Sebagian orang di masyarakat Jawa yang meyakini ajaran Kejawen masih melakukan tradisi puasa weton hingga kini.
Puasa weton adalah jenis puasa yang dilakukkan seseorang saat weton kelahiran atau pasaran lahirnya.
Menurut perhitungan kalender Jawa, setiap weton kelahiran seseorang memiliki hitungannya sendiri.
Contoh menentukan puasa weton, yaitu ketika seseorang lahir pada hari Senin dengan pasaran Pahing, maka dapat melaksanakan puasa weton saat hari Senin Pahing tiba.
Hal tersebut juga berlaku bagi hari serta lima pasaran Jawa yang terdiri dari Pahing, Kliwon, Wage, Legi, dan Pon.
Tujuan dari puasa weton umumnya dilakukan untuk meminta sesuatu, seperti jodoh, keselamatan atau kesehatan.
Untuk penerapannya, terdapat tata cara, niat hingga pantangan puasa weton yang wajib dilakukan agar hajat keinginan tercapai.
Penasaran dengan apa saja pantangan puasa weton dan hal-hal menarik dari salah satu tradisi Jawa ini? Simak selengkapnya di bawah ini.
Puasa weton atau juga dikenal dengan puasa kelahiran adalah puasa yang dilakukan bertepatan dengan hari kelahiran atau weton yang sesuai dengan penanggalan Jawa.
Terdapat tiga jenis puasa weton, yaitu:
Jenis puasa ini dilakukan selama sehari semalam atau 24 jam yang dimulai sebelum hari kelahiran.
Puasa weton tiga hari penuh dilakukan dengan ketentuan hari kelahirannya berada di tengah.
Jadi, puasa dimulai satu hari sebelum hari kelahiran, saat hari kelahiran, dan satu hari setelah hari kelahiran.
Seseorang yang menjalankan puasa weton tiga hari penuh dilarang untuk makan dan minum selama 3 hari dengan ketentuan waktu berbuka puasa jatuh pada hari ketiga.
Berbeda dari jenis puasa weton lainnya, puasa weton tiga hari dilakukan setiap siklus 35 hari sekali selama tujuh bulan berturut-turut.
Puasa ini umumnya dilakukan ketika memiliki keinginan kuat dalam mewujudkan suatu hal yang diinginkan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Terdapat sejumlah pantangan atau larangan saat puasa weton yang diterapkan dalam tradisi Jawa.
Bukan tanpa alasan, hal ini diterapkan agar orang yang sedang melakukan puasa weton dapat memperkuat kesadaran spiritual dan meningkatkan efektivitas puasa.
Secara umum, pantangan puasa weton sama dengan puasa lainnya, yaitu tidak diperbolehkan untuk makan dan minum serta menahan diri dari kebiasaan buruk.
Selain itu, terdapat beberapa pantangan lain yang tidak boleh dilakukan ketika kamu menjalankan puasa weton, yaitu:
Meski terdapat pantangan yang perlu diketahui, hal tersebut mungkin dapat berbeda-beda sesuai dengan kepercayaan masing-masing orang.
Sama seperti puasa lainnya, untuk memulai puasa weton perlu melakukan bacaan niat serta menjalankannya sesuai dengan tata cara yang tepat agar sah.
Untuk niat puasa weton dilakukan dengan membaca:
“Niat Ingsun pasa ing dina kelahiran tanpa mangan tanpa ngombe kangge (sebutkan hajat/keinginan) karena Allah Ta’ala”
Artinya: “Aku niat berpuasa pada hari kelahiran untuk mendapatkan (sebutkan hajat) karena Allah Ta’ala”.
Sementara tata cara puasa weton, yaitu:
Itulah pengertian, pantangan puasa weton, dan tata cara yang dapat dilakukan.
Puasa weton harus dijalankan dengan sungguh-sungguh dan keyakinan kuat agar tidak hanya bertujuan mendapatkan hasil yang diharapkan, tetapi juga bisa meningkatkan kualitas hidup spiritual dan memperoleh rahmat dari Tuhan.
Untuk dapat mempelajari tradisi Jawa lebih dalam, kamu juga dapat membaca buku Kitab Primbon Jawa Serbaguna.
Dalam buku yang ditulis oleh R. Gunasasmita ini memuat hal-hal penting terkait primbon, di antaranya tentang tabiat manusia menurut waktu kelahiran dan ciri fisik, aneka perhitungan tentang jodoh dan perkawinan hingga makna dari berbagai firasat seperti mimpi, telinga berdenging, kedutan, dan lain sebagainya.
Selain itu, buku ini juga memuat tentang penentuan sifat, hari, pasaran, neptu, bulan, dan tahun yang dapat membantumu menentukan puasa weton.
Tertarik membaca buku Kitab Primbon Jawa Serbaguna? Dapatkan di toko buku Gramedia atau secara online di Gramedia.com.