Membangun bisnis dari nol mungkin terdengar menakutkan, apalagi kalau kita merasa belum punya apa-apa.
Tapi sebenarnya, setiap orang pasti punya modal awal — bukan selalu uang, tapi bisa berupa skill, waktu, koneksi, atau bahkan ide brilian.
Nah, menurut Theo Derick dalam bukunya From Zero to Survive, ada tiga komponen utama yang harus kamu pahami: Resources (Sumber Daya), Opportunities (Peluang), dan Execution (Eksekusi).
Sebelum kamu lanjut baca artikel ini, siapkan kertas dan pulpen, notes di HP, atau buka Excel Sheet—yang penting kamu bisa langsung praktik dan mencatat hal-hal penting untuk diri kamu sendiri.
Yuk kita mulai!
Langkah pertama adalah mengenali semua sumber daya yang kamu punya.
Mari kita bagi jadi beberapa poin:
Tanyakan ke diri sendiri: “Apa yang gue bisa? Apa kekuatan gue?” Bisa jadi kamu jago desain, public speaking, nulis, coding, atau edit video.
Apa pun itu, kalau kamu merasa percaya diri dan pernah diakui orang lain di bidang itu, catat! Skill adalah modal pertama yang paling sering diremehkan padahal justru yang paling penting.
Kita realistis saja: berapa banyak uang yang benar-benar bisa kamu keluarkan untuk bisnis? Bisa Rp200 ribu, Rp1 juta, atau Rp100 juta.
Tulis juga modal lain dalam bentuk alat atau barang, misalnya kamu punya kamera, laptop, atau motor untuk operasional.
Banyak orang punya uang tapi nggak punya waktu.
Kalau kamu punya waktu luang, itu adalah nilai tambah besar.
Tulis berapa banyak waktu yang bisa kamu dedikasikan buat bisnis.
Apakah kamu mahasiswa yang kosong setiap sore? Fresh graduate yang bisa fokus penuh? Atau karyawan yang hanya punya waktu weekend? Semua harus diperhitungkan.
Apa yang kamu kuasai dengan baik? Bisa berupa wawasan di bidang fesyen, kuliner, gadget, atau bisnis.
Kadang, hal yang kamu tahu karena hobi justru bisa jadi pintu awal bisnis.
Jangan remehkan koneksi yang kamu miliki.
Tulis siapa saja yang kamu kenal dan punya potensi untuk membantu.
Dari lingkungan terdekat dulu, baru ke circle pertemanan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Misalnya, ayahmu kerja di pabrik, atau tante punya toko kue.
Teman yang jago desain atau punya banyak follower juga bisa jadi kolaborator.
Kalau sumber daya kamu sudah jelas, sekarang waktunya melihat peluang di sekitar.
Peluang bisa datang dari lingkungan sekitarmu.
Misalnya, kamu punya tante yang jago bikin kue, dan kamu aktif di komunitas pengusaha.
Peluangnya? Kamu bisa bikin bisnis hampers kue untuk relasi-relasi di komunitas itu.
Jadi, penting banget buat mengaitkan resource yang kamu miliki dengan kebutuhan atau peluang di sekitar kamu.
Ini tahap paling krusial: bagaimana ide kamu bisa diwujudkan.
Contohnya, saat kuliah semester 7-8, Theo Derick harus bikin proyek bisnis buat lulus dari PrasMul.
Resource-nya waktu itu: skill negosiasi dan networking, tabungan Rp50 juta, waktu yang fleksibel, pengetahuan di bidang bisnis, dan koneksi kampus.
Ia tahu teman-temannya butuh tempat buat menjalankan business plan mereka.
Dari situ, Theo buat pameran di Grand Indonesia selama 4 hari, supaya mereka bisa jualan dan pakai laporan itu untuk syarat kelulusan.
Itulah eksekusi dari gabungan resources dan opportunities versi Theo Derick.
Kunci membangun bisnis bukan soal seberapa besar modal awalmu, tapi seberapa baik kamu mengenali dan memaksimalkan apa yang kamu miliki.
Mulai dari resources yang kamu punya, cari peluang di sekitar, lalu jalankan ide kamu dengan eksekusi yang cerdas.
Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi juga akan jadi senjata utama kamu dalam menghadapi tantangan.
Jadi, jangan tunggu sampai semuanya sempurna.
Ambil langkah pertama hari ini—dari apa pun yang kamu punya sekarang.
Jika kamu butuh tip dan insight menarik lainnya seputar bisnis, kamu bisa baca buku From Zero to Survive.
Dapatkan bukunya di toko Gramedia terdekat atau Gramedia.com sekarang juga!