Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Kompas.com - 05/12/2025, 18:00 WIB
Bapak Demokrasi Indonesia Sumber Gambar: gusdur.net Bapak Demokrasi Indonesia
Rujukan artikel ini:
Damai Bersama Gusdur
Pengarang: Rumadi
Penulis Anggi
|
Editor Novia Putri Anindhita

Demokrasi di Indonesia tidak lepas dari peran banyak tokoh yang masing-masing memberikan kontribusi dalam membentuk arah politik bangsa.

Pemikiran, komitmen, dan perjuangannya dalam memperjuangkan politik yang lebih terbuka dan berpihak pada rakyat turut menggerakkan perubahan besar yang akhirnya melahirkan demokrasi seperti yang kita kenal dan jalani hari ini.

Peran mereka tidak hanya terlihat dari keputusan penting yang diambil, tetapi juga dari sikap dalam menghadapi dinamika politik yang penuh tantangan pada masanya.

Lalu, siapa saja tokoh dalam keberlangsungan demokrasi di Indonesia hingga mendapat sebutan sebagai Bapak Demokrasi Indonesia? Yuk, simak artikel berikut.

Bapak Demokrasi Indonesia

Gus Dur dan Keberanian Membuka Ruang Demokrasi

Julukan Bapak Demokrasi lahir dari rangkaian keputusan besar yang diambil Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada masa kepemimpinannya, ketika Indonesia berada dalam kondisi politik setelah runtuhnya Orde Baru.

Di tengah situasi penuh ketakutan, trauma politik, dan ketidakpastian, Gus Dur muncul sebagai pemimpin yang berani membuka ruang kebebasan yang sebelumnya tertutup rapat.

Saat menjabat sebagai Presiden RI ke-4 (1999–2001), Gus Dur mengambil langkah-langkah yang menjadi fondasi awal demokrasi era Reformasi, seperti:

  1. Membubarkan Departemen Penerangan yang selama Orde Baru digunakan untuk mengontrol media
  2. Menghapus regulasi SIUPP yang membatasi kebebasan pers
  3. Membuka dialog dengan berbagai kelompok minoritas, termasuk Tionghoa, Ahmadiyah, dan komunitas adat
  4. Membebaskan tahanan politik
  5. Mendorong reformasi hukum serta memperkuat agenda HAM

Kebijakan ini menandai langkah besar menuju demokrasi yang lebih bebas dan inklusif.

Akan tetapi, kontribusi Gus Dur tidak hanya soal kebijakan politik.

Sikap humanis dan pemikirannya yang jauh ke depan juga membuatnya istimewa.

Beliau selalu menekankan bahwa demokrasi bukan sekadar soal pemilu atau aturan formal, tapi tentang kemanusiaan, kesetaraan, dan keberanian untuk melihat semua warga negara sebagai manusia yang sama nilainya.

Keberanian Gus Dur dalam memperjuangkan demokrasi membuatnya jadi sasaran kritik dan serangan dari berbagai pihak.

Tapi ironisnya, justru dari situ jejaknya menjadi semakin kuat.

Keputusannya yang berani dan prinsip yang teguh menunjukkan bahwa membangun demokrasi bukan perkara mudah, tapi hasilnya bisa meninggalkan warisan yang bertahan lama.

Tokoh Penggerak Demokrasi Indonesia

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta adalah sosok pemikir rasional yang mendorong demokrasi parlementer, musyawarah, dan kemandirian rakyat.

Berbeda dari tokoh-tokoh revolusi lainnya, Hatta terkenal konsisten, hemat bicara, dan berpikir sangat sistematis.

Beberapa gagasannya yang jadi fondasi demokrasi Indonesia antara lain:

  • Musyawarah mufakat sebagai prinsip pengambilan keputusan.
  • Kehidupan politik yang lebih teratur dan terstruktur.
  • Pembagian kekuasaan dalam sistem pemerintahan.
  • Peran kritis parlemen sebagai pengawas dan pengontrol jalannya negara.

2. B.J. Habibie

Reformasi Indonesia diibaratkan sebagai pintu besar yang membuka era demokrasi, maka B.J. Habibie adalah sosok yang membuka pintunya.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Dalam waktu singkat, hanya 1,5 tahun di masa kepemimpinannya, Habibie berhasil membuat transisi menuju demokrasi berjalan cepat dan bersejarah.

Beberapa langkah Habibie antara lain:

  • Menghapus kontrol pemerintah terhadap media sehingga pers bisa lebih bebas menyuarakan opini.
  • Memberi ruang kebebasan pada organisasi masyarakat, termasuk LSM dan komunitas sipil.
  • Menggelar Pemilu 1999 yang menjadi pemilu paling demokratis sejak 1955.
  • Mendorong transparansi politik dan ekonomi, membuka jalan bagi tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Kepemimpinan Habibie menjadi titik balik yang membawa Indonesia memasuki era demokrasi yang lebih terbuka.

3. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling konsisten memperjuangkan nilai-nilai demokrasi sejak Indonesia baru berdiri.

Berbeda dari banyak pemimpin pada masa revolusi yang mengandalkan mobilisasi massa, Sjahrir memilih pendekatan politik yang rasional, konstitusional, dan menjunjung tinggi kemanusiaan.

Sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia, ia menolak segala bentuk otoritarianisme dan menekankan pentingnya pemerintahan parlementer, kebebasan individu, serta rule of law.

Melalui gagasan sosial demokrasi yang ia perjuangkan, Sjahrir ikut membentuk arah politik Indonesia agar tidak jatuh pada kepemimpinan absolut di masa-masa awal republik.

Kontribusinya ini menjadikannya salah satu tokoh penting yang memperkuat fondasi demokrasi Indonesia sebelum era Reformasi.

4. Amien Rais

Meski bukan presiden maupun pemimpin partai besar, namun perannya dalam Reformasi 1998 tidak bisa diremehkan.

Ia menjadi salah satu tokoh sentral yang memperkuat tekanan publik terhadap rezim Orde Baru sekaligus mendorong lahirnya era demokrasi baru di Indonesia.

Beberapa peran penting Amien Rais dalam gerakan reformasi antara lain:

  • Menguatkan gerakan mahasiswa yang menjadi motor utama perubahan politik.
  • Menjaga arah gerakan reformasi agar tetap demokratis dan mengutamakan kepentingan publik.
  • Mendorong terlaksananya Sidang Istimewa MPR 1998 yang menjadi titik balik penting dalam perubahan struktur politik nasional.

Perjalanan demokrasi Indonesia adalah hasil kerja sama banyak pihak.

Ada pemikir yang menyiapkan fondasi gagasan, ada pemimpin negara yang mewujudkan kebijakan berani, dan ada penggerak gerakan rakyat yang menekan perubahan agar lebih demokratis.

Semua kontribusi yang diberikan saling melengkapi, membentuk sebuah perjalanan panjang hingga akhirnya menghasilkan demokrasi yang kita kenal dan jalani sampai sekarang.

Jika ingin membaca lebih tentang sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, buku Damai Bersama Gus Dur dapat menjadi bacaan yang tepat.

Dalam bukunya, dibahas alasan mengapa begitu banyak orang mencintainya, bagaimana ia memperjuangkan mereka yang lemah dan terpinggirkan, serta berbagai penghargaan yang pernah ia terima.

Dari sosok Gus Dur, kita bisa belajar banyak tentang keberanian dan konsistensi bersikap dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Baca selengkapnya hanya di E-book Gramedia Digital.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau