Untold Stories: Strategi Public Relations di Industri Kreatif Gramedia menghadirkan salah satu buku terbarunya, “Untold Stories–Strategi Public Relations di Industri Kreatif”, yang mengungkap cerita di balik kerja Public Relations dalam industri.
Di tengah daya tarik industri kreatif dan dinamika isunya yang deras dengan arus informasi digital, ada sisi lain yang jarang mendapatkan sorotan, yaitu kerja senyap para praktisi Public Relations (PR) dalam menjaga reputasi, menata persepsi, dan mengelola krisis yang bisa datang kapan saja.
Buku “Untold Stories–Strategi Public Relations di Industri Kreatif” mengangkat beberapa kisah kerja PR di balik layar ke permukaan secara jujur, reflektif, dan sarat pembelajaran strategis dari pengalaman nyata di industri kreatif.
Ditulis oleh Nugroho Agung Prasetyo, praktisi dan akademisi komunikasi dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di dunia media, buku ini menjadi jembatan antara teori dan realitas lapangan.
“Buku ini bukan sekadar panduan teknis, melainkan catatan dari dapur kerja Public Relations dalam industri, yang mungkin juga dialami praktisi industri lainnya. Dalam buku ini saya mencoba menghadirkan perasaan dilema, keputusan penting, dan strategi komunikasi yang tak pernah muncul ke permukaan,” ujar sang penulis, yang cukup lama berkarier sebagai PR di SCTV, ANTV, MNC Sky Visison, dan NET TV.
Salah satu kisah di awal buku mengangkat peristiwa demonstrasi antipornoaksi terhadap dua stasiun televisi nasional pada awal 2000-an.
Bagi tim PR yang terlibat, momen itu bukan sekadar krisis, melainkan ujian empati dan strategi komunikasi.
Alih-alih bersikap defensif, tim PR memilih pendekatan humanis dengan menemui para pengunjuk rasa dengan membawa tenaga medis untuk membantu para demonstran yang kelelahan di tengah panasnya siang.
Tindakan sederhana itu menjadi langkah komunikasi yang bermakna dalam menunjukkan bahwa empati bisa menjadi alat reputasi yang lebih kuat dari sekadar pernyataan pers.
“Dalam krisis, PR tidak hanya bicara. Ia mendengar, merasakan, dan bertindak,” ungkap sang penulis dalam buku ini.
Kisah lain yang tak kalah menarik datang dari sebuah panggilan telepon seorang anggota militer yang meminta salinan konten salah satu telenovela.
Sang PR muda kala itu menjelaskan batasan hukum hak cipta bukan dengan gaya birokratis, tapi dengan bahasa empatik yang justru memperkuat kepercayaan public sehingga menciptakan pemahaman penelponnya.
Belum lagi ungkapan dalam cerita lainnya, ketika produk kreatif mendapatkan resistensi dari sejumlah tokoh dan kelompok masyarakat berpengaruh.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Tekanan bukan hadir melalui platform digital saja, tapi juga surat resmi dan kehadirannya yang tentu berpotensi menekan citra dan reputasi.
“Saat itu kami merasa bahwa kami tidak sedang membuka konfrontasi untuk menambah lawan. Namun, saya dan perusahaan justru merasa pada fase tersebut harus mendekat, mendengar, dan belajar bersama, menciptakan saling pengertian. Bukan berbicara untuk merasa paling benar, tapi mendengarkan keluhannya, sambil mencari solusi bersama agar kami tetap tumbuh tanpa mencederai kepercayaan kelompok manapun”, jelas Nugroho Agung Prasetyo.
Setiap bab dalam buku ini dibangun dengan dua lapis kekuatan: pengalaman nyata dan landasan teori yang kuat.
Teori-teori klasik seperti Two-Way Symmetrical Model (Grunig & Hunt), Agenda Setting Theory, hingga Narrative Paradigm (Walter Fisher) dihidupkan lewat studi kasus yang terjadi di ruang produksi, ruang PR, hingga meja rapat krisis.
Bagi praktisi industri, buku ini tentu dapat menjadi refleksi penting tentang bagaimana menghadapi tekanan publik dan isu sosial terkait produk dan perusahaan, dengan pendekatan strategis.
Bagi akademisi dan mahasiswa komunikasi, buku ini menjadi sumber belajar aplikatif yang menjelaskan bagaimana teori komunikasi benar-benar bekerja di lapangan.
Lebih dari sekadar profesi komunikasi, “Untold Stories–Strategi Public Relations di Industri Kreatif” memandang PR sebagai profesi yang manusiawi.
Profesi yang menuntut empati, sensitivitas sosial, dan kemampuan membaca situasi di antara fakta dan persepsi.
“Setiap krisis menyimpan pelajaran. Setiap cerita adalah strategi. PR bukan tentang menyelamatkan citra saja, tapi tentang membangun kepercayaan. Public Relations adalah tentang menjaga keseimbangan antara apa yang benar, apa yang dipercaya publik, dan bagaimana kita menyampaikannya dengan hormat,” ujar penulis.
Nugroho Agung Prasetyo adalah seorang praktisi Public Relations dan komunikasi korporat dengan pengalaman panjang di industri kreatif, khususnya penyiaran.
Selain menjadi Associates Director di Konsultan PR Cetta Satkaara, ia juga aktif sebagai dosen PR di LSPR dan Universitas Bakrie, serta pembicara di berbagai forum PR profesional.
Nugroho Agung Prasetyo terbilang cukup dekat dengan aktivitas beberapa organisasi PR, seperti Perhumas, APPRI, beberapa komunitas Humas Muda, hingga menjadi pengurus di Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat.
Melalui buku ini, ia mengajak pembaca memahami realitas dunia PR, bukan dari sisi glamor, tetapi dari ruang senyap di mana strategi, etika, dan empati diuji setiap hari.
Buku Untold Stories – Strategi Public Relations di Industri Kreatif tersedia di Toko Gramedia dan Gramedia.com.