Perbedaan Saraf Sensorik dan Motorik Tubuh manusia memiliki sistem saraf yang sangat cepat dalam mengirimkan sinyal ke seluruh bagian tubuh.
Contohnya, saat tangan tidak sengaja menyentuh panci panas, tubuh langsung akan menarik tangan secara refleks dalam hitungan detik, bahkan sebelum otak menyadari apa yang terjadi.
Reaksi cepat ini terjadi karena adanya kerja sama antara dua komponen penting dalam sistem saraf dalam tubuh, yaitu saraf sensorik dan saraf motorik.
Bagi orang awam, istilah medis ini mungkin terdengar mirip dan sulit dibedakan.
Padahal, memahami cara kerja kedua saraf ini sangat membantu kita untuk mengenali gejala kesehatan sehari-hari, seperti kesemutan atau kelemahan otot.
Artikel ini akan mengulas apa itu saraf sensorik dan motorik, serta menjelaskan perbedaan di antara keduanya.
Saraf sensorik bisa kita bayangkan sebagai pengirim pesan dalam tubuh.
Tugas utamanya adalah mengumpulkan informasi dari luar maupun dari dalam organ tubuh, lalu melaporkannya ke pusat kendali, yaitu otak dan sumsum tulang belakang.
Dalam istilah medis, saraf sensorik disebut sebagai saraf aferen dan berperan sebagai gerbang awal yang memungkinkan tubuh kita merasakan apa yang terjadi di sekitar.
Saraf ini peka terhadap berbagai rangsangan fisik, seperti suhu panas, rasa sakit, sentuhan lembut, hingga posisi tubuh.
Tanpa saraf sensorik, kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya elusan di kepala atau peringatan bahaya saat menginjak paku.
Jika saraf sensorik adalah pembawa pesan, maka saraf motorik bertindak sebagai pelaksana perintah.
Saraf ini dikenal sebagai saraf eferen, yaitu saraf yang bertugas membawa instruksi dari otak menuju otot-otot dan kelenjar di seluruh tubuh.
Fungsi utamanya adalah menghasilkan gerakan atau tindakan nyata.
Misalnya, ketika otak memutuskan untuk mengambil gelas air, saraf motoriklah yang mengirimkan sinyal listrik sehingga otot lengan berkontraksi dan jari-jari menggenggam gelas tersebut.
Tanpa saraf motorik, tubuh kita hanya akan diam seperti patung karena tidakbisa melakukan apa pun sebagai respons.
Meskipun keduanya bekerja dalam satu tim, peran dan karakteristik mereka sangat bertolak belakang.
Berikut adalah rincian perbedaan utama yang dijelaskan secara sederhana agar mudah dipahami.
Saraf sensorik bekerja satu arah dengan mengirimkan sinyal dari anggota tubuh menuju ke otak.
Sebaliknya, saraf motorik membawa perintah dari otak turun ke otot atau kelenjar tubuh.
Tugas utama saraf sensorik adalah mendeteksi rangsangan seperti rasa sakit, suhu, atau tekstur benda, sementara fungsi saraf motorik adalah memicu reaksi fisik berupa gerakan otot atau sekresi kelenjar.
Dunia kedokteran menyebut saraf sensorik sebagai saraf aferen karena sifatnya yang "masuk" ke pusat.
Saraf motorik dikenal dengan sebutan saraf eferen karena sifatnya yang "keluar" membawa perintah.
Badan sel saraf sensorik bergerombol di dekat sumsum tulang belakang di luar sistem saraf pusat.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Badan sel saraf motorik justru tertanam aman di dalam sistem saraf pusat atau batang otak.
Ujung saraf sensorik terhubung langsung dengan reseptor di kulit dan organ indra untuk menangkap data.
Ujung saraf motorik terhubung langsung dengan serabut otot untuk memicu kontraksi dan pergerakan.
Saraf sensorik umumnya memiliki dendrit atau cabang penerima sinyal yang sangat panjang.
Sebaliknya, saraf motorik memiliki dendrit yang lebih pendek namun terhubung dengan banyak jaringan saraf lain.
Sebagian besar saraf sensorik bersifat unipolar atau hanya memiliki satu juluran utama dari badan sel.
Sementara itu, saraf motorik umumnya bersifat multipolar dengan banyak juluran untuk efisiensi pengiriman perintah.
Informasi yang dibawa saraf sensorik berupa data mentah tentang kondisi lingkungan sekitar.
Berbeda dengan sensorik, data yang dibawa saraf motorik adalah instruksi matang yang harus segera dilaksanakan oleh tubuh.
Saraf sensorik memulai lengkung refleks dengan melapor adanya bahaya mendadak ke sumsum tulang belakang.
Saraf motorik menyelesaikan lengkung refleks tersebut dengan menarik otot menjauhi sumber bahaya.
Kerusakan saraf sensorik dan motorik memberikan gejala yang sangat berbeda pada pasien.
Masalah pada saraf sensorik menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau hilangnya kemampuan merasa sakit.
Sementara itu, gangguan pada saraf motorik mengakibatkan kelemahan otot, kram, hingga kelumpuhan total pada area terkait.
Tubuh kita adalah mesin biologis yang luar biasa, di mana saraf sensorik dan motorik bekerja tanpa henti dalam koordinasi yang sempurna.
Memahami perbedaan keduanya membantu kita lebih peka terhadap berbagai sinyal yang dikirimkan tubuh sebagai bentuk perlindungan maupun peringatan.
Jika merasakan kebas (sensorik) atau tiba-tiba sulit memegang benda (motorik), kini sudah tahu bahwa ada jalur yang mungkin sedang terganggu.
Menjaga kesehatan saraf sama pentingnya dengan menjaga kesehatan jantung karena sistem saraf inilah yang memungkinkan tubuh dapat bergerak, merasakan, hingga menikmati hidup sepenuhnya.
Agar lebih memahami bagaimana cara tubuh bekerja, tidak ada salahnya memperdalam pengetahuan tentang anatomi dan sistem saraf.
Salah satunya dengan membaca buku NEUROSAINS Menjiwai Sistem Saraf dan Otak.
Buku ini membahas neurosains atau ilmu tentang otak dan sistem saraf sebagai pusat pengendali kehidupan manusia.
Di dalamnya dijelaskan bagaimana otak mengatur berbagai aspek penting seperti kognisi, emosi, perilaku, dan gerak tubuh.
Buku ini mengajak pembaca melihat betapa pentingnya peran otak serta kaitannya dengan kecerdasan, memori, hingga memahami perbedaan otak pria dan wanita.
Dilengkapi dengan ilustrasi dan penjelasan yang ringan, buku ini menghadirkan wawasan baru mengenai keajaiban organ yang mengendalikan seluruh fungsi tubuh kita.
Yuk, baca dan beli bukunya sekarang juga di Gramedia Digital!