Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Sidang PPKI: Latar Belakang dan Hasil Sidangnya

Kompas.com - 06/02/2023, 16:30 WIB
Sejarah Sidang PPKI Photo on Wikimedia Commons Sejarah Sidang PPKI
Rujukan artikel ini:
Bunga Rampai Sejarah Indonesia
Pengarang: Moehkardi
|
Editor Rahmad

PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Dokuritsu Junbi Inkai. Misi PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI setelah Jepang membubarkan BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945.

Sejarah sidang PPKI ini semula beranggotakan 21 orang, tetapi akhirnya PPKI menambah 6 orang anggota tanpa sepengetahuan Jepang. PPKI ditugaskan oleh Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam.

Acara pembukaan dihadiri oleh Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat. PPKI dibentuk untuk mendapatkan simpati dari setiap kelompok atau tokoh di Indonesia.

Terutama agar mereka bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik tahun 1943. Di saat itulah, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia melalui perjanjian Kyoto.

Sejarah Sidang PPKI

Sebagai peristiwa penting bagi sejarah kemerdekaan Indonesia, kamu perlu mengetahui sejarah sidang PPKI yang bisa kamu simak dalam penjelasan berikut ini:

1. Latar Belakang Sidang PPKI

Sejarah PPKI dimulai ketika kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik mulai mengancam. Pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Jenderal Kuniaki Koiso mengumumkan bahwa Indonesia akan diberikan kemerdekaan.

Yakni jika Jepang meraih kemenangan dalam Perang Asia Timur. Jepang berharap dengan memberikan kesempatan kemerdekaan, negara Indonesia akan menyambut penjajah Sekutu ke negaranya.

Akhirnya, pada tanggal 1 Maret 1945, Jenderal Kumakichi Harada, kepala pemerintahan pendudukan militer Jepang, mengumumkan pembentukan badan khusus bernama BPUPKI untuk menyelidiki upaya persiapan kemerdekaan Indonesia.

Selama pembentukan BPUPKI, panitia kecil mengadakan dua pertemuan dan pertemuan informal. Sidang PPKI yang pertama dilakukan pada 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945. Pada sesi pertama ini, Indonesia menerima bentuk dasar negara.

Bentuk dasar negara diletakkan oleh tiga tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yaitu Prof. Herr. James, Prof. Dr. Soepomo dan juga Ir. Soekarno dengan gagasan lima dasar yang juga dikenal dengan istilah pancasila.

Rapat BPUPKI yang pertama diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Itulah sebabnya setiap tanggal 1 Juni diperingati hari lahirnya Pancasila. BPUPKI menggunakan proses hiatus atau istirahat lebih dari sebulan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Sebelum resesi dimulai, dibentuklah komite kecil beranggotakan 9 orang yang disebut Komite Sembilan. Panitia beranggotakan sembilan orang diketuai oleh Ir. Soekarno, bertugas membudayakan usul dasar negara anggota BPUPKI.

Setelah rapat kedua BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI resmi dibubarkan. BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya menyusun konstitusi Indonesia.

Setelah BPUPKI dibubarkan, maka dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sebagai Presiden PPKI, Ir. Soekarno dan terdiri dari 21 orang yang berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

PPKI sendiri bertugas membuka pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Selain itu, PPKI bertugas untuk melanjutkan pekerjaan BPUPKI, seperti menyiapkan penyerahan kekuasaan dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Indonesia.

Selain itu juga, menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Ini baru bagi ketatanegaraan Indonesia. PPKI diresmikan oleh Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 di Ho Chi Minh City, Vietnam.

Dalam sidang ini, membawa tiga tokoh dari Indonesia yaitu Iri. Soekarno, dr. Moh Hatta dan DR. KRT Radjiman Wedyodiningrat. Saat itu, Terauchi juga berpidato singkat tentang keputusan pemerintah Jepang memberikan kemerdekaan sebagai hadiah kepada Indonesia.

Keesokan harinya, ketiga tokoh Indonesia tersebut kembali ke Indonesia dan disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Usai rapat, PPKI tidak bisa berfungsi karena pemuda Indonesia langsung menuntut kemerdekaan Indonesia atas nama PPKI.

Jadwal rapat PPKI 16 Agustus 1945 bahkan tidak bisa dilaksanakan karena peristiwa Rengasdengklok. Ini adalah peristiwa penculikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo oleh golongan muda. Sekaligus jadi peristiwa penting penyusunan proklamasi kemerdekaan.

2. Hasil Sidang PPKI

Berdasarkan uraian latar belakang sejarah sidang PPKI di atas, berikut ini poin hasil sidang PPKI yang pertama, kedua, dan ketiga:

a. Hasil Sidang PPKI Pertama

  • Disahkannya UUD 1945
  • Diangkatnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI
  • Pembentukan Komite Nasional

b. Hasil Sidang PPKI Kedua

  • Pembagian Provinsi di Indonesia
  • Pembentukan Komite Nasional daerah
  • pembentukan Departemen dan Menteri

c. Hasil Sidang PPKI Ketiga

  • Pembentukan Komite Nasional
  • Pembentukan Partai Nasional Indonesia
  • Pembentukan Badan Keamanan Rakyat

Buku Bunga Rampai Sejarah Indonesia yang ditulis Moehkardi bisa kamu jadikan referensi belajar tentang sejarah Indonesia. Termasuk sejarah sidang PPKI yang jadi peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

buku
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau