Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengetahui Sejarah Public Speaking yang Dimulai Sejak Yunani Kuno

Kompas.com - 16/05/2022, 10:00 WIB
Sejarah Public Speaking Sumber Gambar: Canva Sejarah Public Speaking
Rujukan artikel ini:
Public Speaking Mastery
Pengarang: Ongky Hojanto
Penulis Renny Novita
|
Editor Almira Rahma Natasya

Ada kemungkinan besar bahwa berbicara di depan umum atau yang lebih dikenal dengan public speaking, telah ada selama munculnya kehidupan manusia.

Tetapi, sebagian besar akademisi dan orang lain yang terlibat dengan public speaking, termasuk mereka yang bekerja di proyek public speaking, menelusuri asal-usul dari zaman modern kembali ke Yunani kuno dan Roma.

Tentu saja, masyarakat di periode Yunani Kuno dan Roma tidak memiliki kemudahan elektronik yang kita miliki saat ini untuk membantu berbicara di depan umum (tidak ada tayangan slide).

Tetapi, mereka membutuhkan berbicara di depan umum dan mengembangkan metode berbicara di depan umum yang masih dipelajari sampai sekarang.

Seperti yang dapat kita baca di dalam buku Public Speaking Mastery karya Onky Hojanto, sejarah public speaking berawal dari sekitar 2.500 tahun lalu di Athena kuno, di mana para pemuda diminta memberikan pidato yang efektif.

Orang Yunani kuno biasanya berbicara di depan umum untuk memuji atau membujuk orang lain.

Pada satu titik, semua warga negara Yunani memiliki hak untuk mengusulkan atau menolak undang-undang, yang mengarah pada kebutuhan akan orator yang berkualitas, sehingga setiap warga negara perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk dirinya dan keluarga.

Berbicara di depan umum menjadi keterampilan yang memiliki permintaan tinggi untuk diajarkan.

Pada masa itu, Socrates (469-398 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) mengajari murid mereka tentang filsafat serta berbicara di depan umum, yang pada zaman Yunani kuno disebut dengan retorika.

Menurut Plato, retorika adalah seni menenangkan jiwa dengan argumentasi.

Unsur Dasar Pidato: Ethos, Logos, dan Pathos

Adapun unsur-unsur dasar pidato yang baik dan persuasif diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles, yaitu ethos, logos, dan pathos.

Menurut Aristoteles, ethos atau kredibilitas pembicara sangat penting.

Logos atau logika artinya di balik semua penjelasan yang dipaparkan oleh pembicara dan isi presentasi haruslah valid serta jelas.

Sementara itu, pathos atau daya tarik emosional adalah unsur penting untuk membangun hubungan antara pembicara dan pendengar.

Kemudian, ketika Roma berkuasa, berbicara di depan umum digunakan selama pertemuan badan pemerintahan Senat Romawi.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Bangsa Romawi mengadopsi metode retorika publik dari orang Yunani.

Lima Hukum Retorika

Seperti yang ditulis di dalam buku Public Speaking Mastery, pada abad ke-1 SM, Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) menjadi orator nomor satu dan dikenal sebagai pengacara, politisi, serta filsuf.

Dia mengembangkan apa yang kita sebut dengan Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric) dan masih digunakan sampai sekarang.

Kelima tahapan itu antara lain Inventio (penemuan), Dispotio (penyusunan), Elocutio (pemilihan gaya), Memoria (memori) dan Pronuntiatio (delivering/penyampaian).

Kamu akan menemukan penjelasan terperinci dan bagaimana itu diterapkan di dalam latihan public speaking di dalam buku Public Speaking Mastery.

Perkembangan Public Speaking di Zaman Modern

Di zaman modern, apa yang disebut gaya berbicara di depan umum yang sebelumnya berkembang di masa Yunani kuno dan Roma menjadi populer di Amerika Serikat dan Eropa hingga pertengahan abad ke-20.

Namun, setelah Perang Dunia II gaya berbicara yang kurang formal dan pembahasan yang luas serta melebar menjadi populer.

Alat elektronik juga tersedia untuk meningkatkan presentasi publik.

Menjelang akhir abad ke-20, alat elektronik ini bermigrasi ke komputer dan berkembang menjadi alat perangkat lunak komputer seperti PowerPoint yang kita kenal dan gunakan saat ini. Baca selengkapnya terkait Contoh Public Speaking.

Walaupun berbicara di depan umum hari ini kurang formal, hal ini tetap penting untuk mempersiapkan diri dengan baik dan mengetahui rahasia di balik menjadi seorang pembicara yang percaya diri.

Penulis buku Public Speaking Mastery, Onky Hojanto, menulis bahwa rahasia pertama adalah sukses merupakan 1% bakat dan 99% kerja keras.

Rahasia pertama menjadi pembicara yang menyenangkan adalah menguasai apa yang akan kamu sampaikan.

Cara untuk mencapai sampai tingkat mahir adalah dengan meningkatkan jam terbang dengan latihan dan terjun langsung ke lapangan.

Setelah rahasia nomor satu ini, masih ada 15 rahasia lainnya dan penjelasan yang mudah dicerna dan dipraktekan di dalam buku Public Speaking Mastery, yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.com maupun toko buku Gramedia terdekat di kotamu.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau