Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Aturan Memakai Sumpit Ala Jepang, Filosofis dari Etika dan Nilai Budaya

Kompas.com - 16/11/2022, 16:30 WIB
Aturan Memakai Sumpit Ala Jepang Photo by Tomasz_Mikolajczyk on Pixabay Aturan Memakai Sumpit Ala Jepang
Rujukan artikel ini:
Seikatsu Kaizen: Reformasi Pola Hidup…
Pengarang: Susy Ong
|
Editor Rahmad

Meski terlihat mudah, cara memakai sumpit dengan benar tidak semudah kelihatannya. Banyak orang yang masih bingung atau belum tahu cara menggunakan sumpit yang benar. Ada beberapa aturan memakai sumpit ala Jepang yang harus kamu ketahui sebelum menggunakan sumpit.

Meskipun pada awalnya akan sangat sulit untuk membiasakan diri melakukan ini dengan benar, tetapi memegang sumpit bisa menjadi keterampilan yang menarik.

Etika Menggunakan SUmpit Di Jepang

Di Jepang sendiri ada beberapa pantangan dalam penggunaan sumpit, di antaranya menempatkan sumpit di pinggir mangkuk atau watashi-bashi. Sumpit dalam posisi ini menandakan bahwa kamu telah selesai makan.

Namun, itu juga sering dikaitkan sebagai tanda bahwa makanannya tidak enak. Karena itu, lebih baik menempatkan sumpit di tempat yang disediakan untuk mereka.

Selain itu, ada juga istilah yose-bashi yang artinya larangan menggunakan sumpit untuk menarik piring ke arahmu.

Sebagai gantinya, kamu bisa menggunakan tangan untuk menyeret piring atau mangkuk agar terlihat lebih sopan dan menghargai makanan. Perilaku yang melibatkan memindahkan makanan dari sumpit ke sumpit atau menempelkan sumpit ke mangkuk nasi juga dianggap buruk.

Alasannya, hal ini berkaitan erat dengan adat penguburan. Secara umum, kita harus menjaga sumpit dalam posisi sejajar, tidak menyilang.

Jika sebelumnya sumpit hanya digunakan untuk menyantap aneka olahan mie seperti soba atau udon, di tanah air mereka, sumpit digunakan sebagai alat makan hampir di semua masakan. Makanan yang biasanya dimakan dengan sumpit disebut "hashi" dalam bahasa Jepang.

Itulah sebabnya, aturan memakai sumpit ala Jepang ini sangat berkaitan dengan etika dan nilai budaya yang mereka junjung tinggi. Jika kamu tertarik berlibur atau menetap di jepang, sebaiknya memahami hal ini.

Aturan Memakai Sumpit Ala Jepang

Saat makan di restoran Jepang di Indonesia, sumpit adalah alat makan yang paling penting. Di negara asalnya, ada tata cara dan etika tertentu dalam menggunakan sumpit. Di Jepang, kamu bisa makan apa saja dengan sumpit dengan aturan memakai sumpit ala Jepang berikut ini:

1. Tidak Melakukan Sushibashi atau Menusuk Makan dengan Sumpit

Ini adalah istilah kebiasaan untuk menusuk makanan dengan sumpit agar lebih mudah. Namun di Jepang tidak disarankan menggunakan sumpit untuk menusuk makanan tersebut.

Masyarakat Jepang memandang penggunaan sumpit untuk menyodok makanan ini sebagai hal yang jelek dan tidak sedap dipandang.

Selain itu juga, tusukan yang terlalu keras terkadang dapat menyebabkan benda atau makanan tersebut jatuh dari piring.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

2. Tidak Melakukan Yosebashi atau Menarik Piring dengan Sumpit

Mungkin tampak normal menggunakan sumpit untuk menarik piring ke arahmu. Namun, di Jepang, memilih makanan dengan tangan membuat kamu terlihat lebih tidak etis atau tidak sopan.

3. Tidak Melakukan Watashi Bashi atau Menaruh Sumpit Saat makan

Watashi Bashi adalah meletakkan sumpit secara horizontal di piring untuk menunjukkan bahwa kamu telah selesai makan. Namun, jika kamu melakukannya di tengah makan, orang akan mengira Anda tidak menyukai rasa makanan yang disajikan.

4. Tidak Melakukan Neburi Bashi atau Menjilati Sumpit

Neburi adalah kata yang digunakan di wilayah Kansai. Neburi Bashi artinya menjilat sumpit bila tidak digunakan untuk mengonsumsi sisa makanan.

5. Sumpit Tidak Boleh Digunakan untuk Mengaduk Isi Sup

Jangan aduk makanan dengan sumpit atau sayuran sejenis sup lainnya untuk melihat dan menemukan isinya. Ini adalah tindakan yang tidak sopan bagi orang Jepang.

6. Sumpit Tidak Boleh Tertinggal Di Atas Nasi

Hal ini dipercaya orang Jepang dapat meninggalkan sial.

7. Jangan Makan Terlalu Dekat dengan Mangkuk

Sebaiknya kamu meletakan mangkuk tidak terlalu dekat dengan mulut atau tidak menyentuhnya. Lebih baik makan dengan jarak yang wajar.

8. Memegang Sumpit juga Tidak Sembarangan

Sumpit tidak boleh dipegang seperti pisau. Hal-hal seperti itu biasanya bisa dimaklumi ketika kamu masih anak-anak.

9. Memberi Makanan Kepada Orang Lain Tidak Boleh Diberikan dan Diterima dengan Sumpit

Hal ini terkait dengan pemakaman di Jepang. Ini mirip dengan pemakaman di Jepang. Mereka biasa mengumpulkan tulang yang terbakar dengan sumpit. Oleh karena itu, ini berkaitan dengan nilai budaya orang Jepang.

10. Jangan Angkat Makanan atau Saus dengan Sumpit

Hal ini akan dianggap tidak sopan apalagi sampai menetes atau jatuh ke meja makan.

Buku Seikatsu Kaizen: Reformasi Pola Hidup Jepang yang ditulis Susy Ong bisa kamu jadikan referensi untuk mempelajari budaya Jepang. Termasuk budaya dan etika aturan memakai sumpit ala Jepang.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau