Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Banyuwangi, Legenda dari Jawa Timur

Kompas.com - 05/02/2024, 16:00 WIB
Asal-usul Banyuwangi Sumber Gambar: Kompas.com Asal-usul Banyuwangi
Rujukan artikel ini:
Seri Cerita Rakyat 37 Provinsi…
Pengarang: Dian Kristiani
|
Editor Puteri

Banyuwangi adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Banyuwangi berdiri pada tahun 1950, namun Hari Jadi Banyuwangi sendiri ditetapkan pada tanggal 18 Desember 1771.

Banyuwangi adalah salah satu wilayah yang termasuk ke dalam kawasan Tapal Kuda yang merujuk pada bentuk kawasan yang mirip tapal kuda.

Banyuwangi mempunyai bentang alam yang sangat indah sampai menjadikan sektor pariwisatanya daya tarik tersendiri.

Pasalnya, Banyuwangi berbatasan langsung dengan Selat Bali sehingga keindahan alamnya tidak usah dipertanyakan lagi.

Banyuwangi mempunyai berbagai nama julukan, mulai dari Kota Osing, Bumi Blambangan, hingga Kota Santet.

Banyuwangi mempunyai asal usul yang panjang serta bercabang, dengan jejak-jejak peradaban yang termasuk zaman periode prasejarah sampai masa modern.

Untuk lebih jelasnya, berikut asal usul nama Banyuwangi menurut cerita rakyat.

Cerita Rakyat Banyuwangi

Asal usul nama Banyuwangi bisa ditelusuri dari Legenda Sri Tanjung.

Diceritakan, dahulu kala daerah ujung Pulau Jawa paling timur dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sulahkromo.

Dalam melaksanakan pemerintahannya, raja dibantu oleh Patih Sidopekso yang mempunyai istri cantik bernama Sri Tanjung.

Prabu Sulahkromo pun terpikat dengan kecantikan dari Sri Tanjung, hingga terbersit dalam pikirannya untuk memberikan tugas pada Patih Sidopekso yang tidak mungkin bisa dikerjakan oleh manusia biasa.

Selama Patih Sidopekso pergi menjalankan tugasnya, Prabu Sulahkromo berusaha untuk merayu Sri Tanjung.

Namun, usahanya untuk mendapatkan hati Sri Tanjung tidaklah berhasil.

Dengan piciknya, ketika Patih Sidopekso telah kembali dari tugasnya, Prabu Sulahkromo justru malah memfitnah Sri Tanjung yang sudah menggodanya.

Hasutan dari Prabu Sulahkromo berhasil membuat Patih Sidopekso murka ketika menemui istrinya tersebut.

Saking murkanya, Patih Sidopekso sampai mengancam akan membunuh Sri Tanjung. Padahal istrinya tersebut sudah amat sangat setia kepadanya.

Alhasil, karena Sri Tanjung tidak ingin mengakui tuduhan Prabu Sulahkromo, diseretlah dirinya ke tepi sungai yang keruh.

Sebelum Patih Sidopekso menghabisi nyawanya, Sri Tanjung pun berpesan agar suaminya itu menceburkan jasadnya ke dalam sungai.

Jika darah yang keluar beraroma busuk, maka benar adanya dirinya sudah berbuat serong.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Namun, apabila aliran air sungai malah berbau harum, maka tuduhan tersebut adalah kebohongan belaka.

Patih Sidopekso pun menusukkan kerisnya pada dada Sri Tanjung dan membuang jasadnya ke dalam sungai.

Ternyata air sungai yang semula keruh itu secara perlahan-lahan mulai menjadi jernih dengan aroma yang harum.

Itulah cikal bakal nama Banyuwangi tercipta berdasarkan legenda masyarakat Jawa Timur.

Sejarah Terbentuknya Banyuwangi

Terbentuknya kota Banyuwangi sendiri tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Blambangan yang dipimpin Pangeran Tawang Alun.

Ketika itu, VOC menganggap jika Kerajaan Blambangan secara administrasi merupakan bagian dari daerah kekuasaannya.

Hal ini berdasarkan penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur oleh Pakubuwono II kepada VOC.

Akan tetapi, VOC tidak pernah seutuhnya menguasai Blambangan hingga akhir abad ke-17.

Saat pemerintahan Inggris mulai menjalin kerja sama perdagangan dengan Blambangan, VOC pun mulai bertindak untuk mengambil kekuasaannya.

Akibatnya terjadilah peperangan antara VOC dengan pasukan Blambangan yang dikenal dengan peristiwa Puputan Bayu.

Puputan Bayu yang berlangsung pada tanggal 18 Desember 1771, Blambangan berupaya sekuat tenaga untuk bisa terlepas dari kekuasaan VOC.

Sayangnya, Kerajaan Blambangan harus runtuh karena VOC berhasil meraih kemenangan.

VOC selanjutnya mengangkat R Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama.

Setelahnya, tanggal 18 Desember 1771 pun ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi.

Membaca cerita rakyat Nusantara memang selalu asyik dan menarik untuk dilakukan, khususnya bersama anak-anak.

Buku Seri Cerita Rakyat 37 Provinsi: Jawa Timur – Keong Mas menceritakan kisah Candra Kirana, putri Raja Kertamarta, yang akan menikah dengan Inu Kertapati.

Akan tetapi kakaknya, Dewi Galuh, tidak suka dengan rencana pernikahan itu.

Dia pun meminta bantuan nenek sihir untuk mengutuk Candra Kirana menjadi seekor keong mas.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?

Miliki bukunya sekarang juga di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau