Stres tidak pernah luput dari kehidupan manusia pada umumnya.
Jika ada seseorang yang tidak pernah sama sekali mengalami stres, itu patut dipertanyakan.
Biasanya stres muncul karena tuntutan peran dalam pekerjaan, komitmen yang harus dipenuhi seperti menjadi orang tua atau pasangan, dan perubahan ekspektasi-ekspektasi dalam kehidupan.
Barangkali kita pernah mengalami beberapa atau semua hal-hal tersebut.
Bayangkan, jika pergulatan-pergulatan tersebut muncul dalam satu waktu yang sama, mungkin batin kita akan berteriak, “Mampus deh gua! Ini belom kelar, udah nambah aja ini. Stres gua.”
Terlepas dari kondisi kita saat ini, kita perlu menanamkan terlebih dahulu dalam benak kita bahwa mengalami stres adalah normal.
Aditi Nerurkar dalam buku Menata Ulang Kehidupan: Reset Otak dan Tubuh Biar Makin Bahagia, menjelaskan bahwa stres adalah bagian normal dari pengalaman hidup manusia.
Jangan sampai kita berpikir bahwa mengalami stres adalah sebuah kejatuhan dan kegagalan dalam hidup.
Jangan sampai juga kita berpikir bahwa stres membuat kita terisolasi dengan orang-orang di sekitar kita.
Maksudnya apa? Mengapa ada anggapan stres mengisolasi diri kita dengan orang lain? Nerurkar mengatakan bahwa stres adalah sesuatu yang paradoks dalam kehidupan manusia.
Sebagai spesialis biologis stres, kelelahan, kesehatan mental, dan ketahanan mental, Nerurkar mengamati bahwa mereka yang sedang mengalami stres akan merasa berjuang sendiri.
Padahal kenyataannya para penderita itu sendiri yang bersikap ‘egois’ dan menutup diri dengan dunia sekitar.
Menurut Nerurkar, alih-alih stres membuat seseorang merasa terisolasi dan berjuang sendiri, stres sebenarnya dapat menyatukan seluruh umat manusia.
Stres dapat dialami oleh semua orang dan bahkan tanpa memandang status, jabatan, gelar, dan lapisan masyarakat mana pun.
Inilah paradoks dari stres.
Buku Menata Ulang Kehidupan mendeskripsikan lima kebenaran universal mengenai stres.
Pertama, gelisah menghadapi ketidakpastian sehingga sulit mengontrol emosi saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan.
Kedua, sulit untuk merasa benar-benar beristirahat secara fisik atau pikiran.
Penderita akan merasa energinya terkuras terus-menerus.
Ketiga, merasa kurang mencapai target, tetapi juga merasa sangat lelah untuk produktif.
Keempat, hilang identitas diri karena terlalu banyak peran baik di keluarga, tempat kerja, maupun komunitas.
Kelima, galau atau tidak memiliki tujuan dan makna hidup di tengah kesulitan pribadi dan secara umum.
Jika kita merasa cocok dengan satu atau beberapa dari definisi tersebut, sudah saatnya membuka buku Menata Ulang Kehidupan dan memahami gagasan-gagasan Aditi Nerurkar yang lahir dari berbagai penelitian terkait stres atau kelelahan mental.
Inilah kesempatan yang baik untuk memandang secara positif pengalaman stres yang kita alami sehingga kita mampu belajar memeluk stres dan kelelahan mental demi perkembangan diri yang lebih baik.
Selama ini stres sering dipersepsikan secara negatif.
Budaya modern menempatkan stres menjadi kelemahan, kegagalan, dan kejatuhan yang memalukan.
Stres, kelelahan fisik, dan emosional dinilai mengganggu bagi kehidupan dunia modern saat ini.
Tak dimungkiri, stres dan kelelahan emosional menjadi komoditas bagi dunia bisnis.
Muncul berbagai mitos yang mempromosikan seolah-olah produk-produk tertentu dapat menghilangkan stres selamanya.
Bahkan, produk-produk itu dipromosikan secara fantastis.
“Beli alat pijat 1000 tangan ini, dijamin stres hilang selamanya.”
Akibatnya, stres memiliki reputasi yang buruk.
Padahal menurut Nerurkar, stres sebenarnya adalah fenomena biologis yang sehat.
Lebih penting lagi, stres dapat membantu kita untuk mengatasi berbagai tuntutan hidup.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Selama ini, stres menjadi kondisi yang kontraproduktif karena stres yang kita alami tidak berada pada frekuensi yang tepat.
Stres yang sehat akan berjalan beriringan dengan proses hidup kita.
Itulah mengapa, mengembalikan stres pada tingkat yang sehat menjadi sesuatu yang penting dan yang ditawarkan dalam buku ini.
Stres pada kadar yang berlebih atau kronis, harus diterima dan dikelola.
Sebagai dokter yang menangani stres dan kelelahan fisik serta emosional, Nerurkar berbagi teknik-teknik yang sederhana dan penuh perhatian pada diri sendiri.
Dengan pendekatan ini, bisa dirasakan perubahan yang berkelanjutan, bertahan lama, dan menyeluruh.
Persepsi positif terhadap stres yang ditawarkan Nerurkar membantu kita untuk bisa bersahabat dengan stres.
Baginya, stres bukanlah musuh karena stres itu penting untuk hidup manusia.
Bagaimanapun, stres adalah faktor yang membentuk diri kita sampai saat ini.
Melalui stres, kita memperoleh kekuatan untuk bergerak dan mendorong kita untuk berkembang.
Streslah yang memotivasi kita bangun dari tempat tidur setiap hari.
Bahkan, secara eksplisit buku Menata Ulang Kehidupan menyebutkan contoh-contoh stres yang sehat.
Sesuatu yang baik dalam hidup kita tercipta karena adanya stres yang sehat.
Misalnya, dorongan kita untuk mendapatkan pekerjaan, motivasi untuk membangun pertemanan dan persahabatan baru, semangat untuk mendukung tim sepak bola tertentu, atau sekadar memilih liburan favorit kita.
Semua ini adalah hasil dari stres yang sehat.
Stres yang sehat bisa menjadi panduan yang baik bagi hidup kita.
Stres dalam jumlah yang sehat itu penting karena itu menunjukkan respons adaptif dari hidup kita terhadap berbagai tuntutan hidup.
Selain itu, stres yang sehat berfungsi untuk memajukan hidup.
Namun, itu semua harus pada kadar dan frekuensi yang tepat.
Oleh karena itu, kuncinya adalah mencari tahu seberapa besar stres yang terlalu mengganggu untuk hidup kita.
Stres yang sudah tidak dapat dikendalikan, tidak lagi bermanfaat bagi hidup dan bisa jadi berbahaya bagi kesejahteraan hidup kita.
Kitalah yang harus mengenal dan menyetel stres dalam diri kita.
Buku Menata Ulang Kehidupan menjadi bacaan yang menarik dan memberi perspektif baru tentang stres, kelelahan fisik, dan emosional.
Dengan menegaskan bahwa stres tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikelola, kita belajar untuk menyingkirkan stres yang tidak sehat dan tidak berguna sehingga tidak menguras energi dan emosi kita.
Mungkin inilah saatnya untuk meyakini bahwa stres dapat menemani, bukan melukai proses hidup kita.
Buku ini menyediakan teknik-teknik sederhana untuk mempertahankan atau mengembalikan stres ke tingkat yang sehat.
Buku ini mengajak pembaca untuk dapat lebih menerima kondisi stres atau kelelahan fisik serta emosional yang mereka hadapi dan memperbaikinya sedikit demi sedikit.
Dengan panduan praktis untuk mengubah gaya hidup dan pola pikir kita, kebahagiaan yang lebih mendalam dapat diraih.
Dari judulnya, buku ini membantu pembaca untuk melakukan "reset" pada otak dan tubuh.
Konsep "reset" ini mengarah pada usaha melepaskan kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat, baik secara fisik maupun mental, dan menggantinya dengan kebiasaan baru yang lebih mendukung kesejahteraan.
Buku ini menjadi bacaan menarik di era modern seperti saat ini.
Stres, kecemasan, dan ketidakpuasan menjadi hal yang tak lepas dari kondisi yang dialami banyak orang.
Buku ini hadir sebagai teman perjalanan bagi mereka yang ingin keluar dari lingkaran setan tersebut.
Dengan menerapkan tip dan strategi yang diberikan, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih berarti.
Dapatkan buku Menata Ulang Kehidupan: Reset Otak dan Tubuh Biar Makin Bahagia di Gramedia.com.