Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi Buku Sejarah Terbaik Berlatarkan Kisah Pendudukan Jepang di Indonesia

Kompas.com - 04/11/2021, 18:00 WIB
Sumber foto: Freepik
Rujukan artikel ini:
Seri Nusantara Membara: Invasi ke…
Pengarang: Nino Oktorino
Penulis Okky Olivia
|
Editor Almira Rahma Natasya

Sejak duduk di bangku sekolah, banyak dari kita yang sudah diberikan pemahaman bahwa Indonesia pernah beberapa kali mengalami penjajahan dari bangsa asing, yang paling terkenal adalah bangsa Belanda dan Jepang.

Walaupun masih jadi perdebatan mengenai berapa lamanya Belanda menduduki Indonesia, tapi kebanyakan orang sudah terlanjur tahu bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun dan dijajah Jepang selama 3,5 tahun.

Dalam kurun waktu 3,5 tahun, Jepang membawa banyak perubahan bagi bangsa Indonesia. Mereka membuat beberapa organisasi militer seperti Heiho, Putera, PETA, Fujinkai, dan Jawa Hokokai, sebagai tempat latihan militer rakyat pribumi.

Pada 7 Desember 1941, pasukan Jepang menyerang pangkalan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii.

Sebagai bentuk solidaritas terhadap Amerika Serikat, pemerintahan Belanda yang pada saat itu masih menduduki Indonesia langsung menyatakan perang terhadap Jepang, dan akhirnya membuat Indonesia juga ikut terlibat dalam perang yang dinamakan Perang Asia Timur Raya.

Melalui Perang Asia Timur Raya, Jepang sedikit demi sedikit mengincar Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam, yang sangat dibutuhkan bagi kemajuan industri Jepang.

Bagi kamu yang penasaran bagaimana kisah pendudukan Jepang di Indonesia, awal mula kedatangannya, apa yang mereka lakukan di Indonesia, dan apa yang membuat Jepang pergi dari Indonesia, kamu bisa membaca tiga buku karya Nino Oktorino untuk menjawab rasa penasaranmu.

Buku Karya Nino Oktorino Tentang Kisah Pendudukan Jepang di Indonesia

1. Invasi Ke Sumatra

Pemerintah Belanda yang membantu sekutunya melawan Jepang kewalahan karena kehilangan banyak prajurit, yang akhirnya membuat mereka menyerah dan memberikan kekuasaan penuh kepada Jepang untuk menguasai Indonesia pada 8 Maret 1942.

Pada awalnya, bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang karena mereka berhasil mengusir Belanda dari Indonesia dan membuat Indonesia terbebas dari penderitaan selama bertahun-tahun.

Tapi rakyat belum memahami, bahwa kedatangan Jepang ke Indonesia ini juga memiliki tujuan tersendiri, mereka ingin menguasai wilayah dan kekayaan alam Indonesia untuk memakmurkan negara mereka.

Kedatangan pertama Jepang ke Indonesia terjadi pada 10 Januari 1942, mereka mengincar kota pertambangan seperti Tarakan dan Balikpapan di Kalimantan.

Tapi setelah mengetahui bahwa Sumatra adalah wilayah yang kaya sumber daya alam, mereka segera menyerang banyak kota di Sumatra seperti Palembang dan Medan yang dipenuhi ladang minyak, kemudian menyerang Bangka, Belitung, dan Singkep sebagai daerah penghasil timah terbesar ketiga di dunia, dan masih banyak lagi wilayah lain di Sumatra yang menjadi incaran Jepang.

Selain membahas sejarah invasi Jepang ke Sumatra, buku ini juga akan membahas tokoh-tokoh yang terlibat di dalam peristiwa sejarah ini, dan apa saja bentuk perlawanan yang dilakukan rakyat Sumatra untuk mengusir Jepang dari wilayahnya.

2. HEIHO: Barisan Pejuang Indonesia yang Terlupakan

Sebagai cara untuk menarik simpati rakyat Indonesia, pada 2 September 1942, Jepang membentuk suatu organisasi militer yang diberi nama Heiho.

Walaupun termasuk organisasi pertama bentukan Jepang, Heiho ini tidak begitu dikenal dan catatan sejarahnya pun termasuk sulit untuk diselidiki. Untuk mencari saksi hidupnya juga tidak mudah karena kebanyakan dari mereka sudah meninggal atau hidup dalam kondisi yang kurang baik.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Jepang memiliki tujuan khusus dalam pembentukan Heiho, mereka membutuhkan lebih banyak pasukan untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, sekaligus diminta menjadi prajurit pekerja yang akan membangun kamp-kamp dan basis pertahanan tentara Jepang.

Dalam sistemnya, Heiho dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Angkatan Darat, Laut, Polisi (Kempetai), dan masing-masing dari kelompok ini juga diberi senjata khusus seperti tank, senjata laras panjang, dan juga katana.

Setelah menjalani pendidikan militer selama setahun, pada tahun 1943 prajurit Heiho mulai dikirim untuk membantu mengamankan beberapa wilayah Indonesia seperti Madura, Papua, dan Malang.

Walaupun pada awalnya terlihat baik, tapi perjalanan Heiho tidak begitu mulus, masih banyak rakyat yang mudah diadu domba sehingga banyak dari prajurit Heiho yang memilih menjadi pengkhianat.

3. Keris dan Katana

Walaupun terlihat kuat dan tangguh di awal Perang Asia Timur Raya, tapi lama kelamaan Jepang juga tidak kuat menahan gempuran lawan-lawannya, yang akhirnya membuat mereka terpaksa melepas beberapa wilayah jajahannya.

Kekalahan Jepang sedikit demi sedikit membuat pertahanan mereka lemah, dan Indonesia kembali diincar oleh negara-negara lain, termasuk juga oleh Belanda yang merasa belum puas dalam menjajah Indonesia.

Untuk mengatasi hal ini, Jepang kemudian membentuk lagi barisan pemuda yang akan ditugaskan dalam memperkuat garis perbatasan Indonesia sekaligus membantu pasukan Jepang dalam perang, barisan pemuda ini diberi nama PETA (Pembela Tanah Air).

Selain membahas awal dibentuknya barisan PETA, buku Keris dan Katana ini juga akan membahas perjalanan PETA dan perjuangannya dalam membantu Proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Walaupun dilatih dan difasilitasi oleh Jepang, para perwira PETA semakin lama semakin sadar bahwa mereka sebenarnya hanya dijadikan alat untuk membantu Jepang memenangkan pertempuran, sementara mereka masih hidup dalam penderitaan. Hal ini membuat mereka bertekad untuk balik melawan dan mengusir Jepang supaya Indonesia bisa meraih kemerdekaan.

Kekuatan Jepang yang semakin melemah, ditambah gempuran yang datang dari para perwira PETA dan rakyat biasa, membuat Jepang akhirnya berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan membentuk Dokuritsu Zunbi Coosakai atau lebih dikenal dengan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang anggotanya berasal dari kalangan para tokoh diplomatik Indonesia.

Tugas utama BPUPKI adalah mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam menyambut kemerdekaan Indonesia.

Beberapa hari sebelum kemerdekaan, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 yang sekaligus menjadi hari dibubarkannya barisan PETA.

Setelah Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, para mantan perwira PETA tetap bergabung ke dalam kelompok-kelompok besar dengan tujuan untuk menjaga keselamatan Indonesia dari gempuran pihak luar. Sampai akhirnya para perwira PETA ini dikoordinir dan digabung menjadi satu dengan nama BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang merupakan cikal bakal dari TNI (Tentara Nasional Indonesia).

Ketiga buku ini bisa kamu jadikan bahan bacaan yang tepat untuk lebih memahami sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yang nantinya bisa menambah rasa nasionalisme dan membuatmu semakin memahami arti dari perjuangan dan kemerdekaan.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

buku
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau