Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pranata Mangsa, Astrologi Jawa Peninggalan Nenek Moyang

Kompas.com - 15/06/2023, 11:30 WIB
astrologi jawa Photo by publicdomainpictures on Pexels astrologi jawa
Rujukan artikel ini:
Pranatamangsa: Astrologi Jawa Kuno
Pengarang: Anton Rimanang
|
Editor Rahmad

Tahukah kamu jika dahulu nenek moyang kita menggunakan penanggalan yang berbeda seperti sekarang?

Itulah sebabnya, ada istilah Neptu Jawa, Primbon, dan weton yang mungkin tidak asing bagi orang Jawa meskipun sekarang sudah jarang digunakan.

Meskipun demikian, masih ada orang Jawa yang menggunakan kepercayaan Jawa Kuno itu dalam kebiasaan mereka.

Misalnya merayakan budaya tertentu berdasarkan penanggalan tersebut.

Inilah yang menunjukan ada Pranata Mangsa ala astrologi Jawa yang jadi budaya nenek moyang.

Mengenal Pranata Mangsa Astrologi Jawa

Pranata Mangsa adalah sebuah konsep dalam Astrologi Jawa yang mengacu pada periode waktu dalam setahun yang terdiri dari 12 bulan.

Dalam Astrologi Jawa, setiap bulan dianggap memiliki karakteristik yang unik dan dipengaruhi oleh perubahan energi alam dan pengaruh planet.

Pranata Mangsa terkait erat dengan budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Konsep ini digunakan untuk mengatur kegiatan sehari-hari, seperti bercocok tanam, merencanakan pernikahan, melakukan ritual keagamaan, dan menentukan waktu yang baik untuk berbagai aktivitas.

Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing Pranata Mangsa dalam Astrologi Jawa:

1. Sapar (Januari - Februari)

Sapar adalah bulan pertama dalam Pranata Mangsa. Masyarakat Jawa memandang bulan ini sebagai waktu untuk merenung dan menyelaraskan diri dengan tujuan hidup.

Ini adalah waktu yang baik untuk melakukan introspeksi dan memulai proyek baru.

2. Mulud (Februari - Maret)

Bulan Mulud dianggap sebagai waktu yang baik untuk mengejar pengetahuan dan meningkatkan spiritualitas.

Pada bulan ini, banyak masyarakat Jawa yang mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

3. Bakda Mulud (Maret - April)

Bakda Mulud adalah waktu yang dianggap baik untuk menghindari konflik dan menjaga keharmonisan.

Masyarakat Jawa umumnya menggunakan waktu ini untuk merayakan kelahiran dan ulang tahun.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

4. Jumadil Awal (April - Mei)

Jumadil Awal dipandang sebagai bulan yang penuh keberkahan. Waktu ini digunakan untuk memperdalam pengetahuan agama dan mengembangkan nilai-nilai spiritual.

5. Jumadil Akhir (Mei - Juni)

Bulan Jumadil Akhir dianggap sebagai waktu yang cocok untuk membangun hubungan sosial dan mempererat ikatan dengan keluarga dan teman-teman.

6. Rejeb (Juni - Juli)

Rejeb dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan keajaiban. Banyak masyarakat Jawa yang melakukan ziarah ke makam leluhur dan mengadakan ritual keagamaan.

7. Ruwah (Juli - Agustus)

Bulan Ruwah dianggap sebagai waktu yang baik untuk menghormati roh leluhur. Pada bulan ini, umumnya dilakukan upacara dan ritual khusus.

8. Besar (Agustus - September)

Bulan Besar dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi diri dan mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

9. Rejeb Agung (September - Oktober)

Rejeb Agung adalah bulan yang dianggap sangat suci dalam Astrologi Jawa. Waktu ini umumnya digunakan untuk melakukan ritual keagamaan yang lebih besar.

10. Suro (Oktober - November)

Dalam pranata mangsa astrologi Jawa, Suro dianggap sebagai bulan yang memiliki energi spiritual dan mistis yang kuat.

Bulan ini dianggap sebagai waktu yang penuh dengan kekuatan magis, di mana energi mistis dipercaya lebih mudah terhubung dengan dunia manusia.

Oleh karena itu, banyak orang Jawa yang memanfaatkan bulan Suro untuk melakukan praktik-praktik spiritual, seperti upacara, meditasi, atau melaksanakan ritual keagamaan. Bulan Suro juga dianggap sebagai bulan yang memiliki makna kehidupan yang dalam.

Banyak orang Jawa yang percaya bahwa pada bulan ini terdapat suatu energi kosmik yang dapat mempengaruhi nasib seseorang, terutama dalam hal keberuntungan dan keselamatan.

Oleh karena itu, mereka biasanya melakukan upacara atau tindakan-tindakan spiritual tertentu untuk memohon perlindungan dan keberkahan selama bulan Suro.

Meskipun Suro memiliki konotasi spiritual dan mistis, perayaan bulan ini tidak terbatas pada praktik-praktik keagamaan saja. Di beberapa daerah di Jawa, terdapat juga tradisi dan perayaan khusus yang dilakukan selama bulan Suro.

Misalnya, ada yang mengadakan pesta rakyat, pertunjukan seni tradisional, atau even-even kultural lainnya. Secara keseluruhan, bulan Suro dalam pranata mangsa astrologi Jawa memiliki makna yang dalam dan dianggap sebagai waktu yang penting secara spiritual.

Praktik dan perayaan yang dilakukan selama bulan ini beragam tergantung pada kepercayaan dan budaya masyarakat Jawa di berbagai daerah.

Jika tertarik mempelajari astrologi Jawa ini, kamu bisa baca buku Pranatamangsa: Astrologi Jawa Kuno. Buku yang ditulis Anton Rimanang ini membahas lengkap tentang sistem Pranata Mangsa dengan ilustrasi gambar dalam menunjukkan indikator penentuan tiap masanya.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com