Kita mungkin sulit menjelaskan ketika diminta untuk menafsirkan apa itu sebenarnya kebijaksanaan atau cara menjadi bijaksana.
Lebih mudah untuk kita ketika diminta menyebutkan orang bijak yang kita kenal.
Secara spontan nama-nama seperti Dalai Lama, Nelson Mandela, Viktor Frank, Mahatma Gandhi, Marcus Aurelius, dan bahkan Raja Solomon mungkin terucap dari bibir kalian.
Tapi apa yang sebenarnya menjadikan mereka menjadi orang yang bijaksana?
Untuk pertanyaan ini, kita harus bertanya pada Prof. Judith Glück, seorang peneliti berkebangsaan Austria sekaligus profesor psikologi perkembangan yang mendedikasikan dirinya di bidang perkembangan diri di usia dewasa dan kebijaksanaan.
Menurut Prof Glück, ada lima prinsip yang menjadi cara untuk seseorang bisa menjadi bijaksana.
5 Cara Menjadi Orang yang Bijaksana
Cara 1: Mempunyai Pemikiran Terbuka
Kunci awal untuk menjadi orang yang bijaksana menurut Prof Glück adalah memiliki pemikiran terbuka.
Kebijaksanaan hanya akan dapat berkembang ketika seseorang memiliki keinginan untuk berubah.
Kamu menjadi tidak lagi takut menghadapi apa yang akan terjadi.
Seperti seorang anak kecil, kamu akan melihat sebuah peristiwa tanpa memberikan penilaian atau judgment.
Untuk memulai ini, kamu bisa keluar dari zona nyaman kamu.
Bisa dimulai dengan hal sederhana, seperti berteman dengan orang di luar lingkaran pertemanan kita selama ini.
Jika teman kamu adalah dari kalangan orang terkenal di kampus atau di tempat kerja, cobalah untuk berteman dengan mereka yang kutu buku atau mereka yang sering menjadi yang terasingkan.
Cobalah untuk mengenal lebih dalam tentang mereka, tentang perasaan-perasaan mereka, atau masalah yang dihadapi, dan pada akhirnya memahami mengapa seseorang bersikap.
Bahkan jika kepada orang yang terburuk sekalipun, kamu bisa belajar memahami tanpa harus terlalu menyukai mereka dan terpengaruh oleh mereka.
Cara 2: Melatih Empati
Dari latihan cara pertama, kamu akan berlatih untuk melatih empati, berusaha melihat dari sudut pandang mereka dan mempunyai cinta kasih yang lebih luas.
Kenapa cinta kasih disebutkan di sini? Karena tanpa cinta, kamu akan sulit untuk menerima perbedaan dan memahaminya.
Ketika kamu sudah bisa menempatkan diri kamu pada situasi orang lain, kamu akan lebih bijaksana di dalam bereaksi dan bersikap.
Jika kamu kesulitan membangkitkan rasa empati ini, kamu bisa memulainya dengan terlebih dahulu menyayangi diri kamu sendiri, karena semua berawal dari diri sendiri.
Cara 3: Memahami Perasaan Kamu
Seberapa sensitif kamu terhadap kompleksitas perasaanmu sendiri?
Kamu memahami ketika perasaan sedih, marah, atau bahagia itu muncul, dan kamu bisa bereaksi dengan tepat ketika berhadapan pada situasi tertentu.
Kamu tidak akan marah kepada pelayan yang salah membawakan pesanan, atau kamu berkata lembut ketika memberi tahu adikmu kalau baju kotor harus dimasukan ke dalam keranjang.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Orang yang bijak tidak mengabaikan, menekan, dan menyangkal perasaan mereka, tapi memahaminya, menganggap semua perasaan itu penting, dan karena itu mereka menjadi tahu bagaimana menghadapinya sesuai situasi yang dibutuhkan.
Cara 4: Berlatih Berpikir Kritis
Orang yang bijaksana selalu berpikir kritis.
Mereka tidak hanya berpikir hal-hal yang tampak di permukaan saja, namun juga berpikir lebih jauh sampai kepada latar belakang suatu permasalahan.
Orang bijak mencoba mencari solusi yang menyeimbangkan sudut pandang dan kepentingan yang berbeda, sehingga secara keseluruhan dapat ditemukan kompromi terbaik.
Bersedia untuk berbicara dengan semua orang dan menempatkan diri kamu dalam perspektif mereka terkadang dapat cukup menenangkan situasi konflik untuk memungkinkan mencari sebuah solusi secara bersama-sama.
Cara 5: Berlatih Mengatasi Ilusi Kontrol
Kita semua memiliki ilusi kita sendiri.
Lebih dari separuh orang percaya bahwa mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Hampir semua orang menganggap diri mereka orang baik serta puas dengan kehidupan mereka, dan tentu saja umumnya mereka percaya bahwa keyakinan mereka itu benar.
Inilah yang dinamakan ilusi kontrol, dimana banyak orang melebihkan pengaruh yang mereka miliki terhadap peristiwa dalam hidupnya.
Misalnya saja mereka menganggap tidak akan pernah mengalami kecelakaan saat mereka mengendarai mobil karena mereka adalah pengemudi yang handal dan berpengalaman di belakang kemudi.
Jika kamu ingin menjadi orang yang bijaksana, mulailah untuk percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar daripada kita.
Kalau kita tidak bisa mengendalikan semua peristiwa sesuai kemauan kita, walaupun kita sudah merencanakannya dengan baik.
Maukah Kamu Menjadi Orang yang Lebih Bijaksana?
Pada kenyataannya, kita melihat banyak orang yang sudah berumur tapi belum memiliki kebijaksanaan.
Sesungguhnya menjadi bijaksana tidak tergantung pada usia, kamu yang muda juga bisa menerapkan kelima cara di atas secara bertahap.
Namun alangkah baiknya jika seiring bertambahnya usia, untuk kamu yang sudah berumur, ini saatnya mulai mengadopsi kematangan dalam berpikir dan kebijaksanaan dalam menimbang.
Untuk membuka wawasanmu tentang pemikiran-pemikiran bijak, kamu bisa membaca buku Filosofi Teras yang kini mempunyai cetakan terbaru dengan Filosofi Teras edisi cover warna hitam dan cover warna kuning.
Buku yang ditulis oleh Henry Manampiring mengusung filosofi yunani-romawi kuno yaitu stoikisme.
Buku ini ditulis dengan apik, mencerahkan, dan berhasil memperkenalkan Stoikisme kepada kaum milenial dan termasuk cara menjadi orang yang bijaksana ada di dalamnya.
Di dalam buku ini, kita banyak menyadari kalau banyak peristiwa terjadi di luar kendali kita dan yang paling berharga dan yang benar-benar kita miliki adalah pikiran.
Karena dengan pikiran berharga, maka kesehatan mental juga sama berharganya.
Segera dapatkan buku Filosofi Teras di Gramedia.com.
Selain itu, dapatkan juga gratis voucher diskon yang dapat kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, klik di sini untuk dapatkan gratis vouchernya.