Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bapak Demokrasi Dunia? Kenali Tokoh-Tokoh Besar di Baliknya

Kompas.com - 08/12/2025, 10:11 WIB
Bapak Demokrasi Dunia Sumber Gambar: Kompas.com Bapak Demokrasi Dunia
Rujukan artikel ini:
Long Walk Nelson Mandela
Pengarang: Paharizal, S.Sos., M.A.
Penulis Anggi
|
Editor Novia Putri Anindhita

Siapa sebenarnya yang layak disebut Bapak Demokrasi Dunia? Istilah Bapak Demokrasi Dunia sebenarnya tidak merujuk pada satu orang saja karena demokrasi terbentuk melalui proses panjang dan kontribusi banyak tokoh dari berbagai zaman dan negara.

Masing-masing memiliki peran penting, mulai dari merancang struktur politik, membuka ruang kebebasan, hingga memperjuangkan kesetaraan.

Ibarat sebuah rumah besar, demokrasi berdiri kokoh karena dibangun oleh banyak tangan.

Untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip itu berkembang, mari kita mengenal beberapa tokoh yang sering disebut sebagai figur penting dalam demokrasi, dari era Athena kuno hingga pemimpin modern.

Tokoh Demokrasi Dunia

1. Pericles: Bapak Demokrasi Kuno dari Athena

Pericles adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan demokrasi langsung di Yunani Kuno.

Ia hidup di Athena pada abad ke-5 SM, masa ketika kota tersebut mulai membentuk sistem demokrasi langsung.

Pemerintah memberi ruang luas bagi warganya untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan, bukan hanya melalui wakil, tetapi melalui partisipasi pribadi dalam dewan dan majelis.

Beberapa kontribusi penting Pericles antara lain:

  • Memperluas partisipasi warga dalam lembaga-lembaga pemerintahan kota.
  • Mengembangkan mekanisme pemungutan suara untuk berbagai keputusan politik.
  • Mendorong kebebasan berbicara dan debat publik sebagai budaya politik utama.

Melalui kepemimpinannya, Pericles membangun budaya politik yang menekankan diskusi terbuka, partisipasi aktif, dan pengawasan terhadap penguasa.

Prinsip-prinsip ini menjadi fondasi penting bagi demokrasi modern dan masih menjadi bahan kajian hingga kini.

2. Abraham Lincoln: Simbol Demokrasi Amerika Modern

Lincoln menekankan pemerintahan untuk rakyat, oleh rakyat, dan dari rakyat.

Lincoln terkenal sebagai presiden yang memimpin Amerika Serikat melewati perang saudara dan berhasil menghapus perbudakan.

Demokrasi yang ia bangun menekankan kesetaraan hak dan pemerintahan yang benar-benar melayani rakyat.

Langkah penting Lincoln yakni menghapus perbudakan yang diskriminatif, menegakkan prinsip of the people, by the people, for the people, serta memperkuat pemerintahan federal dan hukum sipil

Dari sosok Lincoln, kita bisa belajar bahwa demokrasi bukan soal pemilu saja, tapi juga soal keadilan sosial dan keberanian moral, dan kemauan untuk memperjuangkan kesetaraan bagi semua.

3. George Washington: Fondasi Demokrasi Amerika

Sebagai presiden pertama Amerika Serikat, George Washington memikul tantangan besar, yakni membangun pemerintahan baru yang demokratis tanpa mengulang pola kekuasaan monarki.

Melalui kepemimpinannya, Washington berhasil meletakkan dasar-dasar pemerintahan terbatas dan sistem konstitusional yang menjadi model bagi banyak negara modern.

Beberapa kontribusi penting Washington antara lain:

  • Menetapkan tradisi masa jabatan dua periode yang kemudian diadopsi dalam sistem politik Amerika.
  • Menguatkan prinsip checks and balances agar kekuasaan eksekutif tidak mendominasi cabang pemerintahan lain.
  • Membangun fondasi demokrasi berbasis konstitusi yang menekankan aturan hukum dan stabilitas pemerintahan.

Langkah-langkah Washington menjadi contoh bagi negara lain yang ingin mengembangkan demokrasi modern dengan stabilitas politik.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

4. Jawaharlal Nehru: Bapak Demokrasi India

Jawaharlal Nehru memegang peran penting dalam membangun sistem parlementer modern di India setelah kemerdekaan pada tahun 1947.

Sebagai perdana menteri pertama, ia menghadapi tantangan besar yaitu mempersatukan negara yang sangat luas dan beragam dalam satu kerangka demokrasi.

Beberapa pencapaian utama Nehru antara lain:

  • Membangun sistem parlemen yang inklusif
  • Memperkuat pluralisme dan hak-hak sipil
  • Menekankan pendidikan dan kesadaran politik

Kontribusi Nehru menunjukkan bahwa demokrasi bisa tumbuh di negara yang sangat beragam, asalkan berlandaskan keadilan dan inklusivitas.

5. Charles de Gaulle: Menstabilkan Demokrasi Prancis Modern

Setelah Perang Dunia II, Prancis menghadapi masa penuh ketidakstabilan politik.

Di tengah situasi itu, Charles de Gaulle muncul untuk menata kembali struktur politik Prancis melalui pembentukan Republik Kelima.

Beberapa langkah penting De Gaulle antara lain:

  • Merancang konstitusi baru yang memperkuat posisi presiden sekaligus menjaga peran parlemen.
  • Menegakkan prinsip pemerintahan yang stabil namun tetap demokratis
  • Menciptakan keseimbangan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif untuk menghindari dominasi salah satu pihak.

Dengan upaya ini, demokrasi Prancis menjadi lebih kuat dan tahan krisis.

6. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Bapak Demokrasi Indonesia

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi salah satu figur paling penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia setelah berakhirnya Orde Baru.

Sebagai presiden ke-4 Republik Indonesia, ia mengambil langkah-langkah progresif untuk membuka ruang kebebasan dan mengembalikan prinsip-prinsip demokrasi yang lama terbelenggu.

Beberapa kontribusi utama Gus Dur antara lain:

  • Membuka kebebasan pers
  • Membebaskan tahanan politik
  • Memperjuangkan hak kelompok minoritas
  • Memperkuat lembaga-lembaga demokrasi

Keberanian Gus Dur untuk memperjuangkan demokrasi yang humanis, inklusif, dan berkeadilan menjadikannya namanya disebut sebagai Bapak Demokrasi Indonesia.

7. Nelson Mandela: Demokrasi dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan

Nelson Mandela menjadi simbol demokrasi di Afrika Selatan berkat perjuangannya menghapus apartheid dan membangun demokrasi multiras.

Beberapa keberhasilan penting Mandela antara lain:

  • Menghapus sistem apartheid yang memisahkan dan mendiskriminasi warga berdasarkan ras.
  • Menyelenggarakan pemilu demokratis pertama bagi seluruh rakyat
  • Menekankan rekonsiliasi dan persatuan nasional

Melalui perjalanan hidup Mandela, kita belajar bahwa demokrasi bukan sekadar aturan atau teori, tetapi perjuangan nyata untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesetaraan hak.

Setelah melihat perjalanan demokrasi dunia dari Pericles hingga Mandela, terlihat jelas bahwa setiap tokoh memiliki kontribusi masing-masing dalam membangun demokrasi.

Jika kamu ingin mengenal lebih jauh kisah dan pemikiran salah satu tokoh tersebut, buku Long Walk Nelson Mandela bisa menjadi pilihan tepat.

Dalam buku ini menggambarkan bagaimana ia berjuang menghapus apartheid, membangun rekonsiliasi, dan memperkuat demokrasi multiras di Afrika Selatan.

Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin memahami sisi humanis Mandela sekaligus dinamika politik yang ia hadapi.

Yuk, beli bukunya sekarang juga di Gramedia Digital!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau