Tanpa kamu sadari, di sekitarmu mungkin ada yang mempunyai sifat manipulatif dan bahkan terkadang memengaruhi hidupmu.
Secara penampilan, sulit membedakan seperti apa orang yang mempunyai sifat manipulatif.
Bisa jadi orang yang mempunyai sifat ini juga berasal dari teman dekat atau bahkan keluarga sendiri.
Melepaskan diri dari pengaruh orang yang manipulatif juga bisa menjadi sebuah tantangan yang sulit.
Tapi, kita bisa mengenali mereka dari cara mereka memengaruhi orang lain lewat perkataan dan perbuatannya.
Lalu, apakah setiap orang bisa mempunyai sifat manipulatif?
Di dalam ilmu komunikasi, kita mengenal bahwa fungsi dari komunikasi adalah memengaruhi orang lain dari interaksi yang timbul antara komunikator dan komunikan.
Namun, manipulatif ini berbeda dengan komunikasi pada umumnya.
Seseorang yang mempunyai sifat manipulatif dapat berusaha membuat orang lain melakukan sesuatu yang dia tidak ingin lakukan atau yang orang itu tidak yakin untuk melakukannya.
Dia akan melakukan segala macam upaya agar keinginannya dapat terpenuhi, bisa dengan memainkan kata sampai memainkan emosi orang lain.
Jadi, tidak semua orang memiliki sifat manipulatif.
Seseorang dengan karakter sifat manipulatif menurut para ahli psikologi dikategorikan sebagai seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik.
Biasanya orang-orang ini akan menunjukkan ciri-ciri kepribadian negatif yang lain pada saat yang sama, seperti perilaku agresif, mengancam, bereaksi berlebihan, tidak menaruh hormat pada orang lain sampai tidak tahu berterima kasih.
Untuk mendapatkan “korban”, si manipulatif akan menonjolkan karakter-karakter baik yang dimilikinya, seperti misalnya kepercayaan diri yang tinggi, berkarisma, penuh perhatian, atau bahkan pintar.
Selama berinteraksi dengan calon korban, dia akan menganalisa celah yang bisa dipergunakannya, termasuk kelemahan dan strategi yang akan dipergunakannya.
Tipe korban yang disukai si manipulatif adalah mereka yang kurang secara emosional atau mempunyai permasalahan.
Si korban bisa jadi tipe yang suka menolong orang atau tipe sebaliknya, yaitu membutuhkan pertolongan orang lain.
Si manipulatif ibaratnya seperti laba-laba, dia akan memberi makan si korban dengan apa yang dibutuhkannya sampai jaring-jaringnya menjadi perangkap yang sulit dilepaskan bagi orang tersebut.
Di dalam percintaan, di mana salah seorang di antaranya adalah seorang manipulatif, bahkan di beberapa kasus bisa membutuhkan waktu lama bagi si korban untuk menyadari kalau dia berada di dalam hubungan yang salah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Si korban mungkin berpikir bahwa si manipulatif melakukannya karena cinta dan seperti itulah bentuk kasih sayang dan perhatian.
Orang-orang bahkan mungkin tidak akan mengerti mengapa si korban tertutup matanya dan tidak bisa membedakan mana hubungan yang sehat dan mana yang tidak.
Semakin lama, tindakan si manipulatif bisa menjadi semakin ekstrem dan berlangsung setiap hari dan sepanjang waktu.
Dia mungkin saja menyadari bahwa tindakannya itu salah, tapi di beberapa kasus bisa jadi dia tidak menyadarinya.
Seseorang dengan gangguan kepribadian ini perlu memeriksakan diri ke ahli kejiwaan untuk mengetahui penyebab munculnya perilaku ini, yang bisa jadi berasal dari trauma di masa lalu atau adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi.
Si narsistik yang senang berada di bawah spotlight selalu ingin diperhatikan.
Jika kita perhatikan lebih jauh, di dunia digital sekarang ini banyak orang yang ingin menjadi pusat perhatian orang lain.
Menginginkan apa yang dia unggah di media sosial menjadi viral dan mendapat jangkauan yang luas.
Dunia digital membuat orang menginginkan hal yang serba instan dan serba cepat prosesnya.
Semakin banyak narsistik yang muncul, semakin besar peluang munculnya si manipulatif.
Ketika orang hanya berpikir tentang dirinya sendiri, apa yang dirasakan orang lain menjadi kurang penting.
Akibatnya, semakin banyak orang yang hanya ingin bergaul dengan orang-orang satu frekuensi saja dengan dirinya, dan membatasi berhubungan dengan orang lain yang mereka anggap tidak punya potensi untuk menjadi teman dan bahkan diajak kerja sama.
Padahal, manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, dan memahami kepribadian orang lain adalah salah satu kemampuan untuk memudahkan kita dalam berhubungan dengan orang lain.
Buku terbaru dari Erwin Parengkuan, si pakar public speaking, berjudul Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian bisa menjadi panduan bagi kita untuk memahami kepribadian Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis, yang kini disusun menjadi instrumen baru sesuai dengan gaya komunikasinya, yaitu GKRD atau si Gesit, si Kuat, si Rinci, dan si Damai.
Kamu juga akan dibantu untuk menemukan kepribadian kamu dengan sebuah tes di dalam buku ini.
Memahami dan mempraktikkan ilmu dari buku ini bisa menjadi jalan bagi kamu untuk menjadi orang yang lebih toleran dan tidak mudah menghakimi.
Buku Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian dapat kamu beli di Gramedia.com dan dapatkan juga diskon langsung dengan menggunakan voucher di bawah ini.
Klik di sini untuk dapatkan vouchernya!