Kiat Bahagia Meskipun Masa Lalu Terluka
“Jangan meratapi masa lalu, jangan juga mencemaskan masa depan. Hidup yang Anda miliki hanya berada di SAAT INI, momen ini”
Ketika Anda berada dalam situasi tidak menyenangkan, Anda punya tiga pilihan, yaitu tinggalkan situasi tersebut, merubahnya, atau menerima seutuhnya.
The Power of Now yang ditulis oleh Eckhart Tolle membahas dari kekuatan hidup di saat ini yang mampu meningkatkan kualitas hidup yang Anda jalani.
Sering kali kita menghabiskan waktu entah itu terjebak dalam masa lalu atau cemas terhadap masa depan yang tidak bisa kita kendalikan.
Di waktu yang bersamaan, kita juga berharap hidup kita bisa lebih bahagia walaupun kita tidak tahu caranya.
Dengan hidup di saat ini, Anda akan menemukan kebahagiaan dan diri Anda seutuhnya.
The Power of Now merangkul tiga hal penting yaitu:
1. Hidup di Masa Lalu dan di Masa Depan
Kita cenderung menghabiskan waktu untuk berpikir soal masa lalu dan masa depan.
Kita sibuk mengenang dan menyesali masa lalu atau di saat lain, kita malah sibuk merencanakan atau mengkhawatirkan masa depan.
Yang sering kita lupakan adalah momen yang sepenuhnya tersedia untuk kita yaitu SAAT INI.
Padahal, momen yang paling penting dalam hidup adalah momen SAAT INI.
Kapan pun Anda merasakan sesuatu, perasaan tersebut Anda alami di SAAT INI.
Jika Anda menyadarinya, maka Anda akan sadar kalau masa lalu tidak lebih dari kumpulan momen SAAT INI yang sudah lewat dan masa depan hanyalah kumpulan momen SAAT INI yang menunggu untuk hadir di hidup Anda.
Contohnya, suatu pagi Anda bangun terlambat sepuluh menit dari jadwal rutinitas Anda setiap hari.
Apa yang pertama kali muncul di pikiran Anda? Mungkin Anda kesal karena ketiduran dan berpikir andai saja saya tidak mematikan alarm ketika pertama kali bordering.
Pikiran Anda langsung terbang ke masa depan dan berpikir kalau Anda pasti akan dimarahi oleh bos karena terlambat.
Inilah yang biasanya terjadi, kita terombang ambing dalam dalam masa lalu dan masa depan.
Tidak ada untungnya untuk mengkhawatirkan masa depan atau tinggal di masa lalu, tetapi ada banyak manfaat untuk hidup di SAAT INI.
Misalnya, Anda dapat mendapat tugas yang menantang, seperti menulis skripsi.
Sering kali hal ini tampak terlalu besar dan rumit untuk dicapai.
Jika Anda cemas dengan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan atau menyesali kenapa Anda tidak mulai mengerjakannya dari awal, kedua hal ini tidak akan mengubah kenyataan yang Anda jalani sekarang.
Namun, jika Anda berusaha mengerjakan setiap hari bagian dari skripsi satu per satu, maka Anda akan lebih mudah menyelesaikannya.
Apakah Anda pernah menyadari, walaupun tidak ada orang lain yang ingin menderita, tetapi kenapa banyak orang tidak bahagia? Ternyata, sumber dari penderitaan mereka berasal dari pikiran.
Apakah Anda tahu, kalau pikiran adalah alat yang sangat kuat apabila digunakan dengan tepat.
Namun sayangnya, kebanyakan dari kita tidak secara sadar menggunakan kemampuan pikiran.
Yang terjadi justru kebalikannya.
Kita dikendalikan oleh pikiran kita sendiri.
Coba berhenti sejenak dan tanyakan ke diri Anda pertanyaan ini.
Siapa saya? Apakah jawaban Anda berisi soal pekerjaan, status sosial, hubungan keluarga, dan sebagainya? Apakah Anda sadar, kalau jawaban yang Anda berikan adalah kumpulan dari hal yang berada di luar diri? Kumpulan identitas yang Anda sebutkan sebelumnya bukanlah diri Anda yang sebenarnya, Tolle menyebut hal ini sebagai ego.
Ego berasal dari masa lalu yang berisi kumpulan pengalaman, memori, dan sebagainya atau masa depan yang berisi jati diri yang Anda inginkan di masa depan.
2. Akar Penderitaan
Biasanya penderitaan muncul karena pikiran.
Pikiran menciptakan penderitaan dengan cara menyesali masa lalu atau mencemaskan masa depan.
Karena kita tidak dapat mengontrol masa lalu dan masa depan, hal ini lalu membuat kita menderita.
Jadi, apakah solusinya? Caranya bisa dimulai dengan memindahkan fokus kita dari pikiran ke tubuh.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Tubuh kita paling tahu apa yang terbaik bagi diri kita.
Dengan mendengarkan sensasi tubuh, maka akan membuat Anda lebih sadar pada momen saat ini.
Jika Anda melakukan latihan ini terus menerus, maka Anda akan mengubah hubungan Anda dengan pikiran, Anda akan lebih sadar dengan apa pikiran yang muncul sehingga pikiran ini tidak akan menghasilkan penderitaan dari segala sesuatu yang terjadi di masa lalu atau masa depan.
Tip lain yaitu dengan mengamati pikiran tanpa memberikan penilaian.
Di awal kita sudah bahas kalau identitas diri yang berasal dari luar diri bukanlah diri kita yang sebenarnya.
Kita bisa memberikan jeda dalam arus pikiran yang tiada henti dengan mengamati tanpa memberikan makna.
Sebagai informasi, menilai segala sesuatu merupakan tugas dari pikiran dalam memahami.
Jadi, jika Anda memberikan penilaian terhadap pikiran yang muncul, maka Anda akan kembali lagi dalam siklus tersebut.
Contohnya, Anda bangun tidur dan mulai lari pagi.
Jika itu terjadi, ikutilah tubuh Anda dan berlarilah.
Namun, tiba-tiba muncul suara di dalam diri yang berkata, “buat apa lari pagi, lebih baik lanjut tidur saja” atau misalnya, daripada lari pagi, lebih baik mengerjakan tugas yang belum selesai kemarin malam.
Ketika muncul suara tersebut, tahan diri Anda untuk memberikan penilaian baik atau buruk.
Anda hanya perlu tersenyum saja dan menerima kalau pikiran itu muncul.
Latihan ini akan membuat Anda belajar cara mengamati pikiran tanpa harus mengikuti ke mana pikiran akan membawa Anda.
Nantinya apabila Anda sudah rutin berlatih, Tolle mendeskripsikan keadaan yang optimal untuk hidup di saat ini sebagai permanent alertness.
Ini merupakan kondisi ketika Anda berada pada keadaan aktif menunggu.
Hal ini sama seperti ketika Anda sadar kalau ada hal besar atau penting yang akan segera terjadi.
Dalam kondisi ini, perhatian Anda akan fokus pada saat ini.
Anda tidak akan punya waktu untuk sibuk melamun, merencanakan, atau mengingat masa lalu yang sering kali menganggu kita dalam hidup saat ini.
Sebagai contoh, ketika Anda sedang mengerjakan sebuah ujian, seharusnya Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk khawatir hasilnya seperti apa, tapi Anda harus fokus pada saat ini dan mengerjakan soal ujian sebaik mungkin.
3. Menerima Kejadian di Luar Kontrol
Bagaimana jika kita sudah hidup di saat ini, namun perasaan sedih dan sakit tidak dapat dihindari? Apakah kita harus menekan perasaan ini dan berpura-pura kalau semua baik-baik saja? Tentu saja tidak.
Mayoritas penderitaan memang berasal dari pikiran kita sendiri, namun tentu saja ada hal di luar dari kendali kita.
Contohnya, rasa sakit yang berasal dari kehilangan orang yang dicintai.
Apa yang harus Anda lakukan? Ketika Anda mengalami kejadian yang memberikan Anda rasa sakit, maka Anda bisa belajar untuk menerima apa adanya.
Contohnya, ketika kehilangan orang yang dicintai, Anda tentu saja berduka dan sedih.
Namun, ketika Anda berusaha untuk menerima hal ini sebagai bagian hidup apa adanya dan tidak bisa diubah, maka Anda akan menghindari penderitaan yang berkelanjutan.
Menjadi sedih adalah perasaan alami dan Anda tidak perlu merasa malu atau bersalah.
Sedangkan menerima artinya Anda tidak lagi menghabiskan waktu untuk berharap kalau semuanya berbeda.
Perlu disadari, fokus pada hidup SAAT INI tidak berarti Anda menjalani hidup yang pasif.
Contohnya, jika Anda terjebak dalam lumpur, tidak berarti Anda diam saja dan menerima keadaan ini.
Tetapi, Anda dapat mencoba tanpa harus panik, untuk membebaskan diri Anda dari lumpur tersebut.
Anda akan melihat dunia bukanlah sebagai tempat yang berisi masalah tiada henti, namun Anda melihat dunia sebagai situasi yang mampu dikendalikan dan bisa Anda selesaikan satu per satu.
Buku The Power of Now bisa Anda dapatkan secara online melalui Gramedia.com.
Anda juga bisa dapatkan gratis voucher diskon tanpa minimal pembelian. Yuk, langsung klik di sini untuk dapatkan gratis vouchernya.