“Jika Anda ingin produk Anda meledak di pasaran, Anda harus berani berbeda seperti jadi Sapi Ungu. Jika produk Anda tidak unik atau berbeda maka tidak akan ada orang yang ingat”.
Jika sebuah perusahaan jatuh, itu merupakan kesalahan manajemen yang paling senior, dan masalahnya mungkin: mereka menjalankan perusahaan, bukan MEMASARKAN PRODUK.
Membangun bisnis ada empat tahapan dasar, yaitu: mencetak profit, memenangkan kepercayaan konsumen, mendesain sistem, dan bertahan jangka panjang.
Purple Cow buku yang akan terbit pada Oktober 2021 ini membahas cara memasarkan produk yang unik.
Jika Anda ingin produk Anda meledak di pasaran, Anda harus berani berbeda seperti jadi Sapi Ungu.
Jika produk Anda tidak unik atau berbeda maka tidak akan ada orang yang ingat.
Sama halnya dengan sapi yang berwarna belang, hitam, dan putih di peternakan.
Jika Anda berwarna sama maka tidak ada yang ingat.
Tapi, jika Anda berwarna ungu maka akan mendapat perhatian dari semua orang.
Dalam membangun sebuah produk, ingatlah produk bukan hanya sebuah barang atau jasa, namun lebih dari itu produk adalah sebuah ide yang bisa ditularkan kepada orang lain, layakanya sebuah virus.
Jika Anda berhasil, itulah saatnya untuk menciptakan Sapi Ungu yang baru.
Dahulu pemasaran berarti buat produk kemudian pasang iklan.
Orang akan beli produk kita, kalau kita pasang iklan di mana-mana sehingga orang tahu produk apa yang kita jual.
Tapi zaman sekarang semua sudah berubah.
Zaman sekarang orang akan membeli produk dari mulut ke mulut.
Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya iklan yang kita lihat sekarang.
Hidup kita dipenuhi oleh iklan dan semuanya berusaha mengambil perhatian.
Tapi apakah mereka berhasil? Kebanyakan tidak berhasil.
Kita tidak ingat iklan apa yang kita tonton kecuali iklannya berbeda dan unik.
Seth Godin—penulis Purple Cow, membaginya dalam tiga era periklanan.
Jika produk Anda bagus, orang akan merekomendasikan produk dan kemudian banyak orang yang beli.
Perusahaan yang berani pasang iklan banyak maka jumlah pembelinya juga akan meningkat.
Di era ini, kita kembali lagi ke era mulut ke mulut.
Kita membutuhkan orang yang kita percayai untuk merekomendasikan kita, barang atau jasa apa yang bagus.
Di era ini pertumbuhan pemasaran dari mulut ke mulut makin cepat karena orang dengan mudahnya menyebarkan melalui media sosial.
Kebanyakan perusahaan takut mengambil risiko.
Semakin besar perusahaan, biasanya semakin takut mengambil risiko.
Hasilnya produk yang mereka hasilkan membosankan, itu-itu saja, tidak ada yang spesial.
Hingga suatu saat ada kompetitor baru yang datang dengan produk yang menarik barulah perusahaan besar itu kaget dan langsung mengejar inovasi produk. Itu mentalitas pemimpin pasar yang buruk.
“Bisnis harus harus melihat TREN kalau mau cepat DIKENAL”
Kalau kita lihat dari sisi yang lain, pemain kecil juga kadang tidak berani mengambil risiko untuk berinovasi.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Dan pemain kecil hanya mengikuti apa yang dimainkan oleh pemimpin pasar.
Amati dan tiru produknya seperti apa.
Strategi bisnisnya, dan cara pemasarannya.
Dengan seperti ini, pemain kecil tersebut tidak akan pernah menjadi pemimpin pasar.
Pemimpin selalu mencoba ide baru dan akhirnya menghasilkan produk yang menarik.
Mereka bisa jadi pemimpin pasar karena mereka berani bereksperimen dan menjadi Sapi Ungu.
Contoh menarik perusahaan yang tidak berani mengambil risiko adalah perusahaan penjual rol film seperti Kodak.
Ketika zaman dan industri kamera mulai berubah, Kodak tidak ikut berubah dan tidak berani mengambil risiko.
Kodak menjadi tertinggal dan orang beralih ke digital.
Contoh lain yang dilakukan oleh Krispy Kreme.
Ada cara yang unik setiap kali Krispy Kreme membuka toko baru.
Krispy Kreme selalu membagikan ribuan donat gratis.
Tentu saja orang yang tidak pernah mendengar Krispy Kreme jadi penasaran dan akhirnya terjadi antrian panjang setiap Krispy Kreme membuka toko baru.
Sebuah produk atau jasa adalah sebuah ide.
Yang membedakan adalah apakah sebuah ide bisa menular atau tidak.
Karena menggunakan analogi sebuah virus, Seth menyebut orang yang pertama kali menyebarkan ide disebut Sneezers.
Mereka adalah orang yang ahli memberi tahu lingkaran mereka soal pengalaman mereka dengan produk Anda.
Seth menyarankan agar kita fokus pada Sneezers bukan menyasar kepada semua orang.
Ketika sebuah ide menyebar dari beberapa Sneezers kemudian akan terjadi seperti bola salju hingga menyebar ke semua orang.
Mungkin banyak orang berpikir jika sebuah produk atau jasa menjadi viral untuk berkat keberuntungan.
Betul, memang ada peran keberuntungan di sana.
Tapi kebanyakan karena mereka sudah mendesain produknya menjadi Sapi Ungu di hari pertama produk itu diciptakan.
Starbucks adalah contoh Sapi Ungu yang menarik.
Sebelum ada Starbucks kopi hanyalah minuman biasa yang Anda nikmati saat sarapan atau minuman yang Anda nikmati sendirian.
Tidak ada pengalaman di sana hanya kafein saja.
Starbucks kemudian menyebarkan ide yang menarik, kopi bukan hanya sekadar minuman tapi minum kopi di Starbucks merupakan pengalaman tersendiri.
Nilai tambah yang dibuat Starbucks membuat kopinya dihargai lebih mahal daripada kopi biasa.
Menjadi berbeda memang tidak mudah dan tidak semua orang berani.
Tapi, di era ketika kita dihajar begitu banyak informasi, menjadi normal, sama saja dengan tidak ada.
Buku Purple Cow bisa Anda beli di Gramedia.com.
Jangan lewatkan gratis voucher diskon yang bisa Anda dapatkan dengan cara klik di sini.