Mungkin sebagian besar dari kita sudah tidak asing lagi dengan istilah manipulasi.
Manipulasi bisa terjadi dan dilakukan dalam berbagai hal, seperti data, hubungan percintaan, dan lain sebagainya.
Tak bisa dipungkiri, berhubungan dengan orang yang manipulatif memang sulit sekali untuk dihadapi.
Biasanya, orang manipulatif sulit untuk dihadapi karena mereka mempunyai segudang akal untuk memperdaya siapa saja.
Hanya melalui kata-kata manisnya, kita dapat terbuai untuk percaya dan melakukan apa pun yang mereka inginkan.
Orang yang manipulatif akan memakai distorsi mental serta eksploitasi emosional untuk mengendalikan dan memengaruhi orang lain.
Manipulasi dalam sebuah hubungan tidak akan selalu tampak bahkan dapat dilakukan dengan cara yang sangat halus.
Maka dari itu, banyak sekali orang yang menjadi korban manipulasi dalam sebuah hubungan, tapi mereka tidak menyadarinya hingga pada akhirnya berujung pada kerugian yang baru disadari apabila sudah dalam kondisi parah.
Manipulasi merupakan taktik yang dipakai seseorang untuk memperoleh kendali atas orang lain, biasanya hal ini dilakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan sering kali menggunakan biaya orang lain.
Niat mereka melakukan manipulasi adalah untuk memiliki kekuatan serta kendali atas orang lain untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Menurut ilmu psikologis, manipulasi adalah usaha memengaruhi individu dengan mengendalikan segala keinginan serta gagasan yang ada di alam bawah sadar serta sugesti.
Dapat disimpulkan jika manipulasi merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang untuk memengaruhi psikologis orang lain.
Manipulasi dapat dilakukan secara tidak sadar sehingga siapa saja bisa melakukannya.
Hal ini terjadi apabila seseorang tidak mampu mengekspresikan apa yang diinginkan atau dibutuhkan dengan baik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, manipulasi dapat berlangsung dalam sebuah hubungan asmara.
Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui ciri-ciri manipulasi dalam hubungan percintaan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Seseorang yang manipulatif besar kemungkinan secara emosional akan lepas tanggung jawab atas tindakannya.
Mereka secara terang-terangan akan membesar-besarkan hal-hal yang membuat mereka terlihat lebih positif melalui kebohongan.
Mereka juga akan melimpahkan kesalahan pada orang lain, membuat orang lain meragukan diri sendiri serta memutarbalikkan fakta yang ada.
Seseorang yang manipulasi tidak akan ragu-ragu menggunakan kebohongan untuk menyesatkan orang demi memenuhi keinginan mereka.
Seseorang yang manipulatif akan melakukan gaslighting terhadap orang lain dengan berbohong, menyudutkan orang lain akan kesalahan mereka dan menyepelekan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Mereka tidak segan-segan akan menyebut orang lain “gila” atau terlalu “sensitif“.
Mereka akan mencoba membuat orang lain merasa tidak pantas untuk mengekspresikan diri serta perasaan dan emosi orang lain tidaklah nyata atau valid.
Orang yang manipulatif akan berusaha untuk mengontrol orang lain dengan cara memutuskan kontak teman dan keluarga, khususnya pada orang yang mengungkapkan rasa tidak suka pada mereka.
Di lain pihak, orang yang manipulatif juga akan mencoba memperoleh dukungan dari keluarga atau teman orang yang mereka manipulasi demi keuntungan pribadi.
Ciri lainnya dari orang yang manipulatif adalah mereka akan menarik diri dari orang yang dimanipulasi.
Mereka akan memberikan perilaku diam pada orang yang dimanipulasi apabila melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai sebagai bentuk hukuman.
Menarik ulur emosi dan perasaan ini akan membuat orang yang dimanipulasi merasa bersalah dan pada akhirnya mencoba untuk membujuk orang yang memanipulasinya untuk memaafkannya.
Agar tidak terperangkap dalam hubungan yang toxic, maka diperlukan pengetahuan dan informasi yang tepat untuk keluar dari relasi yang merugikan diri sendiri maupun orang lain tersebut.
Buku Toxic Relationship Free berbicara mengenai tujuan dalam hidup yang terdistorsi, dalam ranah yang paling privasi; emosi dan perasaan yang dilukai.
Buku ini akan menjawab pertanyaan paling penting, yaitu Apa penyebab seseorang menjadi toxic serta bagaimana keluar dari situasi ini? Apakah mengakhiri hubungan merupakan satu-satunya solusi untuk keluar dari toxic relationship?
Semua hal itu akan dibahas tidak hanya dari sudut pandang penulis, tapi juga dari cerita nyata oleh lebih dari 30 toxic relationship survivors yang berkontribusi dan mengirimkan cerita mereka.
Yuk, segera order bukunya di Gramedia.com sekarang juga.