Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Sumpit Sebagai Ikon Kuliner Asia yang Filosofis

Kompas.com - 16/11/2022, 17:30 WIB
Asal-usul Sumpit Photo by julenka on Pixabay Asal-usul Sumpit
Rujukan artikel ini:
Budaya dan Kuliner: Memoar Tentang…
Pengarang: PAUL FREEDMAN, KOO SIU…
|
Editor Rahmad

Bagi pencinta masakan mie, masakan China, Jepang dan Korea pasti tahu tentang sumpit. Ini tersedia dalam beberapa jenis. Ada sumpit bambu atau sekali pakai, sumpit kayu, plastik atau logam.

Menurut Tsung Dao Lee, yang menerima Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1957, sumpit adalah perpanjangan dari jari-jari manusia. Dua sumpit cocok sebagai pengungkit.

Selain itu, sumpit ikonik kuliner Asia ini memiliki sejarah. Oleh sebab itu, Cara memakai sumpit dari berbagai negara juga berbeda-beda.

Namun, apakah kamu sudah tahu asal-usul sumpit?

Asal-usul Sumpit

Sumpit pertama kali ditemukan di Cina sebelum Dinasti Shang (1766-1122 SM) dan kemungkinan berasal dari awal Dinasti Xia, atau sekitar 9.000 tahun yang lalu. Temuan pertama adalah enam pasang sumpit perunggu, panjang 26 cm dan lebar 1,1-1,3 cm.

Ini digali dari reruntuhan Yin di wilayah Henan dan berasal dari tahun 1200 SM. diberi tanggal. Saat itu, diasumsikan sumpit ini digunakan sebagai peralatan memasak. Catatan pertama sumpit digunakan untuk makan dapat ditemukan dalam teks Han Feizi, yang ditulis oleh Han Fei (280-233 SM).

Pada awal kemunculannya, sumpit digunakan untuk memasak, menyajikan atau menyajikan makanan sekaligus. Saat itu, sumpit bukanlah alat makan. Sumpit hanya digunakan sebagai alat makan pada masa Dinasti Han.

Di Tiongkok kuno, gading sering digunakan untuk membuat sumpit mahal. Ada pejabat tinggi dan orang kaya yang menggunakan tongkat gading.

Bahan kulit pohon juga pernah dibuat menjadi perak. Pengadilan kekaisaran Tiongkok pernah menggunakan sumpit perak untuk mendeteksi kemungkinan racun makanan. Sumpit berubah warna karena reaksi kimia ketika makanan diracuni.

Dari abad ke-6 atau ke-8 M, sumpit menjadi alat makan umum bagi orang Uighur yang tinggal di stepa Mongolia. Di Thailand, sumpit hanya digunakan untuk makan mie dan sup ketika Raja Rama V memperkenalkan alat makan Barat pada abad ke-19.

Bahkan di sebagian besar negara Asia Timur, sumpit bukan satu-satunya peralatan makan di atas meja. Misalnya, di Cina dan Korea, sumpit digunakan bersama dengan sendok dan sendok.

Saat menikmati makanan Jepang, biasanya orang Jepang hanya membutuhkan sumpit sebagai alat makan satu-satunya, dengan sendok dan alat makan lainnya juga digunakan tergantung porsinya.

Sementara itu, makan bersama dipandang dalam masyarakat Tionghoa sebagai cara untuk mempererat ikatan keluarga dan sebagai kesempatan untuk bertemu dengan kerabat dan teman, oleh karena itu penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari.

Karena itu, menurut orang China, menempelkan sumpit di semangkuk nasi dianggap tabu. Pasalnya, bentuknya menyerupai dupa yang dinyalakan untuk mendoakan arwah orang yang meninggal.

Sumpit adalah dua batang dengan panjang yang sama yang dipegang di antara jari-jari satu tangan. Sumpit digunakan untuk mendorong dan memindahkan makanan dari suatu wadah, dari satu piring ke piring lainnya, atau untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Sumpit dapat dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastik, yang dihaluskan atau ditutup dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat untuk mencegah kerusakan pada mulut dan terlihat cantik.

Sumpit digunakan di banyak negara di dunia untuk menikmati makanan khas Asia Timur. Di banyak negara Asia Tenggara, sumpit adalah peralatan makan yang paling penting, sama pentingnya dengan sendok dan garpu.

Di Indonesia, sendok garpu atau sumpit ditawarkan di restoran yang menyajikan makanan Cina, Korea, Jepang, Vietnam, dan Thailand untuk penjual bakso atau pangsit pinggir jalan.

Kualitas bahan dan bentuk sumpit dapat bervariasi, tetapi sumpit biasanya terdiri dari sepasang tongkat pendek lurus dengan panjang yang sama.

Bagian bawah sumpit terkadang dihias dengan motif hiasan atau gambar yang menarik, agar sumpit tidak tertukar.

Hiasan di bagian bawah sumpit juga berfungsi sebagai pemisah antara bagian bawah dan ujung sumpit. Ujung sumpit digunakan untuk mengamankan makanan sementara jari-jari memegang bagian bawah sumpit.

Panjang sumpit berbeda-beda tergantung dari negara asal sumpit. Sumpit China biasanya lebih panjang dari sumpit Korea atau Jepang, dengan diameter yang hampir sama di bagian pangkal dan ujungnya.

Sumpit jadi Ikon Kuliner Asia

Pada tahun 500 M, sumpit dari Vietnam, Jepang, dan Korea mulai menyebar ke seluruh benua Asia. Budaya yang berbeda mengadopsi jenis sumpit yang berbeda.

Sumpit China tidak tajam dan karenanya tidak digunakan untuk menusuk makanan. Sedangkan ujung sumpit Jepang sangat tipis, sehingga saat orang Jepang makan ikan, tulangnya akan menonjol keluar dari dagingnya.

Orang Jepang juga yang pertama memproduksi peralatan sekali pakai yang sekarang ada di mana-mana, kebanyakan terbuat dari bambu atau kayu, pada tahun 1878. Sumpit Korea, di sisi lain, sebagian besar terbuat dari logam dan lebih tipis dari sumpit dari Jepang dan Cina.

Buku Budaya dan Kuliner yang ditulis Paul Freedman dkk ini bisa kamu jadikan referensi untuk mempelajari kuliner China dan budayanya. Termasuk bagaimana asal-usul sumpit bisa digunakan oleh orang Tiongkok.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau