Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala Tanpa Merasa Stres

Kompas.com - 06/07/2022, 12:00 WIB
Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala Sumber Gambar: Canva Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala
Rujukan artikel ini:
Menjadi Orangtua Efektif
Pengarang: DR. THOMAS GORDON
Penulis Renny Novita
|
Editor Ratih Widiastuty

Fase di mana anak-anak keras kepala tidak hanya terjadi pada saat mereka balita dan remaja, tetapi mereka bisa keras kepala pada usia berapa pun.

Terkadang itu adalah bagian dari kepribadian mereka.

Kepribadian itu tidak berarti negatif, namun sebagai orang tua, kita harus mengajari anak-anak untuk mengendalikan perilakunya.

Dalam banyak kasus, anak menjadi keras kepala untuk menguji batas kesabaran orang tua demi mendapatkan kebebasan.

Namun, di beberapa kasus yang lain terkadang seorang anak ingin mengungkapkan bahwa ada sesuatu yang salah.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak yang keras kepala?

Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala

1. Menjadi Pendengar yang Baik dan Aktif

Prinsip komunikasi itu bersifat dua arah.

Jika kamu ingin anak mendengarkanmu, kamu harus mau mendengarkannya terlebih dahulu.

Anak yang keras kepala cenderung mempunyai pendirian yang teguh dan seringkali terkesan seperti pemberontak.

Penting agar anak dapat mendengarkan orang tua untuk menghindari konflik yang berkepanjangan dan menimbulkan permasalahan baru atau perilaku lainnya.

Lakukan percakapan yang terbuka seperti menggunakan Metode “Antikalah” yang diajarkan oleh Dr. Thomas Gordon di dalam buku klasik pengasuhan Menjadi Orangtua Efektif: Cara Pintar Mendidik Anak agar Bertanggung Jawab, terutama ketika anak bersikeras untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Ketika anak mengamuk karena tidak mau makan, jangan dipaksakan.

Sebaliknya, tanyakan mengapa dia tidak mau makan dan dengarkan apa yang dia katakan.

Mungkin dia tidak menyukai makanan yang disajikan, dia ingin bermain, atau mungkin tenggorokannya sakit.

Perhatikan juga bagaimana kamu bereaksi dan jangan terpancing perilaku anak yang mengesalkan.

Dekati, dengarkan, tetap tenang, dan selalu gunakan akal sehat dibandingkan perasaan.

2. Menerapkan Disiplin

Disiplin berbeda dengan hukuman dan sudah menjadi tugas orang tua untuk dapat membedakan antara keduanya.

Disiplin adalah sarana untuk mendidik anak dan mengatur perilaku mereka.

Jika kamu ingin disiplin, ajari anak yang keras kepala bagaimana cara mengekspresikan diri dan mengatasi stres dengan bijaksana.

Sedangkan hukuman digunakan sebagai sarana untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Hukuman bisa berupa hukuman fisik, misalnya tamparan, dan hukuman emosional atau verbal, misalnya mengucapkan kalimat yang menjatuhkan anak dan tidak fokus pada permasalahan yang ada sekarang.

Tetapkan aturan yang sama bagi semua anak dan jangan beri kelonggaran atau pengecualian kepada anak tertentu.

Disiplin juga berlaku bagi orang tua, dengan begitu orang tua harus memegang kata-kata mereka dan menerapkannya.

3. Menghormati Mereka

Seperti juga prinsip komunikasi, memperoleh rasa hormat bersifat dua arah.

Jika orang tua menghormati anak mereka yang keras kepala, mereka akan berlaku yang sama.

Namun, jika orang tua memaksakan kemauan mereka kepada anak, mereka cenderung akan melawan dan tidak mau menerimanya.

Oleh karena itu, berikan bimbingan dan arahan serta hindari paksaan.

Perhatikan juga nada bicara ketika berbicara dengan mereka.

Selalu usahakan tidak menaikkan nada bicara.

Jangan mengabaikan perasaan dan pikiran anak-anak yang keras kepala.

Selain itu, beri mereka kepercayaan untuk melakukan apa yang mereka perlu lakukan dan beri tanggung jawab terhadap anak.

Dr. Thomas Gordon, penulis buku Menjadi Orangtua Efektif: Cara Pintar Mendidik Anak agar Bertanggung Jawab, memperkenalkan sebuah sistem disiplin pada tahun 1970-an.

Model disiplin ini sangat terkenal dan dipakai hampir di setiap pelatihan parenting dan counseling. Baca juga selengkapnya Parenting Islami.

Model disiplin Thomas Gordon berfokus pada membangun hubungan yang positif dan kuat antara orang tua/guru dan anak/siswa.

Gordon percaya bahwa komunikasi yang kuat dan positif antara orang tua dan anak dapat menghasilkan perilaku yang sesuai di dalam rumah.

Model Disiplin ini mempunyai lima asumsi, di antaranya:

  1. Ada dua masalah yang terjadi dalam setiap konflik, pertama adalah orang tua yang memiliki masalah, dan yang kedua adalah anak yang memiliki masalah
  2. Beberapa masalah dapat diterima sementara yang lain tidak
  3. Tanggapan kamu harus tergantung kepada siapa yang memiliki masalah
  4. Hambatan komunikasi dapat terjadi antara orang tua dan anak ketika mereka mencoba memecahkan masalah
  5. Mendengarkan secara aktif adalah respon terbaik dalam situasi masalah yang dapat diterima
  6. Gunakan metode “Antikalah”

Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang ilmu pengasuhan dari pakarnya, sebaiknya kamu membaca buku Menjadi Orangtua Efektif: Cara Pintar Mendidik Anak agar Bertanggung Jawab sebagai panduan, karena orang tua juga harus mengedukasi dirinya agar menghasilkan generasi yang lebih baik.

Buku Menjadi Orangtua Efektif: Cara Pintar Mendidik Anak agar Bertanggung Jawab bisa kamu dapatkan di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com