Apakah kamu pernah merasa hidupmu di bawah aturan yang super ketat dari orang tua?
Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami pola asuh dari strict parents, alias orang tua yang menerapkan aturan disiplin yang tinggi.
Mungkin kamu sering mendengar kalimat seperti “Kamu harus pulang jam 7 malam, nggak bisa ditawar!” atau “Nilai 90 itu nggak cukup, harus 100!”
Meski tujuannya baik, yaitu ingin anaknya sukses dan disiplin, pendekatan ini ternyata punya dampak yang nggak selalu positif, lho.
Makanya, penting buat kamu memahami apa itu strict parents, ciri-cirinya, dan bagaimana dampaknya terhadap anak.
Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang dinamika pola asuh ini dan bagaimana kamu bisa menghadapinya dengan bijak!
Strict parents adalah istilah untuk menggambarkan orang tua yang menerapkan aturan yang sangat ketat dalam membesarkan anak.
Biasanya, mereka mengandalkan pendekatan otoriter dengan sedikit kompromi dan fleksibilitas dalam aturan yang diterapkan.
Tujuan utama dari strict parents adalah membentuk anak yang disiplin, tangguh, dan memiliki karakter yang kuat.
Namun, pendekatan ini sering kali menekankan kontrol penuh atas keputusan anak tanpa banyak memberikan ruang untuk eksplorasi atau kebebasan.
Dalam pola asuh ini, strict parents cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi, perilaku, dan tanggung jawab anak.
Meski berniat baik, pola asuh ini juga bisa berisiko menimbulkan tekanan psikologis jika tidak diimbangi dengan komunikasi yang sehat.
Oleh karena itu, penting untuk memahami arti strict parents dalam konteks pola asuh modern agar lebih bijak dalam mendukung perkembangan anak.
Strict parents memiliki beberapa karakteristik yang bisa dikenali dalam pola asuh mereka. Berikut ciri-cirinya:
Strict parents sering kali memiliki aturan yang detail dan sulit dinegosiasikan, dengan harapan anak selalu mengikuti tanpa pengecualian.
Mereka sangat fokus pada pembentukan kebiasaan disiplin, baik dalam hal waktu, tanggung jawab, maupun perilaku sehari-hari.
Anak dari strict parents biasanya memiliki ruang gerak terbatas, baik dalam memilih kegiatan, teman, atau keputusan lainnya.
Ekspektasi tinggi terhadap nilai dan pencapaian akademik menjadi salah satu fokus utama mereka dalam mendidik anak.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Strict parents cenderung mendikte apa yang terbaik untuk anak tanpa banyak melibatkan pendapat atau pilihan mereka.
Kesalahan anak sering kali langsung disikapi dengan hukuman yang tegas sebagai bentuk pembelajaran disiplin.
Mereka cenderung lebih banyak memberi instruksi atau nasihat daripada mendengarkan pendapat atau keluhan anak.
Strict parents sering kali sangat memperhatikan bagaimana keluarga mereka dipandang oleh orang lain, sehingga anak diharapkan menjaga nama baik keluarga.
Strict parents tidak hanya memengaruhi perilaku anak saat kecil, tetapi juga membentuk cara mereka memandang dunia saat dewasa.
Karena sering mendapatkan hukuman, anak cenderung takut mencoba hal baru atau mengambil risiko karena khawatir melakukan kesalahan.
Anak dari strict parents sering tumbuh dengan ketergantungan pada orang lain untuk membuat keputusan karena mereka jarang diberi kesempatan melakukannya sendiri.
Kurangnya penghargaan terhadap usaha anak membuat mereka sulit merasa percaya diri atas kemampuan dan pencapaian diri.
Sikap otoriter dan kurangnya komunikasi dua arah sering menciptakan jarak emosional antara orang tua dan anak.
Ekspektasi tinggi tanpa dukungan emosional sering membuat anak merasa terbebani dan tidak bahagia.
Sebagian anak justru akan menjadi pemberontak sebagai bentuk protes terhadap kontrol yang terlalu ketat dari orang tua.
Anak dari strict parents kadang kesulitan mengekspresikan diri atau menjalin hubungan yang sehat karena kurangnya kebebasan saat kecil.
Anak yang tumbuh di bawah pola asuh strict parents kemungkinan akan membawa perasaan tertekan atau sulit memaafkan diri sendiri hingga dewasa.
Membahas tentang strict parents memang sering membuka banyak perenungan, terutama tentang bagaimana pola asuh bisa sangat memengaruhi kehidupan anak, baik secara langsung maupun jangka panjang.
Namun, setiap orang tua tentu memiliki niat baik untuk anak-anaknya, meski terkadang pendekatan yang dipilih belum tentu memberikan hasil terbaik.
Kamu yang mungkin sedang mengalami atau menyadari dampak dari pola asuh strict parents perlu memahami bahwa perubahan selalu mungkin dilakukan.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah menggali lebih dalam tentang pola pengasuhan yang sehat dan membangun hubungan yang lebih hangat dengan anak.
Buku The Parenting Map karya Dr. Shefali adalah panduan yang tepat untuk membantu kamu mengenali pola asuh berkesadaran yang akan membawa harmoni dalam keluarga.
Yuk, kunjungi Gramedia.com dan temukan cara membesarkan anak dengan penuh cinta, tanpa kehilangan arah, untuk menghasilkan generasi yang bahagia dan stabil secara emosional.