Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Teori Tentang Dejavu dari Berbagai Perspektif beserta Penjelasannya!

Kompas.com - 13/04/2023, 16:30 WIB
teori tentang dejavu Photo by Matheus Bertelli on Pexels teori tentang dejavu
Rujukan artikel ini:
The Mind & The Brain…
Pengarang: Alfred Binet
|
Editor Rahmad

Dejavu adalah fenomena kerja otak yang sering dikaitkan dengan mimpi. Pada dasarnya, sulit untuk menemukan penjelasan penyebab terjadinya dejavu.

Termasuk teori tentang dejavu yang sangat valid karena mempelajari dejavu tidaklah mudah.

Peneliti hanya dapat merekam pengalaman dejavu seseorang dalam retrospeksi, sehingga menemukan pemicu yang memicunya cukup sulit.

Meskipun bersifat sangat subjektif, tetapi ini menunjukan bahwa istilah Dejavu itu ada.

Teori Tentang Dejavu

Ada beberapa teori yang mungkin bisa menjawab mengapa seseorang bisa mengalami kondisi dejavu ini. Berikut ini adalah teori tentang dejavu bisa terjadi:

1. Teori Neuroscience

Teori ini menjelaskan bahwa dejavu terjadi karena adanya gangguan pada proses pengiriman informasi dari mata ke otak, atau karena adanya masalah dalam penyimpanan dan pengambilan informasi di otak.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa dejavu dapat terjadi karena adanya aktivitas neuron di hipokampus yang terkait dengan pengambilan keputusan.

2. Teori Psikologis

Teori ini mengemukakan bahwa dejavu terjadi karena adanya pengalaman atau memori yang terkait dengan situasi yang sedang dialami saat ini, namun memori tersebut tidak dapat diingat secara sadar.

Penelitian pada tahun 2017 menunjukkan bahwa dejavu terjadi ketika informasi yang diterima oleh otak diterjemahkan secara tidak sempurna, sehingga terdapat kesamaan antara situasi saat ini dengan situasi yang pernah dialami di masa lalu.

3. Teori Spiritual

Teori ini menyatakan bahwa dejavu terjadi karena adanya pengalaman di masa lalu dalam kehidupan sebelumnya. Namun, teori ini tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat dan lebih banyak didasarkan pada keyakinan agama atau kepercayaan pribadi.

4. Teori Kognitif

Teori ini mengatakan bahwa dejavu terjadi karena otak menerima informasi secara tidak benar dan kemudian menginterpretasikannya sebagai pengalaman yang pernah dialami sebelumnya.

Penelitian pada tahun 2018 menunjukkan bahwa dejavu terjadi ketika otak menerima informasi yang terfragmentasi atau tidak lengkap, dan kemudian mencoba mengisi kekosongan informasi dengan pengalaman masa lalu.

5. Teori Neurologis

Teori ini berfokus pada adanya kemungkinan bahwa dejavu terjadi karena adanya gangguan pada fungsi temporal lobus yang mengendalikan pengenalan dan memori visual.

Penelitian pada tahun 2020 menunjukkan bahwa dejavu terjadi ketika otak menerima informasi yang terfragmentasi atau tidak lengkap, dan kemudian mencoba mengisi kekosongan informasi dengan pengalaman masa lalu.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

6. Teori Slip Prescription

Dalam teori selip, dejavu terjadi ketika Anda melihat sesuatu pada dua waktu yang berbeda.

Misalnya, Anda melihat suatu objek atau situasi untuk pertama kali atau hanya dari sudut mata Anda, tetapi perhatikan.

Dalam situasi ini, otak mulai mengingat apa yang telah dilihatnya, bahkan ketika pandangan sekilas memberikan informasi yang tidak lengkap.

Kamu kemudian melihat pemandangan serupa pada saat yang berbeda.

Selain itu juga dengan perhatian penuh yang kemudian bertindak seolah-olah otak sedang mengingat memori yang tersimpan sebelumnya dan membuat seseorang merasa bahwa telah melihat hal yang sama sebelumnya.

7. Teori Temporal lobe seizure

Dejavu juga merupakan fenomena normal, tetapi penderita epilepsi sering mengalaminya sebelum mereka mengalami gejala kejang.

Kejang ini sendiri sering disebut sebagai kejang lobus temporal. Penyebab kejang lobus temporal, yaitu kejang lobus temporal.

Selain itu, trauma pada daerah otak, infeksi, stroke, tumor otak, dan faktor genetik dapat menyebabkan kejang lobus temporal.

Selama kejang, pasien dengan kejang lobus temporal mungkin terganggu kemampuannya untuk bereaksi terhadap lingkungannya.

Sampai mereka akhirnya melakukan tindakan yang sama berulang kali, misalnya mendecakkan lidahnya atau menggerakkan jarinya secara tidak wajar.

Sebelum kejang ini terjadi, pasien biasanya mengalami kejang lobus temporal. Atau mengalami sensasi aneh seperti kecemasan yang tidak wajar, halusinasi, dan dejavu.

Namun, perlu diingat bahwa dejavu masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya dipahami oleh ilmuwan dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme yang terlibat dalam pengalamannya.

Buku Alfred Binet yang berjudul The Mind & The Brain Dahsyatnya Otak Dan Pikiran Manusia bisa kamu jadikan referensi mempelajari teori kerja otak.

Termasuk bagaimana teori tentang dejavu untuk menjelaskan ingatan otak pada mimpi.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau