Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, memproses, dan berfikir ke dalam bentuk visual.
Atau bisa dikatakan juga kecerdasan untuk memvisualisasikan gambar di dalam bayangan dan menciptakannya dalam bentuk dimensi secara tepat untuk pengambilan keputusan saat bekerja maupun berkarya.
Kemampuan ini sangat penting baik bagi setiap orang sehingga perlu di ajarkan sejak dini.
Mengajarkan Anak kecerdasan visual spasial sebaiknya dimulai saat anak menginjak usia tiga atau empat tahun.
Ini merupakan waktu yang paling tepat karena anak sudah siap belajar pengetahuan sederhana tentang pemahaman visual maupun ruang.
Profesor Psikologi Pendidikan, David F. Lohman menjelaskan bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan untuk menghasilkan, memelihara, memanggil kembali, dan mengubah imaji visual yang terstruktur dengan baik di otak kita.
Hal ini bisa diartikan, kemampuan visual spasial anak yang diajarkan sejak dini akan membuat anak tersebut menjadi jenius secara mekanikal yang akan sangat bermanfaat bagi masa depannya.
Universitas Northern Illinois merilis artikel “Howard Gardner’s Theory of Multiple Intelligences”.
Artikel Ilmiah ini menyatakan bahwa orang yang terampil dalam kemampuan visual spasial berpotensi menjadi arsitek, artis, perancang tata kota, desainer grafis, fotografer, pematung, hingga seniman.
Cara melatih kecerdasan visual spasial sesungguhnya sangat sederhana dan menyenangkan.
Mulailah dengan mengajak anak bermain mengelilingi rumah dan mengingat benda apa saja yang ada.
Lalu bersama anak, kita bisa membuat sebuah denah yang menggambarkan kondisi ruang secara visual di selembar kertas.
Dengan begitu, anak mulai terlatih mengingat. Ketika anak sudah cukup siap, langkah selanjutnya adalah dengan memberi gambaran visual spasial yang lebih luas melalui peta dunia atau buku atlas.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Dalam upaya melatih kecerdasan visual parsial anak, memperkenalkan peta sejak dini sangat penting.
Karena, didalam sebuah peta terdapat gambar permukaan bumi pada suatu bidang datar yang melukiskan keadaan fisik bumi, batas-batas provinsi, negara, ataupun keadaan yang menggambarkan penduduk serta sumberdaya alam.
Umumnya anak-anak akan asyik melihat-lihat gambar-gambar peta dan bendera-bendera negara. Lama-kelamaan anak akan semakin familiar dengan bentuk visual dengan keterangan-keterangannya.
Setelah anak merasa asyik dan familiar, kita bisa mulai menunjukkan lokasi rumah tempat tinggal anak.
Terletak di pulau apa dan kota mana. Tunjukkan peta pulaunya saja secara spesifik, lalu perlihatkan lokasinya jika dilihat dari peta Indonesia secara utuh.
Setelah mengetahui lokasi rumahnya sendiri, kita bisa mengajak Anak mencari lokasi kota rumah nenek, paman, tante, teman-teman, dan lain-lain yang anak kenal.
Selanjutnya, kita bisa mengenalkan simbol-simbol dan perbedaan warna yang menunjukan: kota besar atau kota kecil, warna laut yang berbeda dengan daratan, bedanya warna hijau tua, hijau muda, oranye, dan kuning pada bentuk pulau atau daratan, dan lain-lain.
Salah satu bentuk permainan lain yang bisa kita lakukan adalah dengan memotong gambar peta secara acak sehingga membentuk puzzle.
Kemudian mintalah anak untuk menata ulang potongan puzzle itu menjadi utuh kembali.
Berikan contoh berupa peta utuh untuk memudahkannya. Permainan menyusun puzzle peta ini bisa membantunya memahami letak-letak kota dan daerah.
Belajar kecerdasan visual spasial akan mengembangkan bayangan-bayangan yang anak imajinasikan, lalu ia akan menuangkannya dalam bentuk peta mental yang ia buat sendiri di dalam memorinya.
Diharapkan, setelah kita sudah melakukan hal-hal sederhana untuk melatih kecerdasan visual parsial maka secara alami saat anak melihat peta terbalik, secara refleks akan ia betulkan posisinya.
Selain menunjukkan bahwa anak telah belajar arah Utara peta yang selalu berada pada bagian atas peta, juga mengisyaratkan anak akan tidak mudah tersesat kedepannya.