Sebuah penelitian psikologi yang dilakukan oleh Queens University di Kingston, sebuah kota di Ontario, Kanada, berusaha untuk mendeteksi perpindahan pikiran dari satu hal ke hal yang lain.
Para peneliti mengukurnya dengan menggunakan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging).
fMRI sendiri adalah alat untuk mendeteksi area otak mana yang aktif saat sedang berpikir atau melakukan tugas dengan mendeteksi peningkatan aliran darah ke area otak tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata–rata manusia memikirkan 6200 hal yang terus–menerus berganti sepanjang hari.
Berarti dalam sehari, bila dikurangi waktu tidur (aktif selama 16 jam), manusia berpikir 6–7 hal yang berbeda setiap menitnya.
Betapa riuhnya pikiran manusia bukan? Terus berpindah–pindah dari satu objek ke objek yang lain.
Pikiran–pikiran yang terus berpindah–pindah bukanlah pikiran yang bahagia.
Pikiran terus ‘mengembara’ tak tentu arah, terus mencemaskan sesuatu yang belum tentu terjadi di masa depan atau galau dengan berbagai hal yang telah terjadi di masa lalu.
Padahal kejadian di masa lalu tidak dapat kita ubah.
Waktu dan energi habis terkuras untuk memikirkan hal–hal yang tidak nyata.
Tanpa disadari kita tenggelam dalam lumpur hisap pikiran–pikiran kita.
Bukan kita yang mengendalikan pikiran, tetapi justru, pikiran yang ‘membajak’ bahkan menguasai kehidupan kita.
Hidup menjadi tidak tenang dan bahagia.
Kita kesulitan untuk menikmati hidup di sini dan saat ini.
Senyatanya pikiran yang bahagia adalah pikiran yang hadir di sini dan saat ini.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Bukan pikiran yang melayang–layang ke masa depan atau tidak bisa move on dari kenangan di masa lalu.
Satu–satunya kondisi yang nyata dan mungkin dapat kita ubah adalah momen saat ini.
Oleh karena itu, manusia butuh untuk melatih pikiran, serta mengarahkan energi dan perhatiannya agar mampu menikmati setiap momen yang sedang terjadi.
Salah satu cara untuk melatih kesadaran agar terus hadir di sini dan saat ini adalah dengan mindfulness.
Kita berlatih menyadari apapun yang terjadi, tanpa perlu larut dan tenggelam dalam pikiran, juga tidak menolak atau mengabaikan pikiran-pikiran yang hadir.
Hanya menyadarinya saja.
Salah satu teknik berlatih yang paling sederhana adalah dengan menyadari nafas.
Cukup menyadari napas yang masuk dan keluar selama beberapa saat.
Napas kita jadikan sebagai jangkar pikiran untuk kembali ke momen saat ini.
Dengan demikian, saat diri mulai terjebak dalam pikiran di masa lalu atau masa depan, perlahan berjeda sejenak dari segala aktivitas, kemudian sadari nafas yang masuk dan keluar, lalu tenangkan diri.
Hal ini dapat membantu kita agar senantiasa tetap terkendali dan mampu berpikir dengan lebih jernih, terutama saat menghadapi kondisi–kondisi yang penuh tekanan.
Untuk penjelasan lebih detil beserta panduan berlatih mindfulness dapat dibaca lebih lanjut di Buku “Di Sini dan Saat Ini”.
Buku Di Sini dan Saat ini bisa didapatkan melalui online di Gramedia.com.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa digunakan tanpa ada minimal pembelian. Klik di sini untuk segera dapatkan vouchernya.