Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Mengenai Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Kompas.com - 10/10/2023, 10:00 WIB
Latar Belakang Pertempuran Ambarawa Sumber Gambar: Freepik.com Latar Belakang Pertempuran Ambarawa
Rujukan artikel ini:
Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial…
Pengarang: Peter Carey
|
Editor Puteri

Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 11 Desember 1945 atau dikenal juga dengan sebutan Palagan Ambarawa merupakan peristiwa perlawanan yang berlangsung antara pemuda Indonesia dan tentara melawan tentara Inggris.

Saat itu, rakyat Ambarawa dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melakukan perlawanan terhadap sekutu yang berlangsung di Ambarawa, Jawa Tengah.

Kejadian ini berlangsung saat pasukan sekutu yang ditunggangi Netherlands Indies Civil Administrations (NICA) berusaha untuk membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan oleh Jepang.

Hal ini menjadikan para pemuda Ambarawa dan Tentara Keamanan Rakyat tersulut amarahnya dan pertempuran pun tak bisa terhindarkan.

Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu usaha rakyat Indonesia untuk melawan sekutu setelah Indonesia merdeka.

Lalu, apa yang melatarbelakangi terjadinya Pertempuran Ambarawa? Cari tahu jawabannya berikut ini.

Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa bermula saat Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945, berada di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel.

Kedatangan Sekutu sendiri ditengarai ditunggangi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tujuan mereka datang ke Indonesia adalah untuk membebaskan tahanan perang Belanda di Magelang.

Setelah dibebaskan, para tahanan ini pun dipersenjatai dan mulai menimbulkan amarah para pemuda Ambarawa dan Tentara Keamanan Rakyat yang menimbulkan bentrok senjata.

Peristiwa itu pun berhenti setelah datangnya Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di Magelang pada tanggal 2 November 1945.

Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan kemudian didapatkan kata sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal sebagai berikut:

  1. Pihak sekutu menempatkan pasukannya di Magelang. Sekutu mesti melakukan kewajiban seperti melindungi serta mengurus evakuasi APWI (Allies Prisioners War and Internees). Boleh dibilang, sekutu mengurus tahanan perang dan intern sekutu.
  2. Terdapatnya persetujuan untuk jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas antara sekutu dan Indonesia.
  3. Sekutu tidak mengakui aktivitas NICA serta badan yang berada di bawahnya.

Hal yang Menyebabkan Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa sendiri terjadi akibat sekutu yang mengingkari janjinya yang tidak sesuai dengan kesepakatan.

Pada akhirnya terjadilah Pertempuran Ambarawa yang melibatkan pasukan TKR menghadapi sekutu.

Pada tanggal 20 November, pemimpin pasukan TKR, Mayor Sumarto, melakukan penyerangan saat sekutu ingkar janji.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Terjadi pengeboman di area desa Ambarawa yang dilakukan oleh pasukan sekutu.

Beberapa wilayah seperti Salatiga, Boyolali, hingga Kartosuro pun melakukan perlawanan bersama pasukan TKR.

Perlawanan berlangsung pada tanggal 21 November untuk memukul mundur pasukan sekutu.

Penyerangan yang berlangsung di beberapa wilayah ini selanjutnya dilakukan rapat koordinasi.

Rapat yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar untuk membentuk komando.

Saat itu Ambarawa terbagi menjadi empat sektor, yaitu barat, utara, selatan, dan timur, para pasukan tersebut bertempur secara bergiliran.

Tanggal 26 November 1945, Kolonel Isdiman tewas akibat peperangan yang berlangsung dan posisinya digantikan oleh Kolonel Soedirman.

Pasukan TKR pun sukses menyerang sekutu di dalam kota dan mengepung Benteng Willem, lokasi sekutu berada.

Pengepungan berlangsung selama empat hari empat malam.

Dan, pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan TKR sukses mengalahkan sekutu yang dipukul mundur dari Ambarawa.

Kesuksesan pasukan TKR memukul mundur sekutu dalam Pertempuran Ambarawa pun diperingati setiap tanggal 15 Desember.

Selalu asyik dan menarik rasanya ketika mencari tahu atau mempelajari sejarah Indonesia yang memang tidak mudah untuk memperoleh kemerdekaan seutuhnya.

Jika ingin menambah ilmu dan wawasan seputar sejarah kolonialisme di Indonesia, buku Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830 merupakan sumber informasi yang sangat memadai.

Buku karya Peter Carey dan Farish A. Noor ini adalah kumpulan tujuh esai yang memfokuskan pembahasannya pada konstruksi kolonial atas ras dan identitas, serta bagaimana pemerintah kolonial pada awal abad ke-19 di Jawa bersandar pada teori-teori rasial dalam mengobjektifkan perbedaan ras sebagai batu penjuru yang kuat dalam mengelola masyarakat jajahan pada abad ke-19.

Buku ini tentunya akan sangat amat menarik untuk dibaca mengingat pembahasannya.

Maka dari itu, pesan sekarang juga bukunya di Gramedia.com untuk segera memiliki buku ini sekarang juga.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com