5 Dampak Bullying yang Patut Diwaspadai 

Lihat Foto
Sumber Gambar: Pexels.com
Dampak Bullying 
Rujukan artikel ini:
Menemani, Bukan Memarahi : Mendampingi…
Pengarang: Ichiro Kishimi
|
Editor: Ratih Widiastuty

Bullying merupakan tingkah laku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh individu atau sekelompok orang terhadap orang lain yang dianggap paling lemah dan tidak berdaya.

Bentuk dari bullying bisa berbentuk kekerasan fisik, verbal, maupun emosional.

Bullying sendiri adalah fenomena yang sering berlangsung di lingkungan anak-anak dan remaja, tapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi di lingkungan orang dewasa.

Dampak dari bullying dapat membuat korbannya menjadi rendah diri, mempunyai gangguan kecemasan, sampai memicu tindakan bunuh diri.

Ngerinya, fenomena bullying ini seakan-akan sudah menjadi hal yang lumrah terjadi, khususnya di lingkungan pendidikan sehingga banyak orang yang mengabaikan tindakan dan hanya menganggapnya sebagai bentuk candaan belaka.

Tindakan bullying sekecil apa pun tidak dapat dinormalisasi, sebab akan menimbulkan dampak pada kesehatan mental korbannya.

Trauma akibat perbuatan bullying akan melekat sepanjang hayat karena tidak bisa dipungkiri amat sangat menimbulkan luka yang mendalam pada mental para korbannya.

Penting sekali untuk mulai aware atau peduli pada dampak bullying agar bisa menghentikan siklus bullying yang sepertinya tidak pernah berhenti.

Lalu, apa saja dampak bullying yang patut diwaspadai? Simak 5 dampak bullying yang harus diwaspadai berikut ini.

5 Dampak Bullying

1. Kehilangan Rasa Percaya Diri

Dampak pertama dari tindakan bullying yang dialami korbannya adalah kehilangan rasa percaya diri.

Mereka akan mulai merasa jika dirinya kurang pantas untuk hal apa pun dan merasa rendah diri apabila dibandingkan dengan pelaku bullying.

Apalagi jika tindakan bullying yang didapatkan berbentuk kekerasan fisik, pastinya bekas-bekas luka yang diperoleh bisa menimbulkan trauma yang mendalam bagi korban.

Kehilangan rasa percaya diri tentunya akan membuat perkembangan diri dan kehidupan korban menjadi terhambat.

2. Mengisolasi Diri dari Lingkungan

Para korban bullying kerap menganggap buruk terhadap diri mereka sendiri sehingga mereka pun memilih untuk menarik diri dari lingkungannya.

Mereka akan meminimalisir atau bahkan menghindari interaksi dengan siapa saja, bahkan anggota keluarga sekalipun.

Mereka akan cenderung menutup diri ketika berada di rumah serta mencoba untuk menjauh dari lingkungan di mana tempat terjadinya bullying.

Apabila korban terus menjauhkan diri dan menghindari hubungan sosial, maka tentunya akan sulit bagi korban untuk menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

3. Merusak Kesehatan Mental

Tidak dapat dipungkiri, tindakan bullying, baik non verbal, verbal, atau fisik bisa menimbulkan gangguan pada kesehatan mental korbannya.

Korban bullying menerima tindakan yang menimbulkan stres, dapat menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, gejala kejiwaan, depresi, hingga perilaku menyakiti diri sendiri.

Meskipun gangguan kesehatan mental ini mungkin akan memudar seiring dengan berjalannya waktu, tapi bukan berarti korban akan melupakan tindakan bullying yang pernah dialaminya.

Berdasarkan penelitian, korban yang mengalami tindakan bullying memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental.

4. Sering Mengkritik Diri Sendiri

Mengkritik diri sendiri atau self-criticsm adalah perilaku korban saat mulai berpikiran negatif mengenai dirinya sendiri.

Korban bullying kerap kali bertindak keras terhadap diri mereka sendiri.

Hal ini terjadi akibat korban sering mendengar opini negatif dari pelaku bullying sehingga mereka mulai beranggapan jika opini tersebut adalah fakta.

Contoh dari mengkritik diri sendiri seperti kondisi fisik misalnya warna kulit, berat badan, atau tinggi badan.

5. Pikiran untuk Mengakhiri Hidup

Fenomena bullying dan tindakan bunuh diri mempunyai kaitan yang erat karena menjadi salah satu dampak yang paling fatal bagi para korbannya.

Banyak korban bullying yang memilih bunuh diri karena merasa sudah tidak sanggup lagi dengan tindakan bullying yang diterimanya secara terus-menerus.

Korban sudah tidak kuat lagi mengemban tekanan emosional yang membuatnya menjadi putus asa dan memilih untuk mengakhiri hidup.

Tidak hanya itu, dukungan keluarga yang kurang, lingkungan yang tidak kondusif, sampai tidak ada bantuan dari profesional, pun dapat memantik tindakan bunuh diri pada korban bullying.

Maka dari itu, penting sekali untuk mulai peduli dalam memilih pola mengasuh pada anak agar tidak menimbulkan tindakan bullying.

Salah satu buku parenting yang cocok adalah Menemani, Bukan Memarahi: Mendampingi Anak Menjadi Dirinya Sendiri yang ditulis oleh Ichiro Kishimi.

Di buku ini pembaca akan mempelajari beberapa hal penting dalam parenting seperti; Strategi memahami perilaku anak; Apa yang harus Anda lakukan; Apa yang harus Anda hindari; dan Apa yang harus Anda ucapkan.

Ditulis oleh Ichiro Kishimi, penulis buku bestseller Berani Tidak Disukai, buku ini merangkum dinamika serta makna tumbuh bersama sebagai orangtua dan anak.

Dapatkan bukunya sekarang juga di Gramedia.com.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi