Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dimaksud dengan Kalopsia?

Kompas.com, 31 Maret 2022, 12:00 WIB
Sumber Gambar: Pexels.com
Rujukan artikel ini:
Hidup Tanpa Rasa Cemas
Pengarang: @Nyalakebaikan
Penulis Lika Purnama
|
Editor Ratih Widiastuty

Di dunia dengan 194 negara ini, terdapat ribuan bahasa dengan jutaan kosakata yang tentu tidak bisa kita pahami semuanya.

Nah, diantara banyaknya kosakata tersebut, ada beberapa yang memiliki makna unik dan menarik untuk dipelajari, salah satunya adalah kata kalopsia.

Apa yang Dimaksud dengan Kalopsia?

Kata kalopsia berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu “kallos” artinya cantik dan “opsis” berarti mata.

Secara sederhana kalopsia berarti kecantikan yang ada di mata.

Arti ini sangat cocok dengan filosofi dari Plato yang menyebutkan bahwa kecantikan atau keindahan itu relatif tergantung berdasarkan mata yang melihatnya.

Sehingga, definisi cantik atau indah memang sangat relatif, apa yang menurut kita menarik, belum tentu dianggap menarik oleh orang lain.

Dalam bahasa Inggris, kalopsia juga bisa diartikan sebagai pemandangan yang indah atau mata yang indah.

Namun yang paling banyak dipakai adalah definisi dari Urban Dictionary, yang mengartikan kalopsia sebagai sebuah kondisi di mana seseorang melihat sesuatu jauh lebih indah dibanding aslinya.

Bahkan definisi ini dipertegas dengan definisi lain yang menyebutkan bahwa kalopsia adalah salah satu bentuk delusional yang membuat seseorang tidak mampu menyadari secara nyata dan menganggap suatu hal jauh lebih baik daripada kondisi sebenarnya.

Penggunaan Kata Kalopsia dalam Kalimat

Kata kalopsia memang sangat jarang dipakai oleh orang awam dalam percakapan sehari-hari.

Pemakai kata ini menggunakannya lebih banyak sebagai kata kiasan.

Misalnya orang-orang yang ada di sebuah pesta akan terlihat lebih menarik saat pesta itu akan berakhir, lalu kalimat yang bisa dipakai adalah “Ruangan ini penuh dengan kalopsia efek”.

Di lain hal, misalnya seorang perempuan A sangat jatuh cinta dan menganggap laki-laki B sangat menarik, padahal semua orang setuju bahwa laki-laki B nakal dan tidak bertanggung jawab.

Maka tak heran bila banyak orang bergosip, “Si A nih, nggak bisa lihat kenyataan sebenarnya, dia pasti kena kalopsia”.

Tak hanya itu, kalopsia juga bisa menyebabkan seseorang menipu dirinya sendiri demi berbagai tujuan, misalnya untuk meningkatkan self esteem.

Dalam konteks ini, seseorang sengaja menutup mata atas berbagai hal yang mereka lakukan dan meyakini hal tersebut yang terbaik meskipun sebenarnya amat buruk.

Seperti seorang penulis, atau pelukis yang membuat karya buruk tapi berusaha menghibur diri sendiri sampai mereka meyakini bahwa karya yang mereka hasilkan masih ada bagusnya.

Apakah Kalopsia Termasuk Gangguan Mental Delusi?

Meskipun beberapa sumber menyebutkan bahwa kalopsia yang cukup parah hampir setara dengan delusi, namun masih perlu berbagai penelitian dan observasi untuk benar-benar membuktikan apakah kalopsia termasuk jenis gangguan mental delusional.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Sementara itu, delusi atau waham sendiri merupakan gangguan mental yang termasuk dalam kategori berat yang membuat penderita delusi amat memercayai banyak hal yang tidak nyata.

Kondisi ini jika dibandingkan memang hampir mirip dengan kalopsia, yang meyakini sebuah hal lebih indah daripada kenyataannya.

Delusi dalam istilah medis disebut sebagai psikosis.

Pada level tertentu, penderita delusi tidak akan bisa lagi membedakan antara khayalan dan kenyataan.

Delusi ini juga awal dari gangguan kejiwaan yang sangat serius seperti skizofrenia, oleh karena itu delusi bisa dibilang cukup berbahaya.

Lebih serius lagi, penyebab delusi ini hingga sekarang belum bisa diketahui pasti.

Faktor penyebabnya secara ilmiah masih sangat luas pada lingkup genetik, biologis, faktor lingkungan, atau gangguan psikologis dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Itulah sedikit pembahasan mengenai kalopsia dan hubungannya dengan gangguan mental delusional.

Meskipun pada dasarnya tidak ada yang benar-benar bisa memastikan apa penyebab gangguan mental terjadi, namun kita masih bisa sedikit mengatasinya dengan lebih banyak peduli dengan kondisi kesehatan mental kita sendiri.

Misalnya dengan banyak melakukan meditasi, olahraga, menghindari hal-hal yang dapat memicu stres dan cemas berlebihan, melakukan hobi serta kegiatan yang menyenangkan seperti membaca buku.

Untuk membantu mengatasi rasa cemas berlebih, buku Hidup Tanpa Rasa Cemas dapat menjadi rekomendasi yang tepat.

Di tengah tuntutan dan tekanan hidup yang begitu banyak, sangat wajar bila muncul rasa cemas tentang hidup yang belum jelas akan dibawa kemana arahnya.

Namun, kecemasan sesungguhnya hanyalah ketakutan dari hal yang belum terjadi, sehingga perlu untuk diminimalkan sebisa mungkin.

Buku ini merupakan solusi yang berisi cara-cara efektif menghadapi rasa cemas serta mengubahnya menjadi energi positif.

Setelah membacanya, kamu akan menemukan inspirasi untuk lebih produktif, kreatif, dan menjadi pribadi yang hidup tanpa rasa cemas berlebih.

Buku Hidup Tanpa Rasa Cemas dapat kamu beli melalui Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

5 Rekomendasi Film Indonesia yang Sedih, Siap Bikin Baper

5 Rekomendasi Film Indonesia yang Sedih, Siap Bikin Baper

buku
Buku Certified Hunger Manifesto Tampil di Acara Asia HRBP Forum 2025 Kuala Lumpur

Buku Certified Hunger Manifesto Tampil di Acara Asia HRBP Forum 2025 Kuala Lumpur

buku
Cara Perkembangbiakan Hewan untuk Menjaga Kelestarian Spesiesnya

Cara Perkembangbiakan Hewan untuk Menjaga Kelestarian Spesiesnya

buku
Siapa Bapak Demokrasi Dunia? Kenali Tokoh-Tokoh Besar di Baliknya

Siapa Bapak Demokrasi Dunia? Kenali Tokoh-Tokoh Besar di Baliknya

buku
Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau