Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-Ciri Pasangan Penyebab Toxic Relationship

Kompas.com - 07/02/2022, 10:00 WIB
Sumber foto: Pexels
Rujukan artikel ini:
A Handbook For Toxic Relationship
Pengarang: Astrid Savitri
Penulis Lika Purnama
|
Editor Almira Rahma Natasya

Toxic Relationship adalah pola hubungan tidak sehat antara dua orang yang terus saling menyakiti.

Pada dasarnya, menjalin hubungan adalah kerja keras dan kolaborasi dari dua pihak. Terkadang, cekcok kecil dan perselisihan memang normal terjadi.

Namun pada hubungan yang toxic, seseorang dapat merasa tidak didukung, disalahpahami, direndahkan, atau diserang.

Sederhananya, hubungan apa pun yang membuat kita merasa lebih buruk daripada lebih baik dapat menjadi disebut sebagai toxic relationship.

Sayangnya, batas antara hubungan yang sehat dan tidak sehat ini sangat kabur dan sering tidak disadari oleh orang yang menjalani, meskipun tanda-tanda itu mungkin tampak jelas bagi orang lain.

Nah, agar tidak terjebak pada hubungan yang tidak sehat, simak cirinya berikut ini.

Ciri-Ciri Pasangan Penyebab Toxic Relationship

1. Menyakiti Fisik dan Psikis

Ciri pertama yang secara jelas menjadi pertanda bahwa kita berada di toxic relationship adalah ketika pasangan kita mulai berlaku kasar dan menyakiti secara fisik.

Perilaku kasar ini mudah terlihat, misalkan ia sering memukul, menendang, menjambak, atau melakukan tindakan yang dapat memicu luka di tubuh.

Padahal, didasari dengan alasan apapun, melakukan pemukulan dan tindakan kekerasan fisik lainnya tidak bisa dibenarkan.

Berbeda dengan menyakiti fisik yang lebih mudah dilihat, kebiasaan buruk pasangan yang dapat memicu sakit secara psikis sering tidak disadari.

Kalimat-kalimat yang kejam, perlakuan tidak menyenangkan, tindakan manipulatif, menipu, mendua, adalah beberapa contoh tindakan yang dapat memunculkan luka batin.

Sayangnya, banyak dari kita yang meskipun jelas sudah dilukai, namun masih memilih untuk memaafkan karena berbagai faktor.

2. Memiliki Kepercayaan Rendah

Pasangan sudah semestinya menjadi orang yang paling mengerti, bahkan selalu ada meskipun seisi dunia menjauh.

Pasangan juga idealnya menjadi menjadi orang dapat diandalkan, serta berkontribusi positif pada diri kita untuk berkembang menjadi lebih baik.

Namun, semua itu tidak akan terjadi jika kepercayaan dalam hubungan berada di level yang sangat rendah.

Menurut seorang psikoterapis dari California, Jeni Woodfin, hubungan yang sehat pasti memiliki tingkat kepercayaan dan rasa aman yang tinggi.

Lebih lanjut lagi, ia menyebutkan bahwa kepercayaan dalam hubungan tidak hanya tentang setia atau tidak, namun juga percaya bahwa pasangan akan melakukan hal terbaik demi kelangsungan hubungan tersebut.

3. Terlalu Sering Bertindak Pasif Agresif

Secara sederhana, tindakan pasif agresif adalah cara seseorang mengekspresikan kemarahan, keinginan, bahkan kekecewaan secara tersirat dan tidak langsung.

Serangan pasif agresif ini halus dan sering disamarkan sebagai sesuatu yang lain, miisalnya kemarahan yang disamarkan dan berlindung dibalik kata “aku gapapa kok”.

Meskipun sebetulnya tindakan ini terhitung normal, namun jika terlalu sering dilakukan justru akan menjadi penghambat dalam hubungan.

Kita akan kesulitan menempatkan diri karena serba salah, sebab orang yang bertindak pasif agresif cenderung akan bilang A meskipun sebenarnya yang ia maksud adalah B.

4. Tidak Menghargai Privasi

Jika pasangan kamu terus-menerus memeriksa handphone, memaksa login di semua akun media sosial, membatasi pergaulan, bahkan sampai memasang aplikasi penyadap, ini menunjukkan perilaku posesif dan tingkat kontrol yang sudah toxic.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Percayalah, memiliki privasi adalah hal yang wajar untuk dilakukan sebab semua orang berhak mendapatkan hubungan yang sehat dengan little space untuk diri sendiri.

5. Pandai Berbohong

Berbohong adalah akar dari hampir segala masalah yang ada di dalam hubungan. Ketidakjujuran banyak membawa petaka yang menghilangkan kepercayaan.

Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa seseorang sampai memutuskan berbohong, namun apapun itu pasti tidak dapat dibenarkan.

Jika seseorang telah berbohong sekali, maka sangat mungkin ia akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan selanjutnya.

Inilah mengapa kita harus jauh-jauh dari orang yang pandai berbohong.

6. Tidak Ada Usaha

Memegang gitar tanpa berlatih tidak akan membuatmu jadi gitaris, meletakkan bahan makanan di atas kompor juga tidak membuat makanan tersebut matang dengan sendirinya, sama dengan hubungan yang juga perlu usaha.

Sebagaimana layaknya hubungan yang dijalani dua orang, jika hanya satu yang berjuang sendirian, pada akhirnya akan berdampak tidak baik.

Usaha dalam hal ini bisa diartikan dengan banyak hal misalnya berusaha untuk meluangkan waktu, melakukan sedikit effort untuk saling membahagiakan, hingga mencari jalan agar masa depan tidak suram.

Maka, kamu perlu untuk pintar membedakan, mana yang telah berusaha namun masih belum maksimal atau justru tidak berusaha sama sekali.

Itulah ciri-ciri pasangan yang jadi penyebab toxic relationship.

Untuk dapat melindungi diri agar tidak terjebak dalam pasangan dan hubungan yang toxic, maka lebih baik untuk menambah insight dari berbagai sumber.

Salah satu sumber terbaik yang tidak boleh di lewatkan adalah buku.

Tahun 2021, Astrid Savitri menerbitkan buku berjudul A Handbook For Toxic Relationship yang sangat laris dipasaran.

Buku setebal 254 halaman ini membahas mengenai jenis-jenis hubungan, baik yang sehat maupun yang toxic.

Selain itu, juga akan dibahas jenis-jenis orang-orang toxic yang umum ada di sekitar kita.

Tak hanya itu, dengan membaca buku ini kamu juga akan diajak untuk berdamai dengan diri sendiri pasca kejadian memilukan yang mungkin kamu alami setelah lepas dari toxic relationship.

Selain A Handbook For Toxic Relationship, ada pula buku lain berjudul Book of Toxic Relationship karya Tony Ibrahim yang siap membangunkan kamu dari mimpi buruk yang selama ini menghantui.

Tony dalam bukunya menulis banyak hal yang akan membuat kamu lebih aware dengan kondisi diri sendiri, sehingga kamu tidak toxic bagi orang lain atau bagi diri sendiri.

Buku ini juga dapat membantu kamu meningkatkan self esteem, menjadi orang yang lebih baik dan lebih bahagia.

Book Of Toxic Relationship memberikan reminder bahwa “kita bukan pusat rehabilitasi, bukan kewajiban kita untuk memperbaiki seseorang”, sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk bertahan pada hubungan toxic sembari terus berharap dia akan berubah.

Dapatkan Diskonnya! Dapatkan Diskonnya!

Dapatkan gratis voucher diskon untuk membeli kedua bukunya. Yuk, langsung klik di sini untuk dapatkan gratis vouchernya!

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau