Mungkin sebagian besar dari kita sudah sering mendengar berita tentang pelecehan seksual yang dialami oleh beberapa wanita akibat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh tersangka dengan memamerkan alat vital mereka di hadapan para korbannya.
Bisa dibayangkan, bagaimana rasa trauma yang didapatkan oleh korban setelah mengalami peristiwa yang boleh dikata memalukan sekaligus menjijikkan, sebab mereka secara mendadak disodorkan pemandangan yang membuat bulu kuduk bergidik ngeri.
Namun, ternyata penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para pelakunya ini dengan mempertontonkan alat vital mereka di hadapan umum merupakan sebuah gangguan mental, di mana para penderitanya mendapatkan kepuasan secara seksual dengan melakukan hal tersebut.
Aksi mempertontonkan alat vital di hadapan umum untuk memperoleh kenikmatan secara seksual disebut sebagai eksibisionis yang merupakan sebuah kelainan seksual yang menyimpang atau parafillia.
Mempunyai bentuk tubuh yang ideal dan proporsional memang menjadi dambaan beberapa orang, tapi jika sudah muncul hasrat untuk memamerkannya tanpa sehelai benang pun ke depan banyak orang, perilaku ini sudah sangat menyimpang dan abnormal.
Akan tetapi, apa sebetulnya eksibisionis itu sendiri dan apa gejala yang menjadikan penderitanya melakukan hal tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.
Menurut ilmu psikologi, eksibisionis adalah suatu gangguan parafillia yang bisa disebut sebagai fantasi dan perilaku seseorang yang bertujuan untuk membangkitkan dan memuaskan hasrat seksual dengan cara yang menyimpang di masyarakat.
Sebetulnya memiliki fantasi masih bisa dibilang wajar dan normal, asalkan tidak membahayakan dan merugikan orang lain serta tidak menyimpang dari norma-norma masyarakat yang ada sehingga hanya dapat dinikmati oleh diri sendiri saja.
Namun, akhir-akhir ini, perilaku eksibisionis sepertinya sedang merajalela dan marak dilakukan secara terang-terangan, khususnya oleh kaum lelaki, yang secara dengan sengaja mereka memperlihatkan alat vital kepada kaum wanita tanpa ada rasa malu dan penyesalan hanya untuk memuaskan hasrat pribadi.
Bisa dibayangkan, bagaimana dampak yang akan diperoleh oleh korban yang menyaksikan kejadian tersebut akan dihantui rasa trauma dan ketakutan seumur hidup, sebab luka secara batin dan emosi bisa dikatakan sulit untuk disembuhkan atau dihilangkan.
Akan muncul berbagai rasa khawatir yang dirasakan oleh korban yang mengalami tindak pelecehan seksual eksibisionis ini, seperti tidak mudah percaya pada orang lain, selalu merasa cemas saat sedang bepergian, hingga depresi yang mungkin mengancam nyawa.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Orang yang memiliki gangguan eksibisionis biasanya mempunyai fantasi seksual yang menyimpang, di mana mereka terdorong untuk menunjukkan alat kelamin di hadapan publik secara sengaja untuk mendapatkan kenikmatan secara seksual yang dilakukan berulang-ulang.
Harus diwaspadai, orang-orang yang mempunyai kecenderungan terhadap berbagai hal yang berbau pedofilia bisa terindikasi memiliki gangguan eksibisionis juga sehingga bisa sangat berbahaya untuk lingkungan masyarakat, khususnya kaum perempuan dan anak-anak.
Penderita eksibisionis biasanya mempunyai dorongan yang kuat untuk mempertontonkan alat kelamin mereka kepada orang asing yang tidak dikenal untuk memuaskan gairah seksual mereka yang menyimpang.
Bisakah penderita gangguan eksibisionis ini disembuhkan, pastinya bisa jika mereka memiliki niat dan usaha yang besar untuk mau sembuh serta menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.
Para penderita eksibisionis ini dapat menjalani psikoterapi dengan dokter spesialis yang akan memberikan perawatan terhadap pasien mulai dari terapi perilaku kognitif, hingga pemberian obat untuk meredam hasrat mereka dalam memamerkan alat kelamin di depan umum.
Semoga dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran akan mampu menemukan solusi yang nyata untuk bisa menolong para penderita eksibisionis dari penyimpangan seksual yang mereka lakukan agar tidak merugikan banyak pihak.
Jika kamu ingin memperdalam pembahasan mengenai ilmu psikologi setelah membaca gangguan eksibisionis, buku berikut ini akan sangat cocok untuk menemani waktu luang.
Buku Sejarah Psikologi: Perkembangan Perspektif Teoretis akan membeberkan semua pembahasan mengenai psikologi, dimulai dari tema-tema tersebut hadir sampai bagaimana tema-tema tersebut berkembang menurut sejarah ilmu sosial.
Pembaca akan menemukan asumsi-asumsi mengenai tingkah laku manusia, terutama unsur-unsur yang dinamakan perilaku, berkembang dalam konteks sehari-hari maupun konteks filsafat.
Buku Sejarah Psikologi: Perkembangan Perspektif Teoretis bisa langsung dibeli di Gramedia.com.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.