Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar tentang Harapan dan Menerima Diri Apa Adanya Melalui Buku The Comfort Book

Kompas.com - 24/02/2022, 19:00 WIB
Sumber Gambar: instagram.com/bukugpu
Rujukan artikel ini:
The Comfort Book: Buku yang…
Pengarang: Matt Haig
|
Editor Novia Putri Anindhita

Hidup di era digital di mana begitu mudah untuk membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain melalui tampilan yang ditunjukkan di media sosial, rasanya jadi sangat sulit untuk bisa menerima dan mengapresiasi diri kita sendiri secara apa adanya.

Kita sering kali jadi merasa tidak puas, merasa tidak sebanding dengan orang lain, dan bahkan bisa berujung pada membenci diri kita sendiri.

Kita jadi bersikap keras dan menekan diri sendiri untuk bisa memiliki berat badan ideal agar diakui oleh orang lain, memaksa diri untuk bekerja lebih keras agar memperoleh kedudukan atau jenjang karier seperti orang lain, tidak membiarkan diri kita beristirahat karena akan membuat kita merasa tidak seproduktif orang lain, dan masih banyak lagi hal-hal yang kita lakukan hanya untuk membuktikan bahwa kita bisa sebaik orang lain.

Jika kamu juga pernah atau sedang mengalami hal ini, maka kamu perlu belajar untuk bisa menerima dan memahami betapa bernilai serta berartinya diri kamu apa adanya.

Buku The Comfort Book yang ditulis oleh Matt Haig akan menemani dan memberi kamu kenyamanan bak seorang teman yang dengan sabar menasihati dan menjadi pengingat bahwa diri kamu saja cukup, bahwa kamu tidak perlu melakukan apapun untuk merasa bernilai.

Review atau Ulasan Buku The Comfort Book

The Comfort Book pada dasarnya berisi berbagai macam hal, seperti buah pikiran, meditasi, daftar lagu serta film-film favorit, kisah inspiratif, dan lain-lain, yang menjadi pengingat bagi Matt Haig ketika melalui masa-masa sulitnya sebagai seseorang yang pernah mengalami depresi dan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.

Penulis berharap apa yang dibagikannya di dalam buku ini juga bisa bermanfaat dan membantu orang lain untuk melewati masa-masa tidak menyenangkan, sama seperti hal-hal ini telah menyelamatkan hidupnya sebelumnya.

Selain memaparkan mengenai penerimaan diri, sebagian besar isi buku ini juga membahas mengenai cara untuk berteman dengan ketidakpastian dalam hidup, dan sudut pandang Haig akan sebuah harapan.

Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kamu dapatkan melalui buku ini, yang akan membantu kamu untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan nyaman di era yang serba cepat ini.

Memiliki Harapan di Tengah-tengah Ketidakpastian Hidup

Menurut Haig, kamu tidak perlu berada di situasi yang luar biasa menyenangkan untuk bisa memiliki atau merasakan sebuah harapan.

Kamu hanya perlu memahami bahwa masa depan itu tidak pasti dan bahwa hidup ini terdiri atas cahaya dan juga kegelapan.

Masa-masa sulit yang kamu alami saat ini tidak akan bertahan selamanya, sama seperti dengan kebahagiaan yang juga tidak bisa selalu kamu miliki setiap waktu.

Kamu tidak bisa memilih salah satu di antaranya dan akan mengalami keduanya selama kamu menjalani hidup.

Justru dengan mengalami titik terendah dalam hidup kamu jadi bisa lebih mengapresiasi momen-momen kebahagiaan yang pernah kamu rasakan sebelumnya dan yang akan kamu rasakan di masa depan.

Kamu akan melewati kesulitan yang saat ini sedang kamu hadapi, sama seperti kesulitan di masa lalu yang juga telah berhasil kamu lalui.

Diri kamu yang lain di suatu titik di masa depan pun akan menoleh ke belakang dengan rasa syukur dan terima kasih atas diri kamu yang tersesat dahulu karena telah memilih untuk bertahan.

Belajar dari Kisah-kisah Inspiratif

Banyak kisah-kisah inspiratif yang syarat akan makna dipaparkan oleh Haig di dalam buku ini.

Di antaranya adalah Maya Angelou, yang pada masa kanak-kanaknya pernah mengalami pelecehan seksual oleh kekasih ibunya hingga membuatnya berhenti bicara dan membisu selama lima tahun penuh.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Berkat usaha keluarga dan guru yang memberikan akses untuk membaca karya dari penulis-penulis hebat, perlahan-lahan Maya memulihkan suaranya yang sempat hilang dan memahami kekuatan dari sebuah bahasa untuk membuatnya terhubung kembali dengan dunia.

Maya tidak hanya bersuara untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk berjuta-juta orang yang mengalami diskriminasi rasial.

Di penghujung tahun 1960-an, Maya telah menjadi salah satu pejuang penting gerakan hak-hak sipil dan menuliskan kisahnya dalam buku I Know Why the Caged Bird Sings.

Kisah hidup Maya ini bisa mengilustrasikan mengenai betapa kuatnya karakter dan kecintaan terhadap sastra bisa membantu mengatasi trauma dan juga rasisme.

Kisah inspiratif lain datang dari Steven Callahan, seorang sarjana lulusan filsafat Amerika yang terdampar di lautan Atlantik selama tujuh puluh enam hari.

Hal ini disebabkan karena perahu sekoci yang ditumpanginya seorang diri ketika berlayar menuju Antigua ditabrak oleh seekor ikan paus.

Callahan berhasil menyelamatkan diri ke atas sebuah rakit tiup dan berkesempatan mengamankan beberapa barang serta persediaan makanan yang hampir tenggelam bersama dengan perahu sekocinya.

Namun setelah berminggu-minggu mencoba bertahan hidup dengan terombang-ambing di lautan, Callahan mulai patah semangat ketika merasakan pikiran dan juga tubuhnya yang semakin melemah.

Pada hari ke-76, Callahan akhirnya ditemukan oleh beberapa nelayan dari kepulauan Guadeloupe yang langsung membawanya ke pesisir dan mengantarnya ke rumah sakit untuk pemulihan.

Di dalam buku memoarnya, Adrift: 76 Days Lost at Sea, Callahan menuliskan betapa pengalaman mengerikan yang dialaminya itu telah membekalinya dengan semacam kekayaan terpenting dalam hidup, bahwa kini ia menghargai setiap saat yang ia lewatkan tanpa rasa sakit, putus asa, lapar, dahaga, dan kesepian, lebih dari sebelumnya.

Mencintai dan Menerima Diri Apa Adanya

Melalui kata-katanya yang lembut dan menenangkan, Haig akan meyakinkan kamu bahwa akan ada suatu tahapan yang indah ketika kamu berhenti untuk lari dari diri sendiri atau memperbaiki diri dan hanya membiarkan diri kamu dengan apa adanya.

Kamu sudah bernilai sejak pertama kali kamu menghembuskan napas di dunia ini dan nilai tersebut akan selalu ada bersama kamu, tanpa memerlukan pengesahan dari seberapa besarnya pencapaian atau popularitas yang kamu miliki.

Orang lain memang penting, namun tidak akan ada gunanya menjadi seseorang yang bukan diri kamu hanya untuk mendapatkan seorang teman.

Untuk bisa menemukan orang-orang yang menyukai kamu, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menjadi diri kamu sendiri.

Selain itu, pada satu titik kamu akan bisa merasakan kenyamanan dan kesenangan dalam hidup yang hanya bisa ditemukan dengan menjadi diri kamu sendiri.

Kamu bisa mendapatkan buku The Comfort Book ini dengan mudah di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com