Novel tentang pendidikan menjadi alternatif yang tepat untuk menghibur diri karena banyak sekali pelajaran yang bisa diambil di dalamnya, sehingga bukan hanya sekedar cerita fiksi yang menarik, tapi ada pesan dan makna yang dapat direnungkan.
Pendidikan memang menjadi salah satu faktor paling penting dalam kehidupan, karena selain bisa memberikan ilmu dan pelajaran yang bermanfaat, pendidikan juga bisa menjadi cara terbaik untuk dapat mengubah nasib menjadi jauh lebih baik lagi.
Beberapa novel mampu membawa tema pendidikan ke dalam jalan ceritanya dengan cara yang memikat melalui kepiawaian penulis dalam merangkai cerita, sekaligus membangun tokoh yang kuat agar mampu menghasilkan kisah yang menarik bagi pembaca.
Berikut novel tentang pendidikan yang menghibur melalui cerita fiksinya yang bermanfaat.
Novel ini bercerita tentang sekelompok anak-anak di Pulau Belitung yang terdiri dari Lintang, Ikal, Mahar, Sahara, Syahdan, A Kiong, Borek, Kucai, Harun, dan Trapani.
Sepuluh anak ini merupakan murid SD Muhammadiyah di Gantung Belitung Timur.
Guru mereka, Bu Muslimah, memberi nama kesepuluh anak tersebut dengan Laskar Pelangi karena kegemaran mereka terhadap fenomena alam tersebut.
Di buku ini, Andrea Hirata memperlihatkan kondisi pendidikan yang minim dan serba kekurangan yang harus dirasakan anak-anak di Belitung.
Kondisi bangunan yang sudah rusak dan akses yang sulit juga menjadi tantangan tersendiri bagi para Laskar Pelangi.
Tidak hanya menyoroti kehidupan mereka di sekolah, novel ini juga memperlihatkan kehidupan mereka di lingkungan sosial yang nyatanya tidaklah mudah.
Novel ini memiliki kisah tentang seorang guru bernama Botchan yang semenjak masih kecil kerap terlibat masalah akibat perilakunya.
Baik ayah, ibu, hingga kakaknya, tidak pernah ada yang mampu mengerti tingkah laku Botchan.
Hanya Kiyo, pelayan keluarganya, yang mampu melihat sosok manusia yang apa adanya dalam diri Botchan.
Ketika Botchan memutuskan untuk mengajar di sebuah daerah pelosok, hanya Kiyo yang datang untuk memberikan dukungan.
Namun, kenyataannya tempat Botchan mengajar sebagai guru tidaklah sama seperti di kota Tokyo.
Sifatnya yang blak-blakan dan terbuka nyatanya tidak sesuai dengan kebiasaan orang-orang di pelosok tersebut dan malah hanya mendatangkan berbagai masalah untuk Botchan.
Pada akhirnya, Botchan memilih untuk mengikuti kata hatinya daripada harus menjadi seseorang yang palsu demi dapat diterima oleh lingkungan.
Karya sastra klasik dunia yang satu ini menceritakan tentang empat bersaudari, yaitu Meg yang cantik dan feminin, JoJo yang tomboi dan sangat mencintai sastra, Beth si anak yang pendiam dengan kemampuan piano, dan Amy yang jago melukis.
Empat saudari ini tinggal bersama ibu mereka, sementara ayahnya menjadi prajurit perang.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Kehidupan mereka dilalui dengan suka cita, kegembiraan, hingga ujian yang mewarnai setiap keping momen.
Di saat mereka melalui tumbuh kembang bersama, ada Laurie, remaja laki-laki yang menghiasi kehidupan mereka.
Keempat bersaudari ini berjuang untuk mendapatkan mimpi dan cita-cita yang mereka inginkan, mulai dari latihan, belajar, hingga kerja keras, mereka lakukan demi menggapai impian.
Novel klasik ini bercerita tentang seorang gadis yatim piatu bernama Jane Eyre.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Jane kini harus tinggal bersama bibinya, Mrs. Reed.
Nahasnya, Jane malah dibenci dan dicaci oleh orang-orang yang tinggal di Gateshead (kediaman keluarga Reed) akibat penampilannya yang kurang menarik.
Akibatnya, Jane malah dikirim ke sekolah asrama khusus anak perempuannya, Lowood.
Di sana, nasib Jane juga tidak kunjung membaik, justru Lowood adalah sumber penderitaannya baru bagi Jane.
Setelah berusia 18 tahun, Jane memutuskan untuk meninggalkan Lowood, dan nasib membawa Jane ke Thornfield Hall untuk menjadi seorang guru pribadi seorang gadis Prancis bernama Adele.
Berawal dari sana, kisah hidup Jane terus bergulir dengan setiap lika-liku yang ada.
Bercerita tentang Alif yang lahir dan tinggal di daerah terpencil di Pulau Sumatera.
Alif memiliki cita-cita untuk menjadi seperti BJ Habibie, tapi sayangnya, ibunya menginginkan Alif agar bisa seperti Buya Hamka.
Pada akhirnya, Alif memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur.
Di sana, Alif terpesona dengan kalimat ajaib berbahasa Arab, yaitu “man jadda wa jadda”.
Berawal dari pesantren tersebut, Alif berusaha dengan keras untuk bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Kelima novel tentang pendidikan ini bisa menjadi pilihan yang pas dalam menghabiskan waktu.
Seluruh novel ini juga bisa langsung kamu beli dan dapatkan di Gramedia.com.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.