Semakin hari pergerakan teknologi digital mengalami kemajuan yang sangat signifikan, terbukti dari sebagian besar bisnis modern saat ini seperti perbankan, media masa, kesehatan, transportasi, hingga sektor energi telah menggunakan konsep digital.
Seiring dengan kemajuan yang pesat ini, segala aspek dalam proses jual-beli juga memiliki banyak perkembangan, salah satunya adalah proses pemasaran.
Awalnya, pengusaha hanya berfokus menjual barang sebanyak-banyaknya dan mengesampingkan kepentingan konsumen (marketing 1.0).
Kemudian lama kelamaan, pengusaha mulai menyadari bahwa keinginan konsumen juga menjadi hal yang penting.
Sehingga marketing 2.0 dikembangkan dengan mencoba pendekatan yang bertujuan mengambil simpati dari konsumen, meskipun konsumen tetap dianggap sebagai obyek yang pasif.
Tidak cukup dengan itu, marketing 3.0 dihadirkan sebagai upaya pengusaha untuk tidak hanya berfokus pada produk, tetapi mulai melihat konsumen sebagai manusia dengan menyamakan tujuan dan nilai-nilai produk agar sejalan dengan keinginan konsumen.
Namun situasi yang memang dinamis berubah dengan begitu cepat, marketing 3.0 dirasa kurang relevan lagi.
Oleh sebab itu, marketing 4.0 dikembangkan demi menciptakan proses pemasaran yang jauh lebih efektif dengan memaksimalkan kecanggihan teknologi, dan memandang konsumen sebagai manusia yang aktif.
Menurut Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan, marketing 4.0 adalah konsep yang menyatukan antara marketing online dengan marketing offline karena kedua hal tersebut saling melengkapi dan akan lebih baik bila berjalan beriringan.
Selain itu, marketing 4.0 adalah upaya meningkatkan koneksi antara perusahaan dan pelanggan dengan cara yang lebih manusiawi dan natural.
Big data adalah sebuah sistem yang terorganisir, berisi tentang informasi-informasi penting yang dapat berguna bagi perusahaan.
Di dalam big data terdapat dimensi yang dapat dianalisis dan didapatkan dari berbagai sumber yaitu volume, velocity, variety, variability, dan juga complexity.
Dengan analisis big data, perusahaan bisa mendapatkan informasi seperti misalnya konten mana yang paling efektif di setiap siklus penjualan, bagaimana sistem investments in Customer Relationship Management (CRM) dapat ditingkatkan, dan strategi untuk meningkatkan tingkat konversi.
Big data juga dapat menghasilkan analisis tentang pola konsumsi, preferensi, dan informasi pelanggan serta menawarkan benefit yang disesuaikan bagi orang yang kemungkinan besar akan membeli produk.
Dengan melakukan analisis big data, perusahaan dapat melakukan proses pemasaran secara lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Tahap aware, yang juga dikenal dengan tahap “I know” adalah kondisi dimana pelanggan telah sedikit mengenal sebuah produk, entah dari brosur yang tidak sengaja dilihat, iklan, atau dari pembicaraan mulut ke mulut.
Setelah pelanggan menyadari bahwa merk X itu ternyata ada, maka ia akan mulai memiliki ketertarikan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Merk yang memiliki strategi pemasaran yang baik akan lebih besar kemungkinannya untuk dapat membawa pelanggan dari sekedar menyadari menjadi tertarik.
Berdasarkan ketertarikan tersebut, pelanggan akan memiliki rasa penasaran dan terdorong untuk mulai bertanya-tanya.
Pelanggan yang penasaran mungkin akan melakukan pencarian di internet, mengetikkan keyword dari suatu merk, melihat-lihat ulasan, atau bisa juga bertanya kepada teman, keluarga, dan pasangan tentang pendapat mereka terhadap merk tersebut.
Lebih jauh lagi, mereka mungkin akan mendatangi toko untuk melihat barang secara langsung, membandingkan harga, dan sambil mencari informasi lainnya di internet.
Di tahap ini muncul kerumitan baru karena pelanggan menggabungkan antara dunia online dengan offline.
Pada tahap ini juga daya tarik produk memainkan peran untuk memikat pelanggan menuju tahap selanjutnya.
Hasil dari proses bertanya yang pelanggan lakukan sebelumnya akan sangat mempengaruhi apakah ia akan memutuskan untuk bertindak dengan membeli, atau memilih merk yang lain dengan berbagai pertimbangan.
Tujuan dari marketing 4.0 tidak hanya terbatas pada proses pembelian, melainkan juga pasca pembelian.
Penting untuk selalu menjaga kualitas produk, hingga pelayanan, baik online maupun offline, sebab faktor inilah yang mempengaruhi tahap advocate.
Jika pelanggan merasa puas dengan pembelian yang ia lakukan, itu tidak hanya akan membuatnya membeli lagi berulang-ulang, tetapi juga akan secara reflek merekomendasikan merk tersebut kepada siapapun.
Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian marketing 4.0, analisis big data, dan pendekatan 5A.
Agar pemahaman kamu semakin mendalam dan akurat, maka buku Marketing 4.0: Bergerak dari Tradisional ke Digital karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan dapat masuk ke daftar bacaan selanjutnya.
Buku setebal 192 halaman ini akan memberikan informasi dan pengetahuan tentang marketing 4.0 secara diringkas dan sangat mudah dipahami.
Sebelas bab dalam buku ini memberikan wawasan bagaimana transformasi digital telah berdampak pada pendekatan marketing tradisional dari eksklusif ke inklusif.
Kotler, dkk. juga menjelaskan dengan amat baik perkembangan dari marketing 1.0 yang berorientasi pada produk perlahan berubah menjadi marketing 4.0 yang human-centric (beorientasi pada manusia).
Tak hanya itu, buku Marketing 4.0: Bergerak dari Tradisional ke Digital juga menjelaskan dengan padat, rinci, dan jelas tentang bagaimana memasarkan sebuah produk melalui sudut pandang konsumen.
Sehingga, membaca buku ini akan sangat menguntungkan untuk kamu yang perlu meningkatkan upaya pemasaran digital.
Jika kamu penasaran dengan buku Marketing 4.0: Bergerak dari Tradisional ke Digital karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan, kamu bisa membelinya secara online melalui website atau aplikasi Gramedia.com. Selamat membaca!