Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu FOMO? Cari Tahu Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya di Sini Yuk!

Kompas.com - 23/02/2023, 09:00 WIB
 Apa itu FOMO? Sumber Gambar: Freepik.com Apa itu FOMO?
Rujukan artikel ini:
Almost Adulting: Self-Help Approach to…
Pengarang: NADHIRA AFIFA
Penulis Okky Olivia
|
Editor Ratih Widiastuty

Kalau kamu pernah merasa takut tertinggal informasi terbaru ataupun tren-tren terkini yang hits di masyarakat, bisa jadi kamu sebenarnya sedang mengalami sindrom FOMO.

FOMO adalah sebuah sindrom yang belakangan ini sedang marak dibahas dimana-mana, tidak terkecuali di media sosial.

Ada beragam penyebab terjadinya FOMO, salah satunya tentu dari penggunaan gadget dan konsumsi media yang terlalu berlebihan.

Jadi sebenarnya, apa itu FOMO dan bagaimana cara untuk mencegahnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Pengertian FOMO

Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis asal negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Saat ia menempuh pendidikan di Harvard Business School pada tahun 2003 lalu, Patrick beranggapan bahwa pada era itu, manusia sedang berada dalam dotcom bubble.

Dotcom Bubble adalah sebutan ketika teknologi dan internet sedang berkembang pesat sehingga manusia terlalu fokus pada media sosial karena tidak mau kehilangan momen apapun.

Fear of Missing Out atau FOMO pada umumnya bisa diartikan sebagai perasaan yang selalu ingin merasa menang dan tidak mau tertinggal oleh orang lain.

Perasaan FOMO ini biasanya mengacu pada tren yang tengah booming yang nantinya akan berpengaruh pada hubungan sosial seseorang.

Hal ini terjadi karena FOMO bisa membuat seseorang rela menghabiskan uang untuk membeli hal-hal yang sebenarnya tidak penting dan tidak dibutuhkan.

Jadi, selain berdampak langsung pada kehidupan sosial, perilaku FOMO juga akan berdampak buruk pada kondisi finansial seseorang.

Faktor Penyebab Terjadinya FOMO

Fenomena FOMO bisa muncul karena berbagai faktor, salah satu faktor terbesarnya adalah penggunaan internet dan media sosial yang secara berlebihan.

Terlalu sering terpaku pada kehidupan orang lain di media sosial bisa berdampak buruk pada kehidupan, salah satunya bisa membuat kita merasa iri dengan hal-hal yang dimiliki orang lain.

Berikut ini adalah beberapa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya fenomena FOMO:

  • Membandingkan diri dengan orang lain.
  • Penggunaan gadget dan alat elektronik lain yang terlalu berlebihan.
  • Kurang bersyukur dengan apa yang dimiliki.
  • Sering terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
  • Perasaan tidak puas saat orang lain memiliki sesuatu yang belum kita miliki.

Cara Mengatasi Perilaku FOMO

1. Batasi Penggunaan Gadget dan Media Sosial

Semakin sering bermain gadget dan media sosial akan semakin sering memicu adanya ketidakpuasan atas apa yang telah kita miliki.

Selain itu, media sosial juga bisa dikatakan sebagai sebuah tempat dimana orang-orang lebih sering memperlihatkan kebahagiaan dibandingkan kesedihan.

Hal ini tentunya bisa menimbulkan perasaan iri dan FOMO dalam diri kita sehingga akan lebih baik kalau kita membatasi diri dari penggunaan media sosial yang berlebihan.

2. Menerima dan Menghargai Diri Sendiri

Perilaku FOMO akan membuat kita rela membeli sesuatu hanya karena hal tersebut tengah dibicarakan dan digandrungi banyak orang.

Hal ini tentunya bisa sangat mengganggu kondisi keuangan dan membuat kita semakin tidak bisa mensyukuri hal-hal yang telah kita punya.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Jadi, cobalah untuk mulai menerima dan menghargai diri sendiri dengan semua kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

Luangkan waktu selama beberapa saat untuk melakukan kegiatan yang bisa membuat kita semakin mencintai diri sendiri dan tidak lagi membutuhkan pengakuan atau validasi dari orang lain.

3. Journaling

Journaling atau menulis buku diary merupakan kegiatan untuk menuangkan seluruh pikiran dan perasaan dalam sebuah buku.

Kamu bisa menulis curhatan, menambahkan foto atau hiasan untuk mempercantik jurnal sehingga kamu memiliki memori untuk dikenang.

Kegiatan ini bisa menurunkan tingkat depresi dan anxiety, serta bisa meningkatkan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar, dan tentunya akan jauh lebih menarik dibandingkan membuat Instagram Story.

4. Sering Berinteraksi dengan Orang Lain

FOMO sering kali membuat kita merasa sendiri dan tertinggal dari orang lain, padahal mungkin kenyataannya tidak begitu.

Jadi, cobalah untuk sering berinteraksi dengan teman-teman dan orang lain di sekitar, ajak mereka nonton, video call, atau melakukan aktivitas lain bersama-sama.

5. Lebih Fokus pada Realita Kehidupan

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa bosan daripada terus menerus scrolling media sosial selama berjam-jam.

Selain berkumpul bersama keluarga dan teman, kamu juga bisa melakukan banyak aktivitas lain untuk mengurangi penggunaan media sosial.

Kamu bisa mengalihkan perhatianmu ke kegiatan lain seperti memasak, olahraga, membaca buku, dan masih banyak lagi.

Selain pada orang dewasa, perilaku FOMO ini mayoritas juga terjadi pada anak-anak muda yang baru menginjak usia 20-an.

Sikap tidak mau kalah dan tertinggal dari orang lain ini sebenarnya juga adalah bagian dari proses pendewasaan yang tentunya tidak mudah untuk dijalani.

Bagi kamu yang saat ini masih mengalaminya, kamu bisa coba untuk membaca buku Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal With Quarter-Life Crisis karya Nadhira Afifa.

Quarter life crisis sebenarnya adalah hal yang umum dirasakan oleh semua orang, terutama anak-anak remaja.

Pada fase ini, seseorang biasanya sering diliputi keresahan, kebimbangan, atau ketakutan akan tertinggal dari orang lain sehingga sulit untuk menikmati hidup.

Dalam buku ini, kamu akan belajar untuk merefleksi dan menenangkan diri, terutama di masa-masa yang tidak menyenangkan.

Penulis juga akan membagikan pengalamannya dalam pencarian jati diri sampai akhirnya ia berhasil menerima dan mencintai diri sendiri.

Melalui buku ini, kamu akan belajar untuk menikmati setiap detik dalam kehidupan tanpa harus memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan.

Buku ini bisa kamu dapatkan melalui Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com