Kalau bicara tentang alat tulis, yang pertama muncul di benak kita pastilah kebutuhan kantor atau sekolah.
Ya, bahkan ada kategori yang namanya ATK, Alat Tulis Kantor.
Tentu saja, isinya alat kerja yang membosankan dan di ambang kepunahan karena era paperless.
Tapi kalau kita lihat ke belakang, di masa-masa sekolah dulu, apakah kalian ingat penghapus yang wangi dengan bentuk lucu? Pensil gendut yang ada 12 sampai bahkan 20 warna? Pensil roket juga, ah, membawa nostalgia (ketahuan umur).
Di sisi lain, ada juga pensil mekanis seperti Rotring 600 atau fountain pen mewah seperti Montblanc.
Jika kita lihat di Instagram misalnya, ada tag seperti #stationerygeeks #planneraddicts #studygram dan sebagainya.
Intinya, dunia alat tulis lebih dari sekedar fungsional saja, tapi juga bisa jadi bagian gaya hidup.
Dan di balik alat tulis itu pun ada sejarah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Tokoh utama seri Serious Prince and Stationery Prince, Himeji Kanoko, awalnya juga tidak paham dunia hobi orang yang rela pergi sampai ke toko buku kecil di daerah untuk bisa melengkapkan koleksi Kokuyo Campus Notebook edisi desain cover zaman dulu.
Dia bahkan tak tahu pena Pelikan 100 Lapis Blue warisan kakeknya itu harganya lebih dari $1’100 di zaman sekarang.
Tapi pertemuannya dengan rekan dosen maniak alat tulis membuka matanya tentang kisah inovasi yang ada di balik benda-benda yang kita anggap lumrah dalam keseharian kita.
Dari sana, ada juga pesan-pesan moral yang bisa dia pelajari.
Tentu saja, untuk kita juga.
Komik Serious Prince and Stationery Prince bisa didapatkan secara online melalui Gramedia.com.
Selain itu, ada juga gratis voucher diskon yang dapat digunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, segera klik link di sini untuk dapatkan vouchernya.