Pernahkah kamu dianggap aneh atau bahkan tidak normal karena kamu memiliki sifat atau cara pandang yang berbeda dari kebanyakan orang?
Apa yang kamu lakukan untuk menyikapinya?
Apakah kamu akan memilih untuk berubah dan mengikuti cara hidup yang dianggap normal oleh masyarakat atau mengabaikannya dan tetap menjalani hidup sesuai dengan prinsip yang kamu pegang?
Hal inilah yang juga dialami oleh Keiko Furukara dalam novel Gadis Minimarket.
Melalui buku ini, Sayaka Murata sebagai penulis ingin menyampaikan kritik terhadap tuntutan sosial yang seringkali dilayangkan oleh masyarakat, terutama pada kaum perempuan, tentang bagaimana seharusnya mereka menjalani hidup yang dianggap benar dan normal.
Sejak kecil Keiko telah dianggap tidak normal oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk orang tua dan saudara perempuannya, karena sikapnya yang berbeda dari kebanyakan anak-anak seusianya.
Khawatir dengan keanehan putri sulung mereka, kedua orang tua Keiko lantas membawanya untuk mendapatkan konseling dengan harapan agar Keiko bisa berubah menjadi lebih normal.
Di tengah kondisi itu, Keiko berusaha meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa mereka telah salah menilai Keiko dan menjelaskan jika tidak ada yang aneh dalam dirinya.
Namun sekeras apapun usaha yang ia kerahkan, tidak ada yang mau mendengarkannya dan masih saja menganggap sikap Keiko sebagai hal yang tidak wajar.
Keiko pun menyerah dan memutuskan untuk menutup diri dan berinteraksi dengan orang lain hanya seperlunya saja.
Meskipun pada awalnya orang-orang di sekitar tampak lega melihat perubahan sikap Keiko tersebut, namun hal itu kembali menjadi masalah ketika Keiko menginjak bangku SMA karena dirinya dianggap terlalu pendiam.
Tidak ingin ambil pusing dengan komentar orang lain lagi, Keiko menjalani kehidupan SMA dan kuliahnya dengan tetap bersikukuh mempertahankan prinsipnya untuk menjadi seseorang yang hanya berbicara seperlunya dan berteman dengan diri sendiri.
Hingga suatu hari, Keiko menemukan sebuah dunia yang membuatnya seakan terlahir kembali dengan identitas baru di sebuah minimarket Smile Mart tempatnya bekerja paruh waktu.
Menjadi pegawai minimarket membuat Keiko merasa bisa berbaur dan diterima oleh masyarakat sebagai orang yang normal.
Keiko merasa senang dengan kehidupannya yang nyaman sebagai pegawai minimarket sehingga tidak pernah terpikirkan olehnya untuk meninggalkan pekerjaan ini.
Namun hal ini menjadi masalah ketika Keiko telah menginjak usia 36 tahun.
Teman-teman, adik perempuannya, dan bahkan manajer minimarket Smile Mart merasa khawatir melihat kondisi Keiko yang mereka anggap tidak normal ini.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Di usia paruh baya di mana seharusnya seseorang memiliki pekerjaan tetap dan telah menikah, namun Keiko justru masih betah menjalani kehidupannya sebagai pegawai paruh waktu di minimarket dan belum pernah menjalin hubungan asmara dengan siapapun.
Di tengah kebingungan Keiko saat menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitar mengenai perkembangan hidupnya, Keiko bertemu dengan Shihara, seorang laki-laki pengangguran yang memiliki masalah diskriminasi yang sama dan kesulitan berbaur dengan masyarakat karena juga dianggap tidak normal.
Kehadiran Shihara dalam hidup Keiko membuat Keiko terus memikirkan mengenai kondisi hidupnya yang kembali diobrak-abrik oleh orang-orang di sekelilingnya.
Keiko mengalami dilema untuk terus mengikuti suara hati yang menginginkan tetap bertahan di minimarket atau mencoba meninggalkan zona nyamannya selama ini dan mencari pekerjaan baru.
Gadis Minimarket adalah buku ke-10 yang ditulis oleh Sayaka Murata dan sekaligus menjadi karya pertamanya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.
Melalui tokoh Keiko yang unik, penulis menggambarkan keresahan yang dialami oleh sebagian orang yang memiliki cara hidup yang cukup berbeda dengan mayoritas orang lainnya.
Tuntutan untuk mencapai kesuksesan karier di usia tertentu, menikah dan merawat anak hingga dewasa, seolah telah menjadi satu-satunya cara hidup yang bisa diterima dan dianggap normal oleh masyarakat.
Meskipun Keiko bahagia akan kehidupannya yang sederhana, namun ia terus saja diresahkan oleh pertanyaan dan komentar orang-orang di sekitar yang menganggap bahwa jalan hidup yang ia pilih bukanlah hal yang wajar.
Di sepanjang buku Keiko terus dibuat bertanya-tanya apa definisi dari normal itu dan mengapa ia selalu dianggap aneh meskipun Keiko tidak pernah merasakan kejanggalan akan dirinya sendiri.
Selama membaca buku ini kamu pun mungkin akan mempertanyakan hal yang serupa.
Terutama jika kamu juga memiliki prinsip hidup dan pandangan yang berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya.
Dengan membaca buku ini kamu jadi bisa merefleksikan ulang apakah perlu untuk terus berusaha memenuhi tuntutan sosial dari masyarakat yang tidak ada habisnya?
Namun uniknya, ada beberapa hal yang tidak dijelaskan secara pasti atau gamblang di dalam buku ini yang membuat banyak pembaca bertanya-tanya dan memiliki interpretasi yang bermacam-macam sehingga Gadis Minimarket menjadi salah satu buku yang asyik untuk didiskusikan.
Dengan tebal buku yang hanya 160 halaman saja, buku ini cukup ringan karena hanya memiliki satu konflik utama dan bisa selesai kamu baca dalam sekali duduk.
Kamu bisa mendapatkan buku Gadis Minimarket dengan mudah melalui online di Gramedia.com.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli bukunya dengan harga lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.