Pernah kah kamu merasa ada yang salah dengan pemimpinmu? Pernah kah kamu melihat hubungan yang tidak baik di sebuah tim? Pernah kah kamu merasa tidak adanya hubungan baik antara kamu dengan orang lain? Hal ini bisa saja terjadi karena minimnya peran empati di dalamnya.
Sadar atau tidak, empati begitu penting bagi keberlangsungan hubungan satu sama lain, terutama hubungan dalam tim.
Jika pemimpin tidak memiliki empati yang baik, bukan hanya timnya saja yang terdampak, namun juga perusahaannya akan terancam.
Memangnya, empati itu apa sih?
Supaya tidak salah mendefinisikan, mari kita lihat dari sumber yang terpercaya, dilansir dari Psychology Today, empati berarti kemampuan untuk mengenali, memahami, dan berbagi pikiran serta perasaan kepada orang lain atau bahkan hewan sekali pun.
Ada berapa jenis empati?
Fika Nadia, kontributor penulis buku Sepi, dalam acara Teras Belajar x Gramedia menyampaikan, “Empati ada dua, kognitif empati dan afektif empati. Pemimpin penting untuk bisa masuk ke afektif empati, tidak hanya sampai di kognitif empati, karena ia harus memahami perasaan orang lain, tidak hanya sampai di logika saja. Jadi, empati bagi pemimpin itu penting sekali. Jika tidak, ia akan terus memanipulasi orang-orang di sekitarnya bahkan bisa sampai mengganggu masa depan perusahaan, ini bahaya sekali.”
Kemampuan ini bisa dilatih, tidak muncul begitu saja.
Namun, memang harus ada keinginan dan kesadaran dalam diri sendiri untuk memunculkan rasa empati ini.
Jika pemimpin ingin timnya produktif dan memberikan hasil maksimal untuk perusahaan, empati bisa jadi solusi pertama.
Apa peran empati ke produktivitas tim?
Yang paling utama, tanpa adanya empati saat berhubungan dengan banyak orang, tentunya akan membuat tim tidak suka, dan berdampak ke hasil kerja mereka.
Contohnya, ketika pemimpin tidak memiliki empati, ia bisa jadi akan memberikan beban pekerjaan lebih dari yang seharusnya, tim akan menjadi kelelahan, hasil pekerjaannya kurang maksimal.
Hal ini juga disampaikan oleh Vina G. Pendit saat menjadi pembicara di acara Teras Belajar x Gramedia, 23 September 2022, “Empati di dunia kerja sangat penting. Saat bekerja, kita dituntut untuk berhubungan dengan banyak orang. Bagaimana mungkin kita bisa sukses menyelesaikan target pekerjaan, mencapai tujuan finansial perusahaan, dan menyelesaikan masalah di pekerjaan tanpa adanya empati. Rasanya hal yang mustahil.”
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Apa pentingnya empati bagi pemimpin?
Rasa kesepian bagi pemimpin itu bisa jadi adalah sebuah tanda-tanda ia tidak memiliki empati yang baik.
Jika pemimpin sudah merasa kesepian, padahal ia memiliki tim, tentu bisa bahaya.
Rasa sepi yang ia rasakan ini sebenarnya adalah sepi secara mental.
“Rasa sepi muncul karena adanya kualitas hubungan yang kurang baik. Kurangnya percakapan yang dalam dapat memengaruhi perasaan sepi kita.Empati bisa diartikan sebagai perekat, ia mampu merekatkan hubungan satu sama lain. Kenapa? Karena jika kita berempati, maka kita akan berusaha membuat hubungan satu sama lain senyaman mungkin. Dengan ini, hubungan bisa menjadi lebih menyenangkan.”
Jadi, jika pemimpin ingin merasakan kerekatan hubungan dengan timnya, empati adalah kunci.
__
Teras Belajar x Gramedia adalah acara kolaborasi antara Pemimpin.id dengan Gramedia yang dilaksanakan pada September 2022.
Terinspirasi dari sosok Ibu R.A. Kartini yang memanfaatkan teras rumahnya untuk menyebarkan ilmu, pemimpin.id membuat Teras Belajar sebagai tempat bertemu orang-orang dengan beragam latar belakang untuk bisa saling berbagi, berdiskusi, dan belajar bersama.
Pemimpin.id berkolaborasi dengan Gramedia dalam mengusung topik Leading with Empathy melalui Teras Belajar.
Mengundang Pijar Psikologi sebagai salah satu narasumber serta Principal Consultant dari Dayalima yaitu Fika Nadia Tirta Maharani, M.Psi., Psikolog dan Vina G. Pendit, dalam membagikan pengalamannya mengenai pentingnya empati bagi seorang pemimpin.
Dipandu oleh Aufa Miladya, Lead of Learning Development Pemimpin.id.
Acara yang berlangsung selama 120 menit ini berhasil memberikan insight baru terkait Humanist Leadership yang disajikan dalam bentuk talkshow ringan.
Pada kesempatan sesi interaktif, narasumber menanggapi dan memberikan saran kepada para peserta yang menanyakan permasalahannya terkait dengan gaya kepemimpinan yang berempati pada dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.