Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Gunung Api Erupsi dan Meletus, Apa Saja?

Kompas.com - 23/02/2023, 13:26 WIB
Perbedaan Erupsi dan Meletus Sumber Gambar: Freepik.com Perbedaan Erupsi dan Meletus
Rujukan artikel ini:
Selayang Pandang Gunung Api dan…
Pengarang: Riki Irfan
|
Editor Puteri

Indonesia termasuk sebagai negara kepulauan yang mayoritas wilayahnya memiliki gunung api aktif.

Tak heran bila masyarakatnya akrab dengan istilah erupsi dan meletus pada gunung api.

Dalam aktivitas gunung api, istilah erupsi dan meletus sering kali digunakan untuk menggambarkan situasi yang sedang terjadi.

Istilah tersebut sering dianggap memiliki arti sama, tetapi pada dasarnya merupakan dua hal yang berbeda jika dilihat dari kekuatan situasi aktivitas gunung api.

Lalu, apa saja perbedaan erupsi dan meletus dalam konteks aktivitas gunung api yang masih aktif? Simak selengkapnya di bawah ini.

Perbedaan Erupsi dan Meletus

Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, erupsi adalah letusan gunung api atau semburan minyak dan uap panas.

Sedangkan meletus adalah istilah untuk menggambarkan adanya fenomena pecah atau terbuka dengan tiba-tiba karena adanya tekanan atau dorongan yang sangat kuat hingga mengeluarkan bunyi keras atau meledak.

Sementara merujuk Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, erupsi diartikan sebagai peristiwa keluarnya magma dari gunung api menuju permukaan bumi.

Nah, setelah mengetahui arti masing-masing dari istilah erupsi dan meletus dalam konteks gunung api, keduanya dapat dikatakan memiliki makna yang sama.

Meski begitu, istilah tersebut berbeda penggunaannya tergantung pada jenis erupsi gunung api yang terjadi.

Kata gunung meletus umumnya digunakan untuk menggambarkan kondisi jenis erupsi gunung api eksplosif.

Jenis-Jenis Erupsi Gunung Api

Agar lebih memahami perbedaan erupsi dan meletus pada gunung api, penting juga untuk mengetahui apa saja jenis erupsi gunung api.

Adapun jenis erupsi gunung api dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Erupsi Efusif

Erupsi efusif adalah fenomena keluarnya lava gunung api dari perut bumi secara perlahan dan mengalir ke lereng gunung tanpa diikuti suatu ledakan.

Jenis erupsi ini bisa terjadi karena adanya tekanan gas yang tidak terlalu kuat sehingga mengakibatkan magma serta lava keluar dari perut bumi dengan teratur ke lereng gunung.

Fenomena ini lebih sering disebut erupsi gunung api daripada meletus karena daya tekanan gas tidak menyebabkan dentuman keras maupun ledakan.

2. Erupsi Eksplosif

Berbeda dengan erupsi efusif, jenis erupsi eksplosif terjadi karena adanya tekanan bertenaga yang mengakibatkan keluarnya magma dari gunung api dalam bentuk ledakan dan terbentuk endapan piroklastik.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Selain itu, fenomena erupsi eksplosif juga membuat material lain dari perut bumi keluar dengan tidak beraturan dan dapat menyembur di wilayah sekitarnya.

Erupsi ini lebih sering disebut dengan istilah gunung api meletus karena daya ledak dan dentuman keras serta material gunung api yang keluar lebih banyak dan berbahaya.

Kenapa Gunung Api Bisa Erupsi Atau Meletus?

Erupsi gunung api dapat terjadi karena adanya tekanan gas dalam perut bumi sehingga mendorong magma yang berbentuk lelehan lava bergerak naik secara perlahan.

Magma yang perlahan naik akan melelehkan batuan di dalam gunung api serta terjadi penumpukan magma karena terhambat adanya lapisan batuan padat atau litosfer yang sulit ditembus.

Energi tekanan di dalam perut bumi lalu akan semakin kuat sehingga lapisan batuan padat di sekitarnya rapuh serta retak.

Celah retak tersebut kemudian dapat menjadi jalan keluar magma ke permukaan bumi dan melelehkan saluran retakan tersebut.

Tekanan yang terus terjadi dalam perut bumi sehingga mendorong magma naik lapisan batuan pada retak dan tidak bisa membendung tekanan, maka akan terjadi ledakan dan semburan magma.

Ketika magma berhasil keluar ke bagian atas bumi, proses itulah yang kemudian disebut menjadi erupsi.

Umumnya aktivitas magma yang bergerak naik ke permukaan bumi dibarengi dengan adanya gempa bumi vulkanik.

Gempa bumi ini biasanya terjadi sebelum gunung api meletus dan ketika aktivitas vulkanik gunung yang semakin tinggi disertai dengan ledakan.

Memahami perbedaan erupsi dan meletus pada gunung api serta penyebab terjadinya tentu akan membuat kita semakin peka terhadap fenomena alam yang terjadi disekitar.

Agar dapat lebih memahami tentang fenomena gunung api, kamu dapat membaca buku Selayang Pandang Gunung Api dan Energi Panas Bumi.

Buku ini terdiri dari 9 bagian yang menjelaskan mulai dari pengertian gunung api, hubungan tektonisme dan vulkanisme dengan panas bumi hingga klasifikasi sistem panas bumi.

Dalam buku ini, penulis juga memberikan sejumlah penjelasan dengan potensi dari Indonesia yang termasuk negara ring of fire atau dilewati cincin api pasifik karena adanya banyak gunung api.

Adanya banyak gunung api di Indonesia membuatnya tidak hanya memiliki risiko bencana alam besar, tetapi juga potensi energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

Penulis buku ini juga memberikan penjelasan tentang bagaimana pengelolaan panas bumi dari gunung api dapat dimanfaatkan, salah satunya sebagai penghasil energi listrik.

Penasaran dengan pembahasan dalam buku Selayang Pandang Gunung Api dan Energi Panas Bumi? Bisa langsung kamu beli toko buku Gramedia atau secara online melalui Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau