Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rakyat Sangkuriang, Kisah Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu

Kompas.com - 05/04/2023, 13:00 WIB
Cerita Rakyat Sangkuriang Sumber Gambar: Kompas.com Cerita Rakyat Sangkuriang
Rujukan artikel ini:
Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi:…
Pengarang: Dian K
|
Editor Puteri

Siapa yang tidak mengenal Tangkuban Perahu?

Salah satu gunung berapi aktif yang ada di daerah Jawa Barat ini memang memiliki kisah melegenda yang menjadikannya mirip bentuk perahu terbalik.

Di balik keindahan panorama alam yang disuguhkan oleh gunung Tangkuban Perahu, ternyata ada cerita rakyat yang melatarbelakangi terbentuknya gunung berapi tersebut.

Kisah Sangkuriang merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat dan cukup populer di Indonesia karena mengisahkan hubungan asmara yang terlarang antara ibu dan anaknya.

Kisah Sangkuriang sendiri dipercaya sebagai awal mula terciptanya gunung Tangkuban Perahu yang mengisahkan seorang pria bernama Sangkuriang yang cintanya ditolak oleh Dayang Sumbi.

Cerita rakyat yang satu ini memang sudah sangat turun temurun diceritakan sebagai kisah yang mengasyikkan untuk didongengkan kepada anak-anak.

Selain bisa memberikan pelajaran sejarah, cerita Sangkuriang juga mampu memberikan pesan moral yang baik untuk anak-anak.

Bagaimana cerita keseluruhan dari dongeng Sangkuriang? Baca kisah selengkapnya di bawah ini.

Dongeng Sangkuriang

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang ibu bernama Dayang Sumbi yang tinggal bersama anaknya, Sangkuriang.

Mereka tinggal di sebuah desa dengan seekor anjing kesayangan yang turut menemani, yaitu Tumang.

Sebelum melahirkan Sangkuriang, Dayang Sumbi menikah dengan titisan dewa yang dikutuk menjadi binatang dan diasingkan ke muka Bumi.

Secara tidak sadar, mereka sebenarnya sudah tinggal bersama ayah dari Sangkuriang yang sudah berubah menjadi sosok Tumang.

Setelah bertahun-tahun hidup bersama, kini Sangkuriang telah tumbuh menjadi seorang pria muda dengan tampang yang menawan serta perawakan yang kuat dan gagah.

Sangkuriang telah tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang pemberani dan gemar berburu dengan ditemani oleh Tumang, yang merupakan ayah kandungnya yang dikutuk menjadi seekor anjing.

Amarah Dayang Sumbi

Pada suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk berburu kijang karena dirinya ingin mengonsumsi hati kijang.

Maka, menuruti permintaan ibunya, Sangkuriang pun bergegas pergi bersama Tumang untuk mencari seekor kijang.

Sesampainya di hutan, Sangkuriang berhasil menemukan seekor kijang yang tengah merumput di balik semak belukar.

Ketika Sangkuriang memerintahkan Tumang untuk mengejar kijang tersebut, anehnya anjing itu tidak mau menuruti perintah Sangkuriang.

Sangkuriang pun murka dibuatnya dan mengancam akan membunuh Tumang jika dia tidak mau menuruti perintahnya.

Namun, ancaman tersebut tidak dipedulikan oleh anjing itu yang semakin membuat Sangkuriang naik pitam.

Maka Tumang pun dihabisi nyawanya oleh Sangkuriang yang kemudian hatinya dia ambil untuk diberikan pada Dayang Sumbi.

Tatkala Dayang Sumbi mengetahui perbuatan Sangkuriang, dia pun memberitahu fakta akan siapa sebenarnya sosok Tumang.

Tidak terima dan sakit hati dengan amarah ibunya, Sangkuriang pun memutuskan untuk pergi meninggalkan desa dan mengembara ke arah Timur.

Sangkuriang Tumbuh Menjadi Pria Dewasa

Dayang Sumbi pun menyesali sikapnya terhadap Sangkuriang dan meminta ampun pada para dewa atas kesalahannya.

Mendengar permohonan dari Dayang Sumbi, para dewa pun memberikan kecantikan abadi untuk wanita itu.

Sementara itu, Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang tampan dan menawan, sehingga mampu memikat banyak wanita.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Setelah mengembara tanpa tujuan, pada akhirnya Sangkuriang memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya.

Ketika berhenti di sebuah pondok untuk meminta air minum, Sangkuriang dibuat terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi.

Dirinya tidak mengetahui jika wanita yang dia kagumi itu merupakan ibu kandungnya sendiri.

Begitu pula sebaliknya, Dayang Sumbi pun tidak menyadari jika pria rupawan dan gagah yang ada di hadapannya adalah anak kandungnya.

Saling terpikat dan terpesona, keduanya pun merencanakan pernikahan.

Terkejutnya Dayang Sumbi

Ketika Dayang Sumbi akan membantu Sangkuriang, yang kini sudah mengganti namanya menjadi Jaka, untuk pergi berburu, betapa terkejut dirinya melihat bekas luka yang ada di kepala calon suaminya tersebut.

Bekas luka itu mengingatkan Dayang Sumbi pada anak kandungnya, Sangkuriang.

Dayang Sumbi pun memutuskan untuk memberitahu Sangkuriang siapa dirinya sebenarnya, tapi akibat dibutakan oleh hawa nafsu, Sangkuriang seolah menutup mata akan fakta tersebut.

Syarat Dayang Sumbi

Akibat Sangkuriang tetap bertekad untuk menikahi dirinya, maka Dayang Sumbi pun mengajukan syarat yang sangat sulit untuk menggagalkan pernikahan tersebut.

Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuat bendungan di sungai Citarum beserta perahu besarnya.

Akan tetapi, yang membuat permintaan itu sulit terwujud adalah kedua syarat tersebut sudah harus rampung sebelum matahari terbit.

Sangkuriang menyanggupi permintaan Dayang Sumbi dan mulai mengerjakannya dengan bantuan makhluk halus.

Amarah Sangkuriang

Dayang Sumbi dibuat khawatir karena semua permintaannya pada Sangkuriang sebentar lagi akan rampung sebelum fajar menyingsing.

Maka dari itu, Dayang Sumbi pun meminta pertolongan pada para dewa untuk menggagalkan rencana Sangkuriang.

Dayang Sumbi pun memperoleh petunjuk untuk menebarkan boeh rarang (kain tenun berwarna putih).

Selanjutnya Dayang Sumbi memutuskan untuk berkeliling dan memaksa ayam jangan untuk berkokok meskipun waktu masih malam.

Mendengar kokokan ayam, para makhluk halus yang membantu Sangkuriang pun memutuskan untuk pergi.

Alhasil, pekerjaan Sangkuriang yang masih belum selesai pun terbengkalai.

Sangkuriang merasa murka karena telah dicurangi oleh Dayang Sumbi.

Dirinya yakin jika fajar belum muncul dan dirinya masih mempunyai waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Sangkuriang melampiaskan amarahnya dengan menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro, selanjutnya arus sungai Citarum dihempaskannya ke arah timur hingga menjelma menjadi gunung Manglayang.

Terakhir, lewat sisa-sisa tenaganya, Sangkuriang pun menendang perahu besar yang sedang dikerjakannya hingga terbalik dan menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu.

Nah, jika kamu ingin menikmati cerita rakyat lainnya, maka buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Sangi Sang Pemburu dapat dijadikan pilihan yang tepat.

Bercerita tentang Sangi Sang Pemburu yang harus bersua dengan seekor naga tatkala sedang berburu babi hutan.

Ceritanya akan sangat cocok untuk dibacakan sebagai dongeng sebelum tidur untuk anak-anak karena mengandung pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran.

Bukunya bisa dipesan dan dibeli di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau