Apakah kamu pernah menjumpai orang yang meremehkan budaya atau masyarakat lain? Ini adalah salah satu tanda sikap etnosentrisme yang termasuk menyerang budaya atau subkultur lain dalam bentuknya yang lebih ekstrem.
Misalnya, membenarkan kriminalisasi atau perang dengan negara bangsa lain karena perbedaan budaya. Budaya yang dimaksud sangatlah luas, mulai dari tradisi, kebiasaan, dan identitas sosial seseorang atau kelompok.
Fenomena etnosentrisme ini berkaitan erat dengan definisi penyimpangan seseorang. Bahkan, secara moral juga lebih rendah atau bahkan jahat.
Sederhananya, etnosentrisme adalah stereotip pada kelompok di luar mereka sebagai orang yang bodoh, buruk, atau bahkan tidak manusiawi.
Fenomena ini memberikan dasar bagi konflik budaya. Itulah sebabnya penting bagi kamu untuk memahami hal ini karena dampaknya yang bisa sangat buruk.
Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah evaluasi budaya lain berdasarkan nilai-nilai sosial dan standar budaya sendiri. Orang etnosentris menilai kelompok lain dalam kaitannya dengan kelompok dan budayanya sendiri, terutama dalam hal bahasa, perilaku, adat istiadat, dan agama.
Perbedaan dan perpecahan etnis inilah yang menentukan keunikan identitas budaya masing-masing kelompok etnis. Sementara itu, etnosentrisme dapat terlihat atau tidak terlihat dianggap sebagai kecenderungan alami dalam psikologi manusia.
Etnosentrisme memiliki konotasi negatif dalam masyarakat. Etnosentrisme jadi praktik melihat dan menilai budaya orang lain berdasarkan nilai dan keyakinan mereka sendiri. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti bangsa, dan kentron, yang berarti pusat.
Oleh karena itu, etnosentrisme melibatkan negara menjadi sentral. Etnosentrisme menekankan perilaku yang menggunakan budaya atau etnis seseorang sebagai kriteria untuk mengevaluasi budaya, praktik, perilaku, dan kepercayaan orang.
Dalam ilmu-ilmu sosial, etnosentrisme menilai budaya lain dengan standar budaya sendiri daripada budaya lain. Oleh sebab itu, kecenderungan etnosentrisme adalah melihat budayanya sebagai pusat alam semesta.
Yakni realitas sejati yang mempengaruhi semua komunikasi antarbudaya, termasuk hubungan antar etnis. Hal ini terlihat bernas dari definisi etnosentrisme.
Porter dan Samovar (1997:10) mengungkapkan bahwa penyebab utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme.
Kecenderungan itu secara tidak sadar memandang orang lain menggunakan kelompok dan kebiasaan sendiri sebagai dasar untuk semua penilaian. Semakin banyak dari kita memiliki kesamaan dengan mereka, maka semakin dekat mereka dengan kita.
Semakin besar ketidaksetaraan, maka semakin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negara kita, budaya kita sebagai yang terbaik dan paling bermoral.
Pandangan ini menciptakan kerangka acuan yang menuntut kesetiaan pertama kita dan menyangkal keberadaan kerangka acuan lainnya. Pandangan inilah yang jadi posisi mutlak yang menetapkan posisi orang lain dari posisinya yang semestinya dalam budaya lain.
Faktor-Faktor Etnosentrisme
Berdasarkan pengertian etnosentrisme di atas, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhinya:
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
1. Sejarah
Secara historis, etnosentrisme dapat dipicu ketika individu memiliki ikatan yang erat dengan sejarah keluarga dalam kaitannya dengan peristiwa pengembangan identitas masa lalu.
Kemudian mereka memiliki budaya, identitas yang berbeda ini berupa bahasa leluhur, adat istiadat, dan peristiwa masa lalu.
2. Multikulturalisme
Etnosentrisme ini terjadi ketika kondisi lingkungan sosial yang beragam dan ribut. Tentu saja terkadang ada rasa membanding-bandingkan hingga muncul konflik. Hal ini dapat terjadi karena ada banyak budaya bertemu.
3. Situasi Politik
Etnosentrisme muncul dari ide-ide individu atau kelompok untuk mendapatkan kekuasaan yang sah. Biasanya ada rasa identitas fanatik yang terkait dengannya.
Ini karena politik sering dilihat sebagai salah satu tempat yang lebih baik untuk menghasilkan keuntungan individu dan kolektif.
4. Kesetiaan
Etnosentrisme terjadi ketika budaya yang kuat membuat individu dalam suatu kelompok lebih cenderung memiliki loyalitas yang lebih dalam, mengikuti norma, dan membentuk hubungan dengan anggota terkait.
5. Jarak Sosial
Jarak sosial adalah aspek lain dari prasangka sosial dan menunjukkan tingkat penerimaan orang lain dalam hubungan yang ada di antara mereka. Jarak sosial adalah rasa memisahkan orang atau kelompok tertentu untuk jumlah penerimaan tertentu.
6. Prasangka Sosial
Prasangka adalah sikap negatif terhadap seseorang berdasarkan perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
Sikap seperti itu dapat dicirikan sebagai sikap yang mengganggu efektivitas komunikasi antara komunikator dan, misalnya, komunikator yang berasal dari kelompok etnis yang berbeda.
7. Stereotip
Stereotip adalah kepercayaan seseorang terhadap orang lain (dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman). Keyakinan ini memungkinkan kita untuk memperkirakan perbedaan antara kelompok yang mungkin membesar-besarkan atau meremehkan karakteristik individu atau kelompok.
Buku Filsafat Kebudayaan : Proses Realisasi Manusia yang ditulis Budiono Kusumohamidjojo bisa kamu jadikan referensi untuk memahami fenomena sosial budaya ini.
Buku ini memetakan awal permasalahan mendasar kebudayaan dalam refleksi filosofis secara sistematik dan komprehensif. Selain itu, dalam buku ini ada banyak ilustrasi konkret yang membuat konteks pembicaraan tentang masalah sosial budaya terasa aktual.
Alur penjelasannya yang bernas dan tangkas akan memudahkan pembaca mencerna konsep teori dalam buku ini. Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.