Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Indonesia Pernah Menjajah Negara Lain? Yuk, Intip Faktanya di Sini!

Kompas.com - 04/05/2022, 10:00 WIB
Apakah Indonesia pernah menjajah negara lain Sumber Gambar: nasional.kompas.com Apakah Indonesia pernah menjajah negara lain
Rujukan artikel ini:
Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara
Pengarang: Faizal Ardi Gustama
|
Editor Almira Rahma Natasya

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara terlama yang dijajah oleh bangsa Eropa.

Ada enam negara yang pernah menjajah Indonesia.

Total waktu negara kita dijajah adalah 433 tahun.

Periode paling lama adalah penjajahan Belanda, yaitu selama kurang lebih 350 tahun.

Penjajahan ini dimulai di tahun 1509 oleh Portugis, kemudian berturut-turut oleh Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris, dan terakhir Jepang.

Motif penjajahan ini adalah rempah-rempah yang mudah ditemukan di Indonesia.

Rempah-rempah ini lalu dijual dengan harga yang sangat mahal di Eropa.

Perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan pada tahun 1945 sungguh tidak mudah.

Banyak pahlawan yang gugur karena memperjuangkan hak kita sebagai manusia merdeka.

Selama empat abad lebih dijajah, apakah Indonesia pernah menjajah negara lain setelah kemerdekaannya?

Ternyata, Indonesia pernah menguasai beberapa negara di Asia Tenggara, lho! Negara apa saja itu? Simak penjelasan berikut ini!

Indonesia Menguasai Asia Tenggara pada Zaman Kerajaan Sriwijaya

Jauh sebelum kedatangan penjajah, Indonesia memiliki kerajaan-kerajaan besar yang mengelola penjualan hasil bumi rakyat.

Salah satu kerajaan yang paling besar adalah Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Pulau Sumatera Selatan.

Sebuah prasasti yang bernama Prasasti Kedukan Bukit, berisi pernyataan bahwa Kerajaan Sriwijaya resmi berdiri di tahun 682 Masehi.

Pendiri kerajaan ini adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dengan kekuatan yang hebat.

Perkembangannya sepanjang abad ke-7 sampai ke-13 Masehi menjadikannya sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Salah satu catatan arkeolog menyebutkan bahwa kapal Kerajaan Sriwijaya saat itu panjangnya sekitar 60 meter dengan kapasitas 1000 penumpang.

Dalam catatan sejarah, pada abad 9 Masehi, Kerajaan Sriwijaya melakukan ekspansi wilayah kekuasaan ke seluruh Asia Tenggara.

Ekspansi kekuasaan ini bertujuan untuk menguasai perdagangan dan jalur-jalur pelayaran di Asia Tenggara.

Hal ini dilakukan karena saat itu daerah Kerajaan Sriwijaya, yang diduga berada di dekat Sungai Musi, dinilai kurang strategis.

Di bawah pimpinan salah satu raja terbesar di Kerajaan Sriwijaya, Raja Balaputradewa yang memerintah pada tahun 856 Masehi, Kerajaan Sriwijaya melebarkan kekuasaannya.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada saat itu meliputi Sumatera, sebagian Pulau Jawa, Kamboja dan Vietnam (Indochina), Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya.

Kamboja dan Thailand merupakan pusat perdagangan Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.

Bahkan, observasi arkeologi telah menemukan reruntuhan candi Sriwijaya di kedua negara ini.

Di Thailand Selatan, ditemukan prasasti Kerajaan Sriwijaya di Ligor.

Prasasti ini berisi kisah tentang pembangunan caitya (tanah atau tumpukan bebatuan untuk pemakaman) yang dilakukan oleh raja Sriwijaya saat itu.

Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran setelah serangan dari Kerajaan Colamandala yang merupakan bangsa India pada tahun 1024.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Ekspedisi Palamayu yang dilakukan oleh Kerajaan Singasari pada tahun 1275 juga merupakan salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.

Operasi Seroja: Upaya Indonesia Merebut Sekaligus Membebaskan Timor Timur

Pernah menjadi salah satu provinsi di bagian Timur Indonesia, Timor Timur kemudian memutuskan untuk merdeka menjadi negara Timor Leste.

Timor Leste merupakan bekas negara jajahan Portugis.

Ketika terjadi kekosongan kekuasaan di Timor Leste, terjadi perpecahan pendapat mengenai akan dibawa ke mana negara tersebut.

Terdapat tiga perbedaan keinginan di Timor Leste saat itu, yaitu keinginan untuk merdeka dan memiliki otonomi sendiri, merdeka secara bertahap, dan bersatu dengan Indonesia.

Perbedaan pendapat itu memicu perang saudara sehingga membuat Timor Leste harus melibatkan Indonesia untuk menengahi kekacauan.

Indonesia datang dan menyatakan Timor Leste sebagai bagian dari negara pada tanggal 7 Desember 1975 dalam sebuah operasi bernama Operasi Seroja.

Operasi ini bertujuan untuk memukul mundur pasukan Fretilin yang merupakan pihak yang memerdekakan Timor Leste, namun tidak mendapat dukungan dari warga sipil.

Operasi Seroja adalah operasi terbesar yang pernah dilakukan oleh militer Indonesia.

Korban jiwa yang terdampak mencapai 180 ribu, baik dari pihak tentara dan warga sipil.

Untuk mengambil hati para rakyat Timor Leste yang sedang dalam kondisi panas dan tak menentu, pemerintah Indonesia berupaya melakukan macam-macam pembangunan di sana.

Namun, gerakan separatis akhirnya terbentuk dan Timor Leste berkeras untuk menjadi negara merdeka.

Dengan berbagai macam upaya damai, akhirnya Timor Leste dinyatakan merdeka secara utuh oleh PBB pada tanggal 30 Agustus 1999.

Presiden B. J. Habibie adalah presiden Indonesia yang saat itu memegang tampuk pemerintahan ketika peristiwa merdekanya Timor Leste ini terjadi.

Alasan Presiden Habibie melepas Timor Leste dipuji oleh banyak pemimpin dunia karena dinilai sebagai keputusan yang cerdas.

Presiden Habibie menyatakan bahwa Timor Timur saat itu terlalu banyak menyita perhatian pemerintah, padahal rakyat Indonesia masih ada banyak dan perlu diurus juga.

Presiden Habibie juga tidak ingin urusan tersebut berlarut-larut sehingga mengganggu jalannya pemilihan Presiden RI Ke-4.

Selain itu, adanya potensi konflik dengan Australia juga menyebabkan Presiden Habibie melepaskan Timor Timur dari Indonesia.

Indonesia tidak pernah menjajah negara lain karena bertentangan dengan nilai-nilai yang kita anut.

Penjajahan sebaiknya dihapuskan dari muka bumi karena dampaknya yang merugikan banyak pihak.

Jika kamu tertarik mempelajari sejarah Indonesia lebih jauh, kamu dapat membaca buku mengenai kerajaan-kerajaan di Nusantara berjudul Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara yang ditulis oleh Faizal Ardi Gustama.

Dalam buku setebal 356 halaman ini, kamu akan menemukan sejarah lengkap mengenai masa kerajaan di Nusantara.

Dari masa Kerajaan Hindu-Buddha sampai masa Kerajaan Islam.

Kamu juga dapat membaca mengenai pemisahan Timor Timur dalam buku Timor Timur The Untold Story karya Kiki Syahnakri.

Ditulis oleh orang yang mengalami langsung huru-hara di Timor Timur, buku ini akan membuat kamu memahami perkara tersebut dengan lebih mendalam.

Segera temukan buku-buku sejarah lainnya di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau