Umumnya orang mengira ADHD hanya disematkan pada anak-anak yang hiperaktif.
Memang bisa jadi anak-anak yang sangat aktif ini mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) karena para ahli menyebutkan bahwa hiperaktivitas sebagai karakteristik penting dari ADHD.
Anak yang menderita ADHD sangat mungkin memiliki kecenderungan untuk berlari mengelilingi halaman rumahnya atau bergerak tanpa kontrol.
Dalam buku Yes! Your Child Can, Victoria E. Waller atau yang akrab dipanggil Vicky oleh anak-anak yang didampinginya, menjelaskan banyak tentang ADHD dan cara menangani perbedaan belajar mereka.
Setelah pada tahun 1987 ADD (Attetntion Deficit Disorder) ditinjau ulang dan direvisi menjadi ADHD, pada 2013 terjadi pembaruan khususnya terkait definisi.
Sekarang ADHD mencakup tiga definisi berikut ini.
Pertama, penderita gabungan, adalah ketika penderita tidak mampu memperhatikan dan hiperaktif.
Kedua, penderita dengan dominasi pada kurangnya pemusatan perhatian, adalah ketika penderita tidak hiperaktif, tetapi kesulitan untuk fokus dan memperhatikan.
Ketiga, penderita dengan dominasi hiperaktif-impulsif, adalah ketika anak memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif.
Kebanyakan masyarakat hanya mengenal ciri-ciri ADHD dari definisi terakhir saja.
Pertanyaan-pertanyaan orang tua terkait anak-anak mereka yang pendiam tetapi didiagnosis ADHD mungkin bisa terjawab dari ketiga definisi tersebut.
Bagi orang tua yang ingin lebih meyakinkan diri lewat pengujian khusus, mereka akan mendapat laporan yang memuat kata “kurang pemusatan perhatian”.
Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian tersebut akan memuat diagnosis: gangguan hiperaktivitas defisit perhatian/inatentif (ADHD/Inatentif).
Kadang masih ada orang tua yang menyangkal dengan menunjuk kebiasaan anak-anak mereka yang mampu fokus berjam-jam bermain video games, menonton olahraga, atau hobi-hobi lainnya.
Meskipun terlihat tidak ada masalah, sebenarnya anak Anda sedang dalam situasi yang sulit.
Penderita ADHD/Inatentif akan mengalami kesulitan ketika harus mengerjakan sesuatu yang sulit dan bukan menjadi minat mereka.
Anak-anak dengan ADHD tidak akan mau melakukan kegiatan yang tidak mereka kuasai.
Mungkin kita bisa melihatnya pada anak-anak dengan ADHD yang tidak dapat mendengarkan pelajaran di sekolah atau menyelesaikan pekerjaan rumah, tetapi dapat membaca buku-buku bertema kereta api dari siang sampai malam hari.
Secara fisik, anak-anak ADHD/Inatentif tampaknya pendiam.
Namun, di dalam pikirannya, ada banyak hal yang lalu lalang melintas dan mengganggu fokusnya.
Salah satu murid dari Waller yang disebutkan dalam bukunya, bercerita bahwa pada setiap detik tiap harinya otaknya berpikir keras.
Ia menggambarkan bahwa di dalam otaknya ada ribuan pikiran terlintas sehingga sering kali mengganggunya.
Karena kondisi itu, ia tidak mampu mendengarkan pelajaran di kelas dan terkadang berteriak sendiri.
Harry, anak tersebut, merasa berada di dunianya sendiri.
Waller sangat sedih mendengar kesaksian anak-anak tersebut.
Ia melihat banyak potensi dan kecerdasan yang dimiliki anak-anak dengan ADHD.
Akan tetapi, banyak orang tua tidak mau memberi penanganan yang tepat, baik sekadar pemeriksaan awal maupun memberinya bantuan lebih lanjut.
Waller dalam awal bukunya sangat mendorong orang tua untuk ‘berani’ mengikuti firasat mereka untuk melakukan intervensi pada anak-anak yang memiliki kecenderungan ADHD.
Tidak ada salahnya memeriksakannya sejak dini untuk mengonfirmasi firasat mereka dan mendapat informasi penanganan yang tepat bagi anak-anak mereka.
Hambatan yang biasanya muncul adalah ‘disama-samakan’.
Orang tua yang merasa mirip dengan kecenderungan anaknya sering menyamakan kondisi dirinya dengan anaknya.
Bahkan lebih parahnya, beberapa orang tua memaksa anaknya supaya bisa seperti mereka.
Sangat mungkin kata-kata berikut ini keluar dari mulut mereka.
“Dulu saya seperti dia. Tapi, lihat, sekarang saya sukses. Saya yakin anak saya bisa sukses seperti saya tanpa perlu penanganan. Anak saya harus belajar bertahan!”
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Waller sangat menyayangkan sikap orang tua yang seperti itu.
Ia juga menuliskan kisah nyata orang tua yang tidak memberi penanganan pada anaknya.
Anaknya yang sebetulnya cerdas dan kreatif karena tidak mendapat penanganan yang tepat, tidak dapat menyelesaikan pendidikan.
Selain itu, anak tersebut juga sering berganti-ganti pekerjaan.
Menurut Waller, sudah bisa dipastikan anak tersebut tidak akan bahagia.
Membangun tim yang baik adalah cara yang sangat disarankan untuk menangani anak-anak dengan ADHD.
Dalam konteks pendidikan, Waller mengetengahkan istilah ‘perbedaan dalam belajar’.
Tim ini harus bisa solid dan memahami cara-cara mengajar anak dengan perbedaan dalam belajar.
Tim ini terdiri dari orang tua, spesialis pendidikan, neuropsikolog, psikiater, dokter spesialis anak (DSA), guru sekolah, dan kepala sekolah.
Pada gejala yang khusus, dibutuhkan juga ahli terapi okupasi, ahli terapi fisik, dan ahli terapi wicara.
Masing-masing ahli harus saling mendukung dan memahami pendekatan yang tepat terhadap anak-anak yang ditangani.
Waller selalu menekankan bahwa minat anak menjadi pintu gerbang untuk keberhasilan proses ini.
Dengan menemukan minat anak, seluruh tim perlu bersama-sama menggunakan minat tersebut untuk mengembangkan si anak.
Jika salah satu dari tim tidak bekerja sama dengan baik, anak akan sulit mengalami perkembangan.
Misalnya, spesialis pendidikan yang tiap dua hari seminggu mengajari anak untuk bisa membaca dengan memberikan buku bertema singa.
Akan tetapi, guru di sekolah tidak pernah mau menggunakan minat anak tersebut dalam pengajarannya.
Anak tersebut pasti akan terhambat di sekolah.
Begitu pula jika guru di sekolah tidak membagikan materi pengajaran untuk seminggu ke depan pada spesialis pendidikan, maka anak tersebut akan kesulitan mengikuti proses pelajaran di sekolah.
Bagi Waller, kesuksesan dan kebahagiaan anak-anak dengan ADHD hanya dapat dicapai jika mereka mendapat penanganan yang tepat.
Salah satunya adalah dengan membentuk tim yang spektakuler: solid dan paham perbedaan dalam belajar.
Tentunya semuanya itu tetap memperhatikan kemampuan masing-masing peran.
Menurut Waller, guru yang tepat akan memberi perubahan, tetapi guru yang salah dapat menjadi masalah besar.
Buku Yes! Your Child Can menjadi buku yang menarik untuk pembaca.
Buku ini menjawab pertanyaan mengapa penting untuk memperhatikan firasat awal orang tua bahwa mungkin memerlukan bantuan tambahan bagi anak mereka.
Buku ini juga menunjukkan cara menjalani pengujian, pengobatan dan memilih tim untuk membantu anak Anda, serta meyakinkan orang tua bahwa setiap anak dapat sukses baik di sekolah maupun dalam kehidupannya.
Penulis buku ini, Dr. Victoria E. Waller adalah spesialis membaca dan advokat siswa yang diakui secara internasional selama lebih dari 40 tahun.
Ia telah membantu anak-anak yang mengalami kesulitan membaca, yang tidak dapat duduk diam di kelas, yang merasa tidak dapat berpartisipasi (anak-anak yang hampir tidak pernah dipedulikan oleh guru).
Buku Yes! Your Child Can berisi pengalaman Dr. Waller bersama orang tua, guru, dan terapis mengenai teknik-tekniknya yang telah terbukti mencetak keberhasilan bagi anak-anak dengan perbedaan dalam belajar.
Teknik ini juga terbukti dapat mengoptimalkan kecerdasan dan kreativitas dalam diri anak.
Dengan bahasa yang penuh empati, nonteknis, dan mudah dipahami, buku Yes! Your Child Can menjadi suplemen yang dapat memandu langkah demi langkah tentang cara membantu anak-anak berprestasi di sekolah dan membangun kepercayaan diri mereka.
Dr. Waller melalui hasil ilmu pengetahuan terkini dan pengamatannya sendiri, menegaskan pentingnya untuk memperhatikan firasat bahwa seorang anak mungkin memerlukan bantuan.
Selain itu, buku Yes! Your Child Can menunjukkan cara menggunakan kekuatan dan minat alami anak untuk membangun kepercayaan diri akademis, sosial, dan pribadi mereka.
Buku ini menjadi buku pertama yang wajib dibaca oleh setiap orang tua dari anak dengan kesulitan belajar.
Buku Yes! Your Child Can dapat menjadi saran untuk belajar “berjalan bersama” anak-anak dengan ADHD atau dengan kesulitan belajar.
Dapatkan bukunya di Gramedia.com.