Novel tentang pesantren rasanya akan sangat cocok untuk dibaca di kala bulan Ramadan.
Selain mampu memberikan cerita fiksi yang menghibur, novel tentang pesantren juga memiliki ilmu agama serta pesan moral mendalam yang bisa diambil pembaca.
Biasanya, novel tentang pesantren akan menyajikan kisah seputar kehidupan para tokohnya yang tidak jauh dari pondok pesantren, sekaligus berhubungan dengan agama Islam untuk menjadi bumbu penyedap dalam konflik cerita, sehingga pembaca akan mendapatkan sebuah sensasi yang berbeda dalam menikmati sebuah cerita fiksi.
Bagi kamu yang penasaran dengan kehidupan para santri di pondok pesantren atau ingin mengetahui ilmu agama Islam apa saja yang dipelajari, rasanya novel tentang pesantren memang cocok dijadikan bahan bacaan sebagai teman ngabuburit sambil menunggu waktu untuk berbuka puasa.
Namun, novel tentang pesantren apa saja yang menarik untuk dinikmati di bulan suci Ramadan ini?
Berikut beberapa rekomendasi novel tentang pesantren yang bisa menjadi pilihan kamu untuk ngabuburit.
Bercerita tentang seorang santriwati bernama Ainul Mardhiyah atau kerap dipanggil juga dengan Ayna.
Nama Ainul Mardhiyah dalam kitab suci Al-Quran memiliki arti sebagai ratunya bidadari.
Ayna merupakan sosok yang sangat santun, pekerja keras, dan mampu meraih prestasi.
Selain menjadi santriwati, Ayna juga bekerja sebagai khadimah atau pembantu di rumah Pak Kyai dan Bu Nyai pondok pesantrennya.
Kehidupan Ayna yang sebatang kara bisa dibilang tidaklah mudah.
Meskipun begitu, Ayna tetap menjadi sosok perempuan yang bersih, tangguh, istiqomah selalu percaya pada Allah SWT, yang membuat akhlaknya dapat ditiru oleh pembaca.
Kisah Ayna yang penuh gejolak ini tidak lupa juga disertai dengan perjuangan, air mata, dan cinta yang pada akhirnya akan membawa ke dalam jalinan cerita yang jauh lebih intens lagi.
Bercerita tentang Asha dan Khalda yang harus pindah dari pondok pesantren ke sekolah umum selama satu semester demi membiasakan diri untuk mendapatkan beasiswa kuliah di Jerman.
Persaingan yang harus dijalani antara Asha dan Khalda harus ditambah pula dengan godaan serta masalah yang hadir di sekolah umum.
Bisa dibayangkan, bagaimana kebiasaan seorang santriwati yang taat akan agama harus berubah dengan pola kehidupan di sekolah umum yang majemuk.
Jika sebelumnya Asha dan Khalda hanya bergaul dengan sesama perempuan saja ketika di pondok pesantren, kini di sekolah umum, mereka harus menghadapi pergaulan yang heterogen.
Apalagi kehadiran Aidan dalam ruang lingkup pergaulan Asha membuatnya seperti ujian.
Untungnya, selalu ada Khalda yang mengingatkan beserta ilmu agama yang mereka miliki.
Tidak hanya soal kehadiran laki-laki, Asha juga dihadapkan dengan berbagai konflik lainnya yang tak kalah menantang dari hanya sekadar Aidan.
Bercerita tentang Nisa yang dikejutkan dengan kedatangan Gus Azam bersama istrinya, Ning Miftah, yang baru saja dinikahinya.
Kedatangan mereka ke sana adalah untuk memberitahu Nisa jika ia kini sudah berstatus sebagai istri kedua dari Gus Azam.
Tanpa sepengetahuan dan persetujuan Nisa, orang tuanya telah menikahkannya dengan Gus Azam.
Karena tidak bisa menolak lagi, mau tidak mau, Nisa harus ikut bersama Gus Azam dan Ning Miftah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Di sisi lain ada Ning Miftah yang berusaha untuk mencoba ikhlas dan rela dengan keputusan suami yang baru dinikahinya selama satu bulan itu.
Fakta lain yang paling mengejutkan ialah fisik Nisa yang boleh dibilang tidak cantik sama sekali.
Namun, di balik keputusan Gus Azam tersebut, ada alasan kuat mengapa dirinya tetap keukeuh ingin mempersunting Nisa.
Kejadian di masa lalu menjadi alasan mengapa Gus Azam ingin menjadikan Nisa sebagai istri kedua.
Bercerita tentang seorang gadis bernama Annisa yang merupakan putri dari seorang Kiai di sebuah pondok pesantren.
Sebagai anak perempuan, Annisa mengalami perlakuan yang tidak adil jika dibandingkan dengan kedua kakak laki-lakinya.
Annisa dilarang untuk berbicara ketika makan, menunggangi kuda, bercanda gurau, hingga memberikan opini.
Namun, Annisa tidak hanya tinggal diam menerima perlakuan tersebut, ia kerap melawan dan memberontak.
Hanya Khudori, saudara sekaligus sahabatnya, yang mampu memahami Annisa sepenuhnya.
Setelah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Annisa langsung dipaksa dijodohkan dengan Syamsudin, putra seorang kiai.
Namun, nahasnya, Syamsudin bukanlah sosok suami yang bertanggung jawab sebab ia kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap Annisa.
Tidak hanya itu, secara tiba-tiba saja muncul seorang janda yang tengah hamil tua yang mengaku jika jabang bayi di dalam kandungannya merupakan anak dari Syamsudin.
Mau tidak mau, Annisa harus menerima keputusan untuk dipoligami.
Di sini, Annisa berusaha keras untuk memperjuangkan nasibnya sebagai seorang perempuan yang mempunyai hak untuk bahagia.
Bercerita tentang Alif yang lahir dan tinggal di daerah terpencil di Pulau Sumatera.
Alif memiliki cita-cita untuk menjadi seperti BJ Habibie, tapi sayangnya, ibunya menginginkan Alif agar bisa seperti Buya Hamka.
Pada akhirnya, Alif memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur.
Di sana, Alif terpesona dengan kalimat ajaib berbahasa Arab, yaitu “man jadda wa jadda”.
Berawal dari pesantren tersebut, Alif berusaha dengan keras untuk bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Untuk kamu yang sudah tidak sabar lagi ingin segera membaca dan memiliki kelima novel tentang pesantren ini, kamu dapat langsung memesannya di Gramedia.com.
Selain itu, dalam menyambut bulan Ramadan, Gramedia Official Shop pada Shopee memberikan diskon hingga 90% untuk buku, Al-Qur'an, hingga sajadah dan tas pilihan.
Ada pula gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian dengan langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.
Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat!