yamato dan menyulut kemarahan sekelompok pemuda.
Mereka menyobek bendera merah-putih-biru tersebut hingga hanya tersisa warna merah-putih, yang merupakan warna bendera Indonesia.
Insiden ini memicu sejumlah pertempuran yang memakan nyawa baik dari pihak Indonesia maupun Belanda.
Pertempuran ini kemudian memuncak pada tanggal 10 November 1945.
Ultimatum yang diberikan AFNEI atas pemberontakan rakyat Surabaya ditolak oleh Gubernur Jawa Timur. Peperangan tak bisa dielakkan.
Untuk menghormati peristiwa ini, Tugu Pahlawan dibangun di Surabaya dan Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November.
Pertempuran ini terjadi di Semarang.
Diawali dengan kedatangan NICA yang berniat untuk membebaskan tawanan Belanda, pada tanggal 20 Oktober 1945.
Hal ini memicu kemarahan para pejuang Indonesia di Semarang.
Pasukan NICA dipukul mundur sampai ke Ambarawa.
Gugurnya seorang Letnan Kolonel dalam pertempuran ini semakin membakar amarah para pejuang Indonesia.
Pada tanggal 12 Desember 1945, para pejuang menyerang ke Ambarawa.
Pertempuran itu terjadi hingga Sekutu terdesak ke Semarang pada tanggal 15 Desember 1945.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Pertempuran ini diabadikan dalam Monumen Palagan Ambarawa.
Tanggal 15 Desember 1945 kini diperingati sebagai Hari Infantri.
Sekutu yang diboncengi NICA juga tiba di Kota Bandung pada tanggal 13 Oktober 1945.
Mereka datang dengan alasan hendak menawan tentara Jepang yang tersisa.
Lama-lama, mereka mulai berusaha menguasai Kota Bandung.
Ultimatum dari Sekutu dan NICA dijatuhkan pada tanggal 21 November 1945 untuk mengosongkan Bandung Utara.
Hal ini memicu pertempuran, dan membelah Bandung menjadi dua area–Bandung Utara, yang dikuasai Sekutu, dan Bandung Selatan, dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat.
Ultimatum kedua dari Sekutu dan NICA terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.
Karena kondisi rakyat yang tidak memungkinkan untuk pertempuran lainnya, pemerintah meminta Tentara Keamanan Rakyat untuk memenuhi ultimatum tersebut.
Namun penyerahan Bandung Selatan tidak dilakukan dengan sukarela.
Tentara Keamanan Rakyat lalu membumihanguskan Bandung Selatan, hingga kejadian itu dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Kedatangan tentara Sekutu dan NICA menimbulkan keresahan pada rakyat Medan sehingga dibentuklah sekelompok pejuang dengan nama Barisan Pemuda.
Pada tanggal 13 Oktober 1945, lencana kebanggaan Barisan Pemuda diinjak-injak oleh seorang tentara Belanda.
Tak terima akan penghinaan tersebut, pertempuran pun pecah.
Tentara Belanda menerima perlawanan dari rakyat Medan yang marah dan akan kehadiran mereka, hingga mereka makin lama makin terdesak.
Tanggal 1 Desember 1945, Belanda menetapkan beberapa garis batas pertempuran dan aturan-aturan lain yang tentu saja tidak dipatuhi oleh rakyat Medan.
Perlawanan terus diberikan oleh rakyat Medan, meskipun Belanda akhirnya menduduki Kota Medan pada tanggal 10 Agustus 1946.
Pertempuran-pertempuran di atas terjadi di banyak daerah di Indonesia pasca kemerdekaan.
Tercatat ada 19 pertempuran melawan Sekutu dan Nica dari tahun 1945 sampai 1949, dengan titik-titik pertempuran tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Rakyat Indonesia harus kembali berjuang mempertahankan kemerdekaan yang sudah ada dalam genggaman, dan berusaha agar kedaulatan negara kita diakui dunia.
Jika kamu tertarik untuk membaca sejarah lengkap Indonesia, kamu dapat membacanya di buku berjudul Bunga Rampai Sejarah Indonesia karya Moehkardi.
Buku ini membahas peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah proklamasi, revolusi nasional, serta biografi tokoh-tokoh penting yang terlibat.
Dengan penjelasan yang ringkas dan menarik, kamu akan mengetahui lebih jauh tentang kejadian-kejadian yang terjadi seputar kemerdekaan Indonesia.
Segera dapatkan buku ini dan buku lainnya hanya di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.