Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bahasa Jawanya Aku Sayang Kamu?

Kompas.com - 24/08/2022, 12:00 WIB
Bahasa Jawa Aku Sayang Kamu Sumber Gambar: Freepik.com Bahasa Jawa Aku Sayang Kamu
Rujukan artikel ini:
Bahasa Jawa Dasar. Edisi Revisi
Pengarang: Dwi Puspitorini, Ratnawati Rachmat
Penulis Hana Sjafei
|
Editor Ratih Widiastuty

Bagi sebagian anak muda mungkin bahasa jawa tidak pernah didengarnya, bahkan tidak pernah digunakan dalam bahasa sehari-hari.

Terkadang sebagai anak muda, pernahkah kamu terpikir bahasa jawanya aku sayang kamu?

Ungkapan bahasa jawa aku sayang kamu ini bisa saja digunakan untuk ke pasanganmu loh untuk memberi kesan yang berbeda.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, bahasa jawanya aku sayang kamu yaitu aku tresno marang sliramu.

Selain bahasa jawanya aku sayang kamu, sebenarnya terdapat beberapa pepatah dalam bahasa jawa mengenai asmara loh.

Misalnya, witing tresno jalaran saka kulino yang berarti cinta tumbuh karena terbiasa.

Berikut beberapa ungkapan bahasa jawa yang bisa jadi referensimu untuk ungkapan rasa sayang kepada pasangan.

Ungkapan Cinta dalam Bahasa Jawa

  • "Cintaku nang awakmu iku koyok kamera, fokus nang awakmu tok liyane ngeblur." (Cintaku padamu seperti kamera, fokus pada dirimu, yang lain ngeblur).
  • “Tresna kanggo manungsa mung amerga katresnane marang Gusti Allah sing Nyiptaaken manungsa.” (Cinta kepada seorang manusia hanya dikarenakan kecintaan kepada Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan manusia).
  • “Nek koe tenanan tresno, Ojo koe nggawe eluh banyu motone, Ojo nyakiti atine, Ojo nggawe atine loro.” (Jika kamu benar-benar cinta padanya, jangan hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, hatinya dengan luka).
  • "Tresno kui kadang koyo wifi selama koe ora ngumbar sandi penghunine yo mung siji." (Cinta itu terkadang seperti wifi, selama kamu tidak mengumbar sandi penghuninya, ya hanya satu).
  • "Angger aku nyawang sliramu, rasane kabeh macem roso bungah ning alam dunyo mandeg ono ing ngarep netraku." (Saat aku melihatmu, aku melihat semuanya ujung kebahagiaan dunia ini telah berhenti sekejap di mataku).
  • “Gusti yen arek iku jodohku tulung dicidakaken, yen mboten joduhku tulung dijodohaken.” (Tuhan, jika dia adalah jodohku tolong didekatkan, dan jika bukan tolong dijodohkan).
  • "Kowe wis tak wanti wanti ojo nganti ninggal janji, ojo nganti medot taline asmoro, welasno aku sing nunggu awakmu nganti awak ku tinggal balung karo kulit" (Kamu sudah aku ingatkan jangan melupakan janji, jangan sampai memutuskan ikatan cinta ini, ingatlah diriku yang menunggu dirimu sampai badanku hanya tersisa tulang dan kulit).
  • “Kowe lungo nggowo kenangan, kowe teko maneh nggowo undangan” (Kamu pergi membawa kenangan, kamu datang lagi membawa sebuah undangan).
  • “Janji tresnomu gede, nyatane saiki mbok tinggalne.” (Janji cintamu besar, kenyataannya sekarang kamu tinggalkan).
  • "Akeh cara dienggo bahagia, salah sijine ngeculke uwong sing nyia-nyiake kowe." (Terdapat banyak cara untuk mendapatkan kebahagiaan, salah satunya melepaskan orang yang menyia-nyiakan kamu).

Sejarah Bahasa Jawa

Melansir laman resmi Dinas Kebudayaan Pemprov Yogyakarta, bahasa Jawa berasal dari bahasa Melayu kuno dan bahasa Jawa kuno (Kawi).

Bahasa Jawa lalu terus berkembang menjadi bahasa Jawa seperti saat ini yang digunakan masyarakat.

Biasanya, masyarakat umumnya menggunakan bahasa Jawa ngoko atau karma dalam kesehariannya.

Meski demikian, penggunaan bahasa dan dialeknya disesuaikan terhadap lingkungan setempat.

Sebenarnya, bisa saja terdapat perbedaan, namun hal itu lebih kepada perbendaharaan kata.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Hal ini lantaran sulit mengubah bahasa suatu bangsa yang dapat merata sampai di pelosok-pelosok.

Lantas mengapa bahasa kawi tidak digunakan sebagai bahasa sehari-hari?

Hal ini lantaran masyarakat secara umum tidak paham sama sekali dengan bahasa tersebut.

Bahasa Sanskerta, Melayu kuno, dan Kawi biasanya digunakan sebagai lingua franca, artinya bahasa pergaulan antarnegara (kerajaan) di Nusantara.

Ketiga bahasa itu merupakan bahasa ’elit’ atau bisa disebut bahasa itu hanya digunakan dalam lingkungan terbatas di keraton (bangsawan), atau terkait dengan keagamaan (brahmana).

Melansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, karya sastra Jawa pertama kali mulai dicetak pada tahun 1840-an.

Munculnya karya tersebut menjadi tonggak lahirnya karya cetak berbahasa dan berhuruf jawa lainnya.

Ingin mengetahui lebih dalam tentang bahasa jawa? Kamu bisa membaca buku Bahasa Jawa Dasar karya Dwi Puspitorini dan Ratnawati Rachmat.

Menariknya, buku ini membahas tentang materi dasar bahasa Jawa, baik tulis maupun lisan, baik ragam ngoko maupun ragam krama, dan dilengkapi dengan instrumen latihan.

Tidak hanya itu, buku ini juga disusun dengan sistematika sederhana sehingga pembaca dapat menggunakannya secara mandiri.

Tertarik membelinya? Yuk, buruan beli di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Promo Diskon Promo Diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau