Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pantun Hingga Eksistensinya Saat Ini di Dunia

Kompas.com - 28/03/2023, 09:30 WIB
sejarah pantun Photo by Karolina Grabowska on Pexels sejarah pantun
Rujukan artikel ini:
Kumpulan Majas, Pantun & Peribahasa…
Pengarang: Ernawati Waridah
|
Editor Rahmad

Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan pantun bukan? Bahkan, sejak sekolah dasar kita sudah mempelajarinya dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Itu artinya, pantun adalah salah satu budaya yang perlu kita apresiasi dan lestarikan.

Ini bisa kamu lakukan dengan memahami bagaimana sejarah pantun hingga perkembangan eksistensinya saat ini.

Pantun mungkin kerap dianggap karya sastra lama, tetapi ternyata masih bisa kita temukan saat ini dengan berbagai keluwesannya.

Sejarah Pantun

Pantun adalah jenis puisi tradisional yang berasal dari Melayu dan tersebar di berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pantun umumnya terdiri dari empat baris, dengan pola a-b-a-b, dan sering kali diucapkan sebagai pertukaran pantun antara dua orang.

Sejarah pantun di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke masa pra-kolonial, ketika pantun digunakan sebagai sarana komunikasi dan hiburan di antara masyarakat Melayu.

Pantun juga sering digunakan dalam upacara adat dan upacara pernikahan.

Selain itu, pantun dalam sastra Melayu klasik seperti syair dan hikayat. Selama era kolonial, pantun tetap populer di Indonesia dan dipelajari di sekolah-sekolah Melayu.

Namun, setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, minat terhadap pantun menurun.

Ini seiring dengan pengaruh budaya Barat dan modernisasi.

Namun, sejak akhir tahun 1990an, pantun mulai mengalami kebangkitan di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Melayu.

Hal ini terjadi sebagian karena upaya dari para seniman dan budayawan yang berusaha melestarikan dan mempromosikan pantun sebagai warisan budaya yang penting.

Selain itu, pantun juga semakin populer sebagai media hiburan di berbagai acara.

Seperti acara pernikahan, pertemuan keluarga, dan acara-acara kebudayaan.

Di kalangan masyarakat Melayu, pantun juga masih sering digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral, nasihat, atau kebijaksanaan.

Pantun juga dianggap sebagai bentuk seni dan keterampilan, karena menuntut kreativitas dan kemampuan berimajinasi dari pengarangnya.

Secara keseluruhan, pantun terus eksis sebagai bagian penting dari budaya Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Melayu.

Meskipun popularitasnya sempat menurun pada masa-masa tertentu, tetapi pantun berhasil bertahan dan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia.

Fungsi dari pantun sendiri adalah sebagai sarana untuk menghibur, mengungkapkan rasa syukur, mengekspresikan perasaan, memberi petuah atau nasihat, dan sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat.

Dalam budaya Indonesia, pantun juga sering digunakan sebagai sarana untuk merayakan acara-acara seperti pernikahan, pesta ulang tahun, atau acara adat lainnya.

Manfaat Mengetahui Sejarah Pantun

Mengetahui sejarah pantun memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Mempertahankan Warisan Budaya

Pantun adalah salah satu bentuk puisi tradisional Indonesia yang sudah ada sejak lama.

Dengan mempelajari sejarah pantun, kita dapat memahami dan mempertahankan warisan budaya kita untuk generasi selanjutnya.

2. Menambah Pengetahuan Tentang Bahasa

Pantun menggunakan bahasa yang indah dan penuh dengan makna.

Dengan mempelajari sejarah pantun, kita dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Indonesia, termasuk kata-kata yang tidak biasa atau kuno.

3. Mengembangkan Kreativitas

Pantun memiliki struktur yang khas, yaitu empat baris dengan pola a-b-a-b.

Dengan mempelajari sejarah pantun, kita dapat mengembangkan kreatifitas kita dalam membuat pantun yang lebih baik dan bermakna.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

4. Menambah Wawasan Tentang Kebudayaan

Pantun merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia.

Dengan mempelajari sejarah pantun, kita dapat menambah wawasan tentang kebudayaan Indonesia, seperti nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia pada masa lalu.

5. Menghargai Seni Tradisional

Pantun adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang unik.

Mempelajari sejarah pantun, kita dapat menghargai dan menikmati seni tradisional Indonesia serta mengapresiasi para penulis dan penyair pantun yang telah menciptakan karya-karya yang luar biasa.

Contoh Pantun Lucu

Berdasarkan sejarah pantun di atas, berikut ini beberapa contoh pantun lucu yang bisa kamu jadikan referensi untuk berkomedi:

1. Di tengah sawah ada lembu

Lembunya sedang memakan rumput

Kalau kamu ingin lucu

Jangan terlalu sering cemberut

2. Apa yang lebih manis dari gula?

Jawabannya pasti bukan ulat bulu

Tapi bila kamu bertemu dengan saya

Saya akan lebih manis dari gula dan lebih lucu

3. Burung merpati terbang tinggi

Hati-hati jangan sampai jatuh nanti

Hati akan merasa senang sekali

Apabila kamu mentraktir lagi

4. Pergi ke pasar membeli ketupat

Pulang ke rumah makan dengan hati senang

Kalau lagi sedih, dengar lagu dangdut

Karena kita bisa berjoget sambil berenang

Buku Kumpulan Majas, Pantun & Peribahasa Plus Kesusastraan Indonesia yang ditulis Ernawati Waridah bisa kamu jadikan referensi mempelajari sejarah pantun beserta contohnya.

Buku ini menunjukan bahwa pantun adalah bagian dari budaya bangsa Indonesia yang perlu diapresiasi.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau